[chapter 9:Benarkah?]

696 58 2
                                    

"Dek, Mau ikut gue ke pasar malam nggak?", tanya Rey pada Kayla

"Pasar malam?", tanya Kayla balik

"Iya, pasar malam. Mau ikut nggak? Siapa tau lo bosen di rumah terus?", ajaknya lagi

"Ye... Lagian siapa juga yang ngurung gue di rumah dan nggak boleh keluar", dengus Kayla merasa kesal

"Hehe...", kekeh Rey.

Sejak kemarin setelah Kayla pulang dari rumah sakit, Rey tidak mengizinkan Kayla keluar dari rumah. Bahkan Rey menyuruh Kayla untuk tidak pergi ke sekolah.

"Jadi, mau ikut nggak nih?", tanya Rey lagi dan lagi

"Iya, gue ikut. Bosen gue dari tadi di rumah mulu", jawabnya, ada nada menyindir di dalam ucapannya itu

***

"Nak, kamu dari tadi kenapa sih? Kok kayak ngelamun gitu", tanya bundanya Dhafin

"Enggak kok Bun, Dhafin nggak ngelamun", sangkalnya

"Kamu itu nggak bisa bohong sama bunda, Dhaf... Cuma dengan liat raut wajah kamu, bunda bisa tau kalau kamu lagi ada masalah. Cerita sama bunda, sayang...", kata bundanya sambil mengusap-usap kepala Dhafin yang berada di pangkuannya

"Sebenarnya bukan masalah sih, Bun. Dhafin cuma bingung aja sama perasaan Dhafin", jujur Dhafin

"Emang kenapa sama perasaan kamu? Kamu...enggak lagi jatuh cinta kan?", tanya bundanya curiga

"E-enggak kok, Bun. Siapa juga yang lagi jatuh cinta", jawab Dhafin sedikit terkekeh agar bundanya tidak melihat kegugupannya.
Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dirinya merasa gugup saat ditanyai bundanya begitu.

Bundanya hanya tersenyum melihat kegugupan yang berusaha disembunyikan oleh putranya itu. Namun sebagai seorang ibu, dia bisa mengetahui kalau sepertinya Dhafin masih ragu tentang perasaannya sendiri.

Selama ini Dhafin belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, dia terlalu menutup dirinya terhadap orang-orang di sekitarnya. Terutama terhadap para perempuan.

Menurut Dhafin
' cinta hanya membuat orang-orang yang kuat dan pintar menjadi seseorang yang lemah dan bodoh '

Benarkah dirinya sedang jatuh cinta? Sepertinya tidak mungkin, tapi jika dia tidak jatuh cinta, perasaan apa yang selama ini dia miliki untuk Kayla yang selalu memenuhi pikirannya. Entahlah, Dhafin tak tau itu.

***

Saat ini, Kayla dan Dhafin sedang duduk di salah satu kursi taman belakang sekolah mereka.

Entah ada apa dengan Dhafin yang tiba-tiba mengajak Kayla bertemu di taman belakang sekolah saat jam pulang sekolah.

"Ngapain lo ngajakin gue ketemuan di sini?", tanya Kayla setelah mereka hanya duduk terdiam cukup lama

"Nggak ada apa-apa, gue cuma lagi pingin ke sini aja sama lo", jawab Dhafin dengan ekspresi datar dan dingin

Kayla rasanya ingin mencekik dan menguliti laki-laki di sampingnya ini, tapi dia tidak akan melakukannya karena dia tidak ingin masuk penjara karena telah membunuh seseorang.

Kayla menghembuskan napasnya kasar, berusaha meredam amarahnya yang tiba-tiba memuncak setelah mendengar jawaban Dhafin.

' grep... '
Tiba-tiba ada yang memeluk lehernya dari belakang. Tidak, itu bukan Dhafin, melainkan Rey yang sedari tadi menunggu Kayla diparkiran, namun Kayla tak kunjung keluar dari dalam sekolah.

"Dicariin dari tadi juga, malah berduaan di sini", katanya masih memeluk leher Kayla

Tanpa sadar, Dhafin mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Tau tuh si kulkas, ngajakin ketemuan di sini, tapi katanya 'nggak ada apa-apa'", kesalnya tanpa mempedulikan orang yang dibicarakannya, masih duduk di sebelahnya

Rey memicingkan mata menatap Dhafin yang menampilkan ekspresi datarnya

Dhafin memandang Kayla dan Rey bergantian, lalu pergi dari sana dengan perasaan kesal.

Bukan karena perkataan Kayla, melainkan karena melihat Rey yang masih setia memeluk Kayla. Dia juga merasa bingung dengan dirinya sendiri, dia merasa kesal, marah, dan tidak suka saat Rey memeluk Kayla.

"Si Dhafin kenapa dah? Aneh banget tuh anak dari kemarin", kata Rey melepas pelukannya dan beralih untuk duduk di samping Kayla yang tadinya di tempati oleh Dhafin



*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang