Extra Chapter 1

1K 37 0
                                    

Setahun berlalu sejak kematian Kayla. Dan Dhafin kembali ke sifat datar dan dinginnya dulu, bahkan kali ini lebih datar, dingin, dan tak tersentuh.

Dhafin lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar. Dia tidak akan berbicara jika tidak benar-benar diperlukan.

Bahkan hampir di setiap malam, Dhafin menatap bingkai foto yang berisi foto Kayla saat sedang tersenyum. Ia memandangi foto itu dengan tatapan kosong, dan sesekali air matanya turun melewati pipinya.

Ia seperti seseorang yang kehilangan separuh jiwanya. Bukan seperti, tapi memang itulah yang dirasakannya.

Bugh...

Rey memukul wajah Dhafin ketika dirinya sedang mengunjungi Dhafin di rumah keluarga Argawijawa.

"Stop, Dhaf! Berhenti buat nangisin Kayla! Lo bisa bikin dia nggak tenang di alamnya tau nggak?!", bentak Rey pada Dhafin

Dia berusaha meluapkan kekesalannya pada Dhafin yang terus-terusan menangis dan terpuruk atas kematian Kayla.

Rey juga tidak ingin jika sahabatnya itu terus-terusan merasa terpuruk.

"Gue nggak bisa, Rey! Gue nggak bisa!", ujar Dhafin sedikit berteriak.

"Gue nggak bisa lupain Kayla gitu aja. Dia terlalu berarti buat gue. Gue sayang banget sama Kayla...", lanjutnya yang semakin terdengar lirih. Dhafin merosot jatuh ke atas lantai kamarnya.

"Lo udah buka surat dari Kayla?", tanya Rey tiba-tiba

Dhafin menggeleng lemah. Dia belum membuka surat yang ditulis oleh Kayla.

"Kenapa nggak lo buka?!"

"Gue...takut kalau gue bakal semakin nggak bisa hidup tanpa Kayla", lirih Dhafin

"Gue saranin buat Lo buka surat itu. Gue emang nggak tau apa isinya, tapi gue yakin kalau lo bakal lebih nyesel kalau lo nggak ngebuka surat dari Kayla", Rey menepuk pelan bahu Dhafin untuk memberinya kekuatan.

Setelah itu, Rey beranjak untuk keluar dari kamar Dhafin dan pulang ke rumahnya.

Sementara Dhafin hanya terdiam mencerna ucapan Rey.

Apakah dirinya memang harus membuka surat dari Kayla itu?
Sanggupkah ia untuk melakukannya?

Setelah memantapkan hatinya, Dhafin memutuskan untuk membuka surat Kayla.

Ketika dia baru saja akan membuka surat itu, Dhafin mendapatkan telepon dari seseorang.

"Halo", katanya dengan suara serak akibat terlalu banyak menangis.

"..."

"Oke, gue kesana", balas Dhafin pada orang di seberang telepon.

Dhafin kembali meletakkan surat Kayla diatas meja. Dia langsung mencari kunci mobilnya dan pergi ke kantor polisi.

***

"Al!", panggil Dhafin saat dia sudah tiba di kantor polisi, di sana sudah ada Alan dan Rey.

"Siapa?", lanjut Dhafin

Alan yang mengerti maksud Dhafin pun menunjuk seseorang di dalam jeruji besi.

Dhafin menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Rey, rahangnya mengeras melihat seseorang yang dulunya hendak menembak dirinya, namun malah Kayla yang terkena tembakan orang itu.

Setelah setahun berlalu, pelaku penembakan Kayla akhirnya tertangkap.

Dan mereka semua benar-benar tidak menduga jika pelakunya adalah orang yang selama ini mereka kenal. Orang yang selama ini berada di sekitar mereka hampir setiap harinya.

Orang itu...Putri Viona.
Murid yang baru masuk ke sekolah milik keluarga Alexander beberapa Minggu sebelum kejadian penembakan Kayla.

"Saya mau dia dihukum dengan seberat-beratnya, pak", geram Dhafin pada seorang polisi di hadapannya.

"Kami tidak yakin jika kami bisa menghukum pelaku dengan seberat-beratnya", balas sang polisi

"Apa maksud anda?!", marah Dhafin

"Tenang dulu, Dhaf. Dengerin dulu penjelasannya", ujar Alan menenangkan. Sedangkan Rey malah menatap tajam Putri, yang hanya dibalas dengan senyuman miring olehnya.

"Karena menurut pemeriksaan, pelaku mengalami gangguan mental", kata polisi itu lagi

"Apa?!", kaget Dhafin

Dor...

Semua orang di dalam kantor polisi itu merasa terkejut saat mendengar suara tembakan.

Mereka semua mengarahkan pandangan mereka ke arah Putri yang sudah bersimbah darah di dalam sel-nya.

Ya, dia menembak dirinya sendiri dengan menggunakan pistol yang tadinya berada di genggaman polisi yang sedang berbicara dengan Dhafin dkk. Karena saat itu sang polisi sedang berdiri tepat di depan jeruji besi dan dalam keadaan lengah.

Ya...mungkin memang itulah akhir dari kisah seorang Putri Viona.



*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang