Persepsi orang-orang yang tinggal di negara berkembang, seperti Indonesia mengenai cara pandang ke perempuan itu sangat teramat menyebalkan. Dimana yang menjadi perempuan harus dituntut banyak hal, harus bisa begini dan bisa begitu. Kalau tidak sesuai persepsi orang-orang, berakhir harus menerima kritik yang membuat perempuan harus bersembunyi disudut kamarnya dengan tangis yang melelahkan. Kita harus seperti apa? Adalah pertanyaan yang terlontar kala semua yang sudah dilakukan tidak memenuhi syarat.
Contohnya ; sudah lulus SMA, perempuan sering kali ditanya ‘lulus SMA mau ngapain?’ mungkin beberapa perempuan memilih untuk langsung bekerja, sehingga pertanyaan selanjutnya adalah sebuah pertanyaan yang sering kali memuakkan untuk didengar telinga, terlontar dari bibir manusia-manusia yang selalu ingin tau terhadap kehidupan orang lain ‘kapan nikah? Memangnya tidak takut jadi perawan tua?’.
Menyebalkan bukan?
Opsi lainnya, ada beberapa perempuan yang memilih untuk kuliah, dan begitu sudah lulus kuliah, orang-orang masih akan bertanya ‘sudah dikasih pendidikan yang tinggi, kerjanya harus bagus, jangan endingnya nanti jadi ibu rumah tangga aja’ yang mereka lupa, perempuan juga layak mendapatkan pendidikan tinggi, karena anak mendapatkan didikan pertamanya dari seorang ibu. Tentunya, didikan yang bagus tercermin dari bagiamana orangtua dalam memiliki ilmu yang bagus. Bukan berarti semua perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi juga ya, semua perempuan berhak memutuskan jalan hidupnya sendiri. Jadi, jangan selalu terpengaruh dengan pertanyaan orang-orang.
Lalu untuk beberapa perempuan lainnya. Pernikahan bukan lah sesuatu yang mereka inginkan. Karena mereka memiliki kepercayaan bahwa menjadi mandiri itu jauh lebih baik. Mungkin itu juga yang menjadi keputusan dari seorang gadis yang bekerja sebagai kepala divisi Public Relations disalah satu brand kecantikan ternama di Indonesia.
Giana Adeline, gadis yang usianya sudah memasuki umur 26 tahun tapi masih dengan santai menikmati hidupnya yang sendiri, tidak ada kekasih ataupun kisah asmara yang sering kali merepotkan Giana. Slogan hidup Giana “don't marrying a rich man because i'm the rich man, i don't need boy, i just need money.” jika keluarganya bertanya mengenai kapan Giana akan menikah.
Tapi sepertinya, Giana harus bersabar diri saat orangtuanya menjodohkan Giana dengan Jevan Adhiaksa, anak dari sahabat orangtuanya yang memiliki wajah tak ramah. Setiap kali Giana melihatnya, ingin sekali Giana tarik bibir Jevan untuk membentuk segaris senyum.
"Urus cewek lo, percuma artis top tapi attitude jelek." omel Giana kepada Jevan yang hanya duduk santai sembari menikmati cemilan.
"Biarin aja sih, nggak ganggu ini." jawab Jevan santai.
Giana menatap tak percaya pada apa yang baru aja Jevan katakan. "HELOOO NGGAK GANGGU GIMANA? pagi-pagi buta masuk kamar orang lain tanpa salam, mana posisinya nggak banget lagi."
"Tapi lo senang 'kan?"
Giana melempar bantal sofa. "MATAMU ITU!" maki Giana, kemudian berlalu meninggalkan Jevan yang menarik segaris senyum tipis saat menatap punggung Giana.
_________
Giana Adeline --> Giselle Aespa
Jevan Adhiaksa --> Jeno NCT
Yemima Baranuella --> Yeri Red Velvet
Indriana Narra --> Ningning Aespa
Mario Deligo --> Mark NCT
Milly Shaquella --> Prim
.
.
.
Woii gue masih mabuk Jeno - Giselle jadi nih gue buat cerita yang sedikit menguras emosi— sedikit aja kok— tapi tenang aja aku nggak sejahat itu hehe👀
TESSS OMBAAKKKKK LANJUT KAH???
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED
Fanfiction[COMPLETED] Tinggal di Indonesia dimana orang-orang menganut sekte perempuan tidak boleh lama-lama menunda pernikahan, membuat Giana harus dengan senang hati menerima perjodohan dari orangtuanya dengan Jevan, cowok yang notabenenya sudah memiliki ke...