7.

1.2K 173 106
                                    

"halooo Megannn, boleh kita bicara ?"
Tutur Djunita dibalik telepon dengan nada suara terisak, Megan kaget bukan main tiba-tiba Djunita menghubunginya malam itu.

"kamu kenapa ?"  Megan nampak khawatir saat tangis Djunita terdengar pilu.

"bisa kita bertemu muka, aku gak bisa bicara ditelepon !"

"oke, aku kerumah kamu ya !"

"iyaaa...thanks ya Megannn..."

Dengan perasaan cemas, Megantara buru-buru membelah jalanan ibu kota dengan mobil pribadinya menuju rumah Djunita. Ia yakin Djunita sedang tak baik saat ini, dan entah mengapa ia masih sangat peduli dengan sang mantan kekasih yang menginginkan berpisah saat ia masih sangat mencintai bahkan mendamba hubunganya akan mereka bawa ke pelaminan.

Sesampainya di rumah Djunita, nampak Djunita terduduk dikursi teras sambil merenung sesekali ia sapu air mata diwajahnya dengan sehelai tisu yang ia pegang.

Megantara pun turun dari mobilnya dan langsung menemui Djunita di teras rumah, Djunita yang memang menanti kedatangan Megan pun langsung menghambur ke pelukan sang mantan, mendekpanya erat dan menangis tersedu di bahunya.

"Megaannnnn....." tutur Djunita penuh iba dengan isak tangis yang tak kuasa ia bendung lagi.

"kamu kenapa ???" sahut Megan sembari mengusap punggung Djunita dengan lembut.

"pelukanmu masih seperti dulu,
menenangkaku disaat pilu.
Pelukanmu masih menjadi bagian favoritku, menghilangkan seluruh ragu dan menyakinkan aku bahwa setiap kesedihanku hilang karena kamu." ucap Djunita dan semakin mengeratkan pelukannya pada Megan.

"kamu gak biasanya kayak gini, cerita sama aku ada apa ?"

"bolehkan aku masih peluk kamu, aku mohon jangan menolaknya aku butuh kamu saat ini, untuk menguatkanku." Djunita semakin tersedu, Megan pun membiarkan sang mantan menangis dalam peluknya.

"Tahun lalu, kita bersama-sama menari di atas dedaunan kering yang telah basah diguyur tangisan awan. Kita saling berpeluk erat bagai tak mau lepas, dan kita pun terhanyut karena begitu nyaman berada di sana. Bukan cuma ratusan kata cinta, luapan kasih sayang senantiasa tercurahkan.  Sejak saat itu aku sadar, kamu adalah mutiara terpendam nan berharga di luasnya samudera." batin Megan sembari menerwang romantisme cinta mereka di tahun lalu.

"Megannn, maaf ya aku terlalu melankolis." Djunita perlahan melepaskan pelukannya.

"kamu ada masalah apa ?" Megan mengusap sisa air mata diwajah Djunita.

"aku bodoh...." jawabnya dengan suara tertahan.

"karena ?"

"karena udah meninggalakan laki-laki yang begitu tulus sayang sama aku, dan orang itu kamu !" Megan tersentak dengan kata-kata Djunita, ia kebingungan dengan apa yang sedang terjadi, awalnya Djunita memang selalu mengancamnya untuk berpisah, Megan membujuknya supaya memikirkan keputusannya, tapi Djunita terus memaksa hingga Megan pun harus menyerah pada keadaan, karena berjuang sendiri itu tidak enak dan akan berakhir sia-sia.

"tumben kamu bilang kayak gitu, kenapa baru kamu bilang sekarang, dulu saat aku masih ingin kita bersama, memperjuangkan cinta kita kamu memilih untuk berhenti."

"aku tau aku udah sangat bodoh Megan, maaffff....."

"apa ini ada hubungannya sama Rizky ?" Megan to the point bertanya pada Djunita. Djunita tak menjawab, ia hanya menunduk sembari terus menangis.

"cerita sama aku, kenapa kamu sampai kayak gini ?" Megan sekali lagi meminta Djunita untuk jujur bercerita padanya.

"jadi gini....."

Hanya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang