[chapter 29:Penyerangan]

485 33 0
                                    

"Halo, Kay. Aku sekarang mau ke tempat yang pernah aku tunjukkin ke kamu dulu. Kamu bilang kalau aku harus bilang kemana aja aku mau pergi kan? Jadi sekarang aku bilang ke kamu. Kamu mau ikut nggak?", cerocos Dhafin

"Hm... Ya udah. Kamu hati-hati ya. Aku nggak ikut deh, aku masih ada beberapa hal yang harus aku urus", jawab Kayla

"Oke, aku tutup ya telponnya"

"Iya", jawab Kayla

~Kayla pov~

Dhafin baru aja nelpon dan bilang kalau dia mau ke tempat yang pernah dia tunjukkin ke gue dulu.

Dia sempet nawarin buat ikut, tapi gue masih banyak urusan, apalagi buat nyari tau langkah selanjutnya dari peneror itu.

Gue nggak mau kalau sampai Dhafin kenapa-kenapa.

Selama ini gue udah berusaha buat nyari informasi tentang orang yang mau nyelakain Dhafin.

Dan dari data-data yang udah gue kumpulin, gue nemuin beberapa fakta,
> Orang itu punya niat buruk sama Dhafin karena dia suka sama Dhafin, sedangkan Dhafin suka sama gue. Tapi kalau menurut gue, dia bukan suka sama Dhafin, tapi dia udah terobsesi sama Dhafin sejak mereka pertama kali ketemu.
> Orang itu pernah bikin bang Rey sama Dhafin salah paham sama gue. Tapi gue udah berhasil ngelurusin kesalahpahaman itu.
> Ini fakta yang paling bikin gue semakin waspada. Dia ada di sekitar gue dan Dhafin. Dan dia... Psikopat.

Sebenernya masih ada beberapa fakta lain yang belum gue sebutin. Tapi ya udahlah, gue rasa yang perlu kalian tau cuma itu.

Apa kalian bisa nebak siapa orang itu?

Gue rasa enggak.

~Kayla pov end~

***

"Nona, saat ini orang itu sedang mengikuti Tuan Dhafin!", ujar anak buah Kayla dari seberang telepon.

"Apa?! Sialan!", umpat Kayla yang langsung menutup panggilan telepon tersebut. Kemudian langsung berjalan keluar dari rumahnya dengan tergesa-gesa.

"Dek, mau kemana lo?", tanya Rey

"Gue ada urusan penting di luar", jawab Kayla.

Rey hanya menatap kepergian Kayla dengan heran. Beberapa detik kemudian, Kayla kembali memasuki rumah.

"Bang, kalau gue bener-bener pergi, kasih surat ini ke Dhafin!", Kayla menyerahkan sebuah surat kepada Rey.

"Maksudnya?"

"Jangan dibuka! Nanti juga lo bakal tau apa maksud gue", Kayla kembali berlari keluar dari rumah. Meninggalkan Rey dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.

***

"Argh...kenapa harus pakek macet segala sih?!", kesal Kayla saat dirinya terjebak macet.

Dia masih berjarak beberapa meter dari tempat Dhafin berada.

Akhirnya Kayla memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berlari.
Ia juga sudah menyuruh anak buahnya untuk mengambil mobilnya yang masih terjebak macet.

"Hah, hah, hah... Gue nggak boleh berhenti sekarang. Gue harus nyelamatin Dhafin", Kayla menyemangati dirinya sendiri. Dia kembali berlari.

***

Di sisi lain,
Dhafin sedang menikmati semilir angin di tempatnya duduk sekarang.

Dhafin kemari bukan karena memiliki masalah atau sedang ingin sendirian.

Tapi dia hanya sedang ingin mencari udara segar di sini.

Tanpa Dhafin sadari, sejak tadi ada seseorang berpakaian serba hitam yang mengikutinya sejak dia keluar dari rumahnya hingga sampai di sini.

Dhafin berdiri dari duduknya, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat merasa seperti ada seseorang yang sedang mengawasinya.

Dia tidak melihat siapapun, hanya ada dirinya di sini.

Tapi tidak lama kemudian, dia melihat Kayla yang sedang berlari sambil terengah-engah ke arahnya.

"Katanya nggak mau ikut. Tapi sekarang malah lari-lari ke sini", kata Dhafin

"Kamu nggak pa-pa kan?", tanya Kayla

"Ya nggak pa-pa lah. Emangnya ak--"

"DHAFIN, AWAS!!!", teriak Kayla yang langsung memeluk tubuh Dhafin untuk melindunginya dari sesuatu.




*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang