'Misi Rahasia'

2.6K 212 15
                                        

Pov. Bara

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa melakukannya."
tolak petugas laboratorium.

Aku menyodorkan KTAku.

"Bbb--baik, Pak."

"Bisakah kau melakukannya dengan baik?"

"Baik, Pak. Akan saya lakukan."

"Bagus. Jangan sampai Dokter Anton mengetahui perihal ini."

"Saya pastikan, siapapun tak akan mengetahuinya, Pak."

"Bagus."

Aku meninggalkan  laboratorium dan kembali ke ruangan Nabil.

"Bara, apa kau yakin akan mengeluarkanku dari sini?" tanya Humaira.

"Apa yang membuatmu tidak yakin kepadaku?"

"Bu-bukan begitu, Bara. Uang tiga ratus juta itu tidak sedikit, kau punya uang sebesar itu darimana? Apa kau seorang pengusaha sukses? Untuk apa kau melakukan ini? Kau bisa membeli apa saja dengan uang itu, mobil misalnya? Atau hal penting lainnya, selain aku."

"Baiklah, akan kulakukan jika kau mau."

"Maksudmu?"

"Ya, aku akan membeli sebuah mobil, dan membiarkanmu menetap di sini, atau mungkin ... kembali ke Mamih? Itukan, yang kamu mau?"

"Ti-tidak, Bara. Tidak seperti itu. Maksudku ...."

"Sudahlah, ikuti permainanku, jika kau ingin selamat."

"Apa pentingnya aku untukmu? Kita baru kenal, mengapa kau bertindak jauh seperti ini? Jujur, aku trauma dengan kebaikan seseorang, yang menutup rapi kejahatannya. Kau ingat ceritaku?"

"Tidak semua orang bersikap baik itu mempunyai maksud atau tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri, dan ingat, berbuat baik tidak harus mempunyai alasan. Berbuat baiklah selama kau bisa dan mampu.
Dan aku ... sedang mencoba melakukannya."

Wanita berparas cantik itu bungkam.
Ya, Humaira memang cantik, bahkan sangat cantik.
Sesuai dengan namanya, pipi Humaira merah merona tanpa harus dipulas secuil make-up apapun.

Kulihat waktu yang tertera pada arlojiku.

"Sudah pukul delapan malam, istirahatlah."

Kuselimuti tubuh Humaira dengan bedcover, agar ia merasa lebih hangat.

"Aku tak tahu, harus berkata apa lagi kepadamu. Kurasa ... kalimat terimakasih sangatlah tidak cukup."

"Sudahlah, jangan berkata seperti itu lagi, Humaira. Sebaiknya kau segera istirahat."

"Apa kau ... akan pergi?"

"Kurasa tidak, aku akan merebahkan tubuhku di atas sofa. Aku tak bisa meninggalkanmu sendiri."

"Terimakasih, Bara."

Entahlah, senyum itu ... selalu membuat hatiku merasa bahagia.

'Selamat tidur, Ira'

***

Pukul 06:50 WIB
Rumah Sakit Citra Medika.

"Selamat pagi, Nona.
Sudah siap untuk hari ini?"

Aku bersuara dibalik boneka beruang berukuran besar yang baru saja ku beli untuk Humaira.

"Bara? Uuuh ... lucu sekali ... terimakasih bonekanya, aku sangat suka."

"Sama-sama, Ira."

'Semoga dengan ini, trauma pada dirimu perlahan hilang'

"Selamat pagi, Huma, Bara. Maaf, mengganggu sebentar. Aku hanya ingin mengantarkan ini."

HumairakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang