Dor...
"KAYLA!!!", teriak Dhafin lebih keras saat melihat Kayla melindunginya dari sebuah peluru yang sebenarnya ditujukan untuk dirinya.
Mengetahui bahwa ia salah sasaran, orang yang menembak Kayla tadi langsung berlari pergi.
Dhafin sempat melihat orang itu dan berniat mengejarnya. Namun melihat kondisi Kayla, dia mengurungkan niatnya.
Dhafin segera berjongkok di dekat Kayla yang bersimbah darah.
"Kayla!", panggilnya, namun Kayla hanya terdiam sambil menyentuh dadanya yang terkena tembakan tadi. Rasanya sangat-sangat sakit.
"Jangan kayak gini, Kay. Ka-kamu harus bertahan ya?", kata Dhafin
Kayla hanya tersenyum sambil menahan rasa sakit di dadanya.
"Dha-f...ka-kalau aku per-gi, ja-jangan lu-pa ba-ha-gia ya?", kata Kayla terbata-bata.
"Enggak, Kay. Jangan ngomong kayak gitu! Kamu nggak akan pergi dari aku. A-aku nggak akan ngebiarin kamu pergi dari sisi aku. Kita bakal ke rumah sakit secepatnya", Dhafin mulai meneteskan air matanya, lalu bergerak untuk menggendong Kayla.
Kayla berusaha meraih wajah Dhafin dan mengusap air mata yang jatuh di pipi Dhafin.
"Dhaf, I-Love-You", kata Kayla pelan. Dan setelah itu, ia menutup matanya. Untuk selama-lamanya.
"Kayla! Kayla bangun, Kayla!", Dhafin menepuk pipi Kayla pelan untuk membuatnya bangun. Namun usahanya sia-sia, Kayla tetap menutup matanya.
"Kayla, bangun... hiks... jangan pergi... hiks... jangan tinggalin aku...", lirih Dhafin yang sudah jatuh terduduk di samping Kayla.
"Kayla... Hiks... Jangan pergi dari aku... Hiks... Aku nggak akan bisa hidup tanpa kamu...", saat ini Dhafin terlihat begitu lemah karena kematian Kayla.
Sungguh, ia merasa tak akan bisa hidup tanpa Kayla.
Tanpa seseorang yang mengajarkan kepadanya tentang arti cinta.
Tanpa seseorang yang telah mencairkan hatinya yang dulu membeku.
Dan tanpa seseorang yang benar-benar dicintainya."Tuhan... Please balikin Kayla... Dhafin janji akan selalu bikin dia bahagia... Balikin Kayla, Tuhan... Balikin Kayla...", pinta Dhafin pada Tuhan. Suara Dhafin semakin lama terdengar semakin lirih.
Dia memeluk tubuh Kayla yang sudah tidak bernyawa dengan menangis tersedu-sedu.
Biarlah jika orang mengatainya 'lemah, cengeng, atau sejenisnya'.
Bahkan orang sekuat apapun pasti akan menangis jika ditinggalkan oleh orang yang disayangi atau dicintainya.
Kecuali orang yang tidak memiliki hati tentunya.Kayla terlalu berarti dalam hidupnya, dirinya sangat mencintai Kayla.
Tapi sekarang? Kayla telah pergi? Pergi meninggalkannya?
"Enggak, Kay... jangan tinggalin aku... bangun Kay, bangun...", Dhafin semakin mengeraskan tangisannya.
Tidak, dia tidak ingin Kayla pergi dari kehidupannya, dari sisinya.
"Kayla!", teriak Rey yang baru saja tiba di sana.
Dia mendapatkan informasi dari anak buah Kayla bahwa Kayla sedang berada di sini, dan dia langsung bergegas menghampiri tempat ini.
Pemandangan yang pertama kali dilihatnya di sini adalah Dhafin yang sedang memeluk tubuh Kayla yang sudah dipenuhi oleh darah.
Rey berlari mendekat.
"Dia kenapa, Dhaf?!"
"Hiks... Ada yang pengen nembak gue. Tapi hiks... Kayla malah ngelindungin gue dan dia yang akhirnya kena tembak", kata Dhafin
"Terus kenapa nggak langsung lo bawa ke rumah sakit?!", bentaknya.
"Hiks... Tapi Kayla udah pergi...", lirih Dhafin
Tes...
Rey ikut meneteskan air matanya saat memeriksa denyut nadi Kayla, dan hasilnya nihil. Denyut nadi Kayla sudah berhenti.
Rey hanya terdiam mematung, menatap kosong ke arah Kayla yang berada di depannya."Kay... Hiks... Jangan pergi, Kay... Jangan pergi", lirih Dhafin
Bruk...
Dhafin jatuh pingsan karena kelelahan menangisi kepergian Kayla. Dia jatuh pingsan di samping tubuh Kayla.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla dan Dhafin [Tamat]
Novela Juvenil(TAMAT) Start : 23 September 2019 End : 21 Desember 2019 seorang 'Kayla' yang dikenal cerewet, bertemu dengan seorang 'Dhafin' yang terkenal cuek dan dingin. "itu cowok atau kulkas berjalan sih?! dingin banget" -Kayla Alexander "kok ada sih cewek...