[chapter 22:Maaf, Kay]

695 43 0
                                    

Setelah mengetahui kebenarannya, Rey langsung memberitahu Dhafin bahwa ternyata mereka berdua telah salah paham terhadap Kayla.

Setelahnya, Dhafin juga ikut merasa menyesal karena tidak mempercayai Kayla dan tidak mencari kebenarannya terlebih dahulu.

"Kayla...lo dimana sih, dek?", Rey merasa cemas karena Kayla tidak kunjung ditemukan.

Sejak hari dimana Rey menyuruh Kayla pergi, gadis itu tidak juga kembali pulang ke rumah.

"Dek, maafin gue", sesalnya

"Kayla, maafin aku, Kay. Maaf karena nggak percaya sama kamu", ujar Dhafin lesu. Kini mereka berdua sedang duduk di sebuah taman setelah berusaha mencari Kayla kesana-kemari.

Rey menepuk bahu Dhafin yang sedang duduk sambil menunduk, untuk memberinya semangat bahwa mereka pasti bisa menemukan Kayla.

Meskipun dirinya sendiri ragu akan hal itu.
Apakah Kayla akan memaafkan mereka?
Apakah Kayla akan kembali kepada mereka?
Pertanyaan itulah yang selalu berputar-putar di pikiran Rey.

***

"Hiks, hiks...", isak seorang gadis

"Udah deh, nggak usah pakek nangis-nangis segala. Lo jelek kalau nangis", ejek seorang laki-laki yang berada di sampingnya

"Ish, gue kesel sama lo!", ucap gadis itu sambil memukuli lengan laki-laki yang mengejeknya tadi.
Yang benar saja, dirinya sedang merasa sedih, tapi dia malah diejek seperti itu. Tentu saja dia jadi merasa kesal dengannya.

"Aduh duh, sakit Kay", kata laki-laki tadi memegangi tangan Kayla agar tidak memukulinya lagi.
Ya, gadis tadi adalah Kayla. Kayla yang sama dengan Kayla yang sedang dicari oleh Rey dan Dhafin.

"Abisnya sih, lo ngeselin", ucap Kayla sambil menghapus air matanya

"Ngeselin tapi bikin sayang kan?", ucap sang laki-laki sambil menaik-turunkan alisnya

"Jijik gue", balas Kayla bergidik ngeri

"Ih...kok gitu sih", jawabnya dengan mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Kayla hanya memutar bola matanya malas.

"Udah deh, nggak usah alay. Lo nggak pantes, muka biasanya kayak tembok aja pakek monyong-monyongin bibir segala", cibir Kayla

"Eh, gini-gini gue itu temen lo tau?", kesal laki-laki itu

"Serah lo lah, Vin", kata Kayla pada akhirnya.
Vin? Maksud Kayla adalah Kevin Aprilio Fernandez, teman Kayla ketika berada di LA. Kayla sudah menganggap Kevin seperti kakaknya sendiri, begitupun Kevin yang juga mengganggap Kayla seperti adiknya sendiri.
Namun mereka tetap memanggil dengan nama, tanpa embel-embel 'kakak/abang', 'adik', atau semacamnya. Karena usia mereka hanya terpaut beberapa bulan, tentunya dengan usia Kevin yang lebih tua.

"Lo nggak balik ke rumah lo?", kata Kevin sambil mengusap kepala Kayla

"Gue nggak tau. Gue bingung, gue harus balik atau enggak?", lirih Kayla sendu

"Lo harus balik, Kay! Harus!", tegas Kevin

"Tapi mereka udah kecewa sama gue, walaupun itu emang cuma kesalahpahaman, tapi mereka nganggep itu kebenarannya, padahal itu nggak kayak yang mereka pikirin", lirihnya lagi

"Justru itu, Kay. Lo harus ngejelasin ke mereka yang sebenernya. Kalau lo nggak ngejelasin ke mereka, mereka bakal makin salah paham sama lo", kata Kevin

"Gue udah berusaha buat ngejelasin ke mereka, Vin. Tapi mereka nggak mau ngedengerin penjelasan gue", kata Kayla hampir menangis

"Coba lagi, Kay! Coba buat yakinin mereka lagi! Mereka pasti bakalan ngedengerin penjelasan lo, Kay. Gue yakin", ucapnya memberi semangat

"Huft, oke, bakal gue coba. Tapi, lo mau temenin gue kan? Temenin gue buat ngeyakinin abang sama pacar gue", pintanya pada Kevin

"Pasti gue temenin. Lo jangan khawatir, semuanya pasti bakal baik-baik aja. Percaya sama gue", ujar Kevin meyakinkan

"Thanks ya, Vin. Lo emang yang terbaik deh", kata Kayla tulus sambil tersenyum

"Sama-sama, apa sih yang enggak buat lo", katanya terkekeh, lalu mengacak-acak rambut Kayla dengan gemas. Sedangkan Kayla merasa kesal dan mengerucutkan bibirnya.

*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang