Pov. Humaira
"Alhamdulillahirobbil'Alamin, akhirnya sampai juga."
Ceklek ....!
"Selamat datang di rumahmu, Humaira ...."
"Rumah ...? Rumahku ....?"
'Apa maksud Bara dengan menyebutkan rumahku? Aku tak merasa membeli rumah kepadanya, jangankan rumah, saat ini ... untuk makan pun aku tak punya'
"Anggap saja ini adalah rumahmu, Humaira. Mari, masuk."
"Ini adalah rumah pribadiku ... aku membelinya dengan separuh tabunganku, rencananya ... akan kuhadiahkan kepada wanita yang nantinya menjadi istriku, namun aku masih belum tahu, siapa orangnya,"
Kupijakkan kakiku ke dalam ruangan rumah minimalis, namun interiornya sangat cantik.
Ruangan pertama ... nampaknya seperti ruang tamu, dengan set sofa sectional empuk berwarna hitam serta beberapa vas bunga cantik yang terpajang di sebuah lemari hias, sudut ruangan, dan di atas meja.
Beberapa langkah ke depan ... nampak sebuah ruangan cukup luas, dengan TV yang lumayan besar, sekitar 43" terpajang di buffet berwarna putih kombinasi cream klasik, dengan ukiran batik khas Jepara sepertinya, juga satu kursi panjang yang sengaja disediakan untuk siapa saja yang ingin menonton tv.
Terdapat pula karpet berbulu tebal yang di gelar di bawah."Dapurnya ... dimana?"
tanyaku."Dapur masih lurus terus ke belakang, mari, kuantar."
Aku membuntuti Bara, yang telah mendahului beranjak ke dapur.
"Ini dapurnya ... ini kamar mandinya."
Sebuah dapur yang amat rapi dan bersih, lengkap dengan beberapa peralatan masak dan makan.
Kamar mandi pun terlihat luas, lengkap dengan bath tub dan shower di dalamnya.
"Oya, di rumah ini ada dua kamar terpisah, satu di lantai atas, dan satunya lagi di lantai bawah. Kau ingin tidur dimana?" tanya Bara.
"Emh ... jika diperbolehkan ... aku ingin tidur di kamar bawah saja, biar gak capek turun naik," pintaku.
"Baiklah, ayo."
Bara masih menenteng barang bawaanku, termasuk sebuah koper besar yang berisikan pakaian.
Kali ini, dia akan memperlihatkan kamar, yang nantinya akan menjadi tempat tidurku."Ini kamarku, dan ... di sebelahnya ada satu ruangan untuk sholat. Silakan masuk."
"Kamarmu? Maaf, sebaiknya aku tidur di kamar atas saja, tidak sopan jika aku beristirahat di sini.
Atau ... aku istirahat di ruang keluarga saja,"Bara tersenyum.
"Mengapa kau masih saja kaku? Ayolah, rumahku, rumahmu juga. Anggap saja seperti itu,"
"Tapi rumah ini kau miliki semata-mata untuk kau hadiahkan kepada istrimu nanti kan, Bara? Aku merasa tak pantas untuk tinggal gratis di sini. Berapa harga sewanya? Biar kubayar nanti jika aku sudah mendapatkan pekerjaan."
Lagi, pria itu tersenyum, sangat manis sekali.
"Sudahlah, jangan lagi kau pikirkan itu, sangat sungkan."
"Tapi Bar--"
"Rapikanlah semua pakaianmu, mandilah! Sementara aku akan pergi ke rumah pak RT untuk melapor, jangan lupa kuncilah dari dalam."
Bara berlalu dari hadapanku, menuju ke luar rumah.
'Betapa mulianya hati Bara, semoga ia lekas mendapatkan jodoh yang terbaik, dan pastinya suci, tidak koyor sepertiku. aamiin'
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaku
General Fictionaku hanya bisa merutuki takdirku, mencaci Tuhanku, mengapa semua terjadi seperti ini...? masa depanku hancur, impianku telah sirna ....