[chapter 28:Awal Teror]

440 35 0
                                    

"Halo? Ini siapa?", tanya Dhafin saat mendapatkan panggilan dari nomor tidak dikenal.

"Hai, sayang. Lo tau? Gue nggak suka kalau orang yang gue suka malah suka sama cewek lain. So, tunggu gue buat ngejemput elo. Kita bakal mati berdua", terdengar suara seorang gadis dari seberang telepon.

"Maksud lo apaan, hah?!", ujar Dhafin. Namun setelah itu, panggilan tersebut dimatikan secara sepihak oleh orang misterius itu.

"Itu tadi siapa sih? Gimana dia bisa tau nomer telpon gue?", monolognya

"Alah, buat apa gue pikirin. Palingan juga cuma orang iseng", lanjut Dhafin

"Kamu lagi ngapain sih, Dhaf? Kenapa ngomong sendiri?", tanya Kayla yang berada di depan pintu kamar Dhafin yang terbuka.

"Eh, enggak kok. Nggak lagi ngapa-ngapain", jawab Dhafin

"Bener? Jangan bohong sama aku ya, Dhaf", Kayla melipat kedua tangannya di dada, dia tidak ingin ada rahasia apapun di antara mereka berdua.

"Iya deh iya. Tadi aku dapet telepon iseng, nggak jelas banget"

"Telepon iseng gimana maksud kamu?", tanya Kayla mulai cemas.

"Udah, nggak usah dipikirin. Nggak penting juga", balas Dhafin

"Orang yang nelpon ngomong apa sama kamu?", tanya Kayla lagi

"Huft... Dia bilang kayak gini 'hai, sayang. Lo tau? Gue nggak suka kalau orang yang gue suka malah suka sama cewek lain. So, tunggu gue buat ngejemput elo. Kita bakal mati berdua'. Gitu katanya", jawab Dhafin

"Mana HP kamu", Kayla menadahkan tangannya, meminta ponsel Dhafin.

"Nih, buat apa emangnya?", katanya sambil meletakkan ponselnya di atas tangan Kayla.

Kayla tidak menjawab dan langsung mencari nomor telepon yang menelpon Dhafin tadi. Dia menelpon balik, namun tidak bisa. Nomornya sudah tidak bisa dihubungi.

"Sial!", umpat Kayla

"Hei, ngomongnya loh, Kay!", peringat Dhafin

"Iya-iya maaf", kata Kayla

Dhafin mengangguk mengerti.

***

"Sial! Sial! Sial! Dia udah mulai neror Dhafin", ujar Kayla frustasi

"Mulai sekarang gue harus selalu ada di deket, Dhafin", lanjutnya sambil tetap bermonolog.

***

"Dhaf", panggil Kayla saat Dhafin sedang berada di rumahnya.

"Kenapa?", tanyanya

"Mulai sekarang, kalau kamu mau pergi kemanapun, kamu harus kasih tau aku ya?", pinta Kayla

"Emang kenapa?"

"Ya, nggak pa-pa sih. Aku cuma takut aja kalau ada sesuatu yang terjadi sama kamu", jawab Kayla

"Sama pacarnya aja khawatirnya kayak gitu, kalau sama abangnya aja nggak peduli!", cibir Rey kesal

"Diem lo! Gue nggak lagi ngomong sama elo ya, bang?"

Rey mendengus kesal,
"Ck! Mendingan gue ke kamar aja", katanya beranjak berdiri

"Pergi aja! Gue nggak peduli!", kata Kayla kesal karena merasa momennya bersama Dhafin terganggu akibat Rey yang tiba-tiba menyahuti ucapannya.

Dhafin hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.

"Diem!"

Dhafin langsung menghentikan tawanya saat mendengar nada suara Kayla yang terdengar tidak bersahabat.

"Aku nggak mau tau, kamu harus kasih tau aku kalau mau pergi kemana-mana. Kalau kamu dapet teror lagi, kamu juga harus kasih tau aku. Aku nggak nerima bantahan atau penolakan. Titik.", kata Kayla tidak ingin dibantah.

"Siap, Komandan. Hehe...", Dhafin memperagakan gerakan hormat, lalu terkekeh.

Sedangkan Kayla hanya menampilkan ekspresi datar, entah kenapa dia merasa moodnya sedang sangat buruk.

Mungkin karena banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini.

"Kok nggak ketawa sih?", tanya Dhafin

"Kenapa aku harus ketawa?", tanya Kayla balik

"Ya kan seharusnya kamu ketawa kalau aku juga lagi ketawa", kata Dhafin merajuk

' ya Allah, kuatin Kayla buat ngehadapin Dhafin yang kadang sifatnya kayak anak kecil. Amin... ', batin Kayla berdoa



*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang