[chapter 15:Yes!]

701 57 0
                                    

Setelah beberapa saat berpelukan, Zea dkk meninggalkan sekolah dengan wajah bersalah mereka.

Sebelum benar-benar pergi dari sekolah, Zea dan teman-temannya menyempatkan diri untuk meminta maaf kepada murid-murid yang pernah mereka bully dahulu.

Sedangkan James, Robert, Rey, dan Kayla masih berada di dalam ruangan pribadi milik James.

"Kenapa lo masih baik banget sama mereka sih, dek?", tanya Rey sedikit merasa kesal. Zea dkk yang selama ini sering membully Kayla, sekarang mereka masih bisa mendapatkan maaf dari Kayla.

"Ya gpp sih, bang. Mereka kan udah sadar dan nyesel, jadi kita nggak perlu memperpanjang masalah ini lagi", jawab Kayla

"Lo kok baik banget sih, dek. Gue kagum banget sama lo", salut Rey memeluk Kayla. Kayla hanya tersenyum menanggapinya dan membalas pelukan kakaknya.

"Bagaimana kasus pembully-an di sekolah ini tidak pernah sampai padaku, Robert?", ucap James frustasi, Rey dan Kayla pun melepaskan pelukan mereka dan mengalihkan pandangan mereka pada James.

"Maafkan aku, kak. Tapi bahkan aku pun tidak tahu jika ada kasus pembully-an di sekolah ini, karena tidak pernah ada yang melapor tentang hal ini", jujur Robert sambil menunduk, merasa tidak becus mengurus sekolah milik kakaknya ini.

"Kayaknya murid-murid yang dibully emang nggak ada yang berani buat ngelaporin hal ini deh, pa", sahut Kayla

"Iya, mungkin aja", jawab James
"Ingat Robert, aku tidak ingin ada hal-hal seperti ini terulang lagi di sekolah ini", kata James tegas

"Tentu, kak. Aku pastikan tidak akan ada hal seperti ini lagi di sekolah ini", jawab Robert yakin

"Bagus", balasnya

"Kenapa kalian masih di sini? Keluar sana!"

"Papa ngusir kita?", tanya Rey merasa tersinggung

"Iya lah, sana keluar! Kalian udah nggak ada urusan lagi kan? Papa juga mau ngomongin sesuatu sama om kalian", usir James lagi

"Udah deh, bang. Mendingan kita keluar aja", sela Kayla saat melihat Rey membuka mulutnya akan membalas ucapan papa mereka

***

"Kalian tadi ngapain aja di dalem?", tanya Alan

"Kepo!", jawab Rey nge-gas

"Biasa aja kali, nyet", balas Alan kesal

"Jadi sebenarnya lo adiknya Rey?", tanya Dhafin pada Kayla

"Iya", jawab Kayla

"Yes!", reflek Dhafin

"Lo kenapa dah?", heran Rey, begitu pula dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan Dhafin meringis menyadari sikapnya yang terlalu senang.

Bagaimana dia tidak merasa senang? selama ini dia menganggap bahwa Kayla dan Rey adalah sepasang kekasih karena mereka terlihat begitu dekat.

Ternyata kedekatan mereka adalah karena mereka merupakan kakak-beradik.

Itu berarti Dhafin masih memiliki kesempatan untuk memiliki Kayla, dan Dhafin sangat senang akan hal itu.

"Eh, eng-enggak kok", jawab Dhafin gugup dan langsung beranjak pergi meninggalkan teman-temannya.

"Tuh bocah ngapa yak?", heran Alan sambil menggaruk kepalanya sendiri

"Tau tuh, aneh banget si Dhafin", sahut Rey sambil berpikir

***

"Anj*r!!! Gue seneng banget. Aaa...!!! Yes! Yes! Yes!", teriak Dhafin saat sampai di taman belakang sekolah yang jarang didatangi oleh siswa-siswi di sini.

Jika saja ada yang melihat Dhafin berteriak-teriak sendiri di sana, maka sudah dapat dipastikan mereka akan mengganggap Dhafin sudah gila.

"Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Dhafin seneng banget Ya Allah", Dhafin beberapa kali mengucapkan kalimat hamdalah untuk mengungkapkan kebahagiaannya.

Dhafin seolah berubah menjadi sosok yang benar-benar gila. Sangat jauh berbeda dengan sikapnya yang dingin dan datar.

Memang benar, cinta bisa merubah segalanya, menjadikan seseorang yang waras menjadi seseorang yang gila.

' semoga gue bisa dapetin hati lo, Kay. Kalau gue udah berhasil dapetin hati lo, gue janji bakal selalu jagain hati lo itu ', harap dan janji Dhafin dalam hati




*******

Kayla dan Dhafin [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang