Sesampainya di toko Bunga, Bara lebih dulu melihat Leona yang sedang duduk di kursi yang tersedia untuk pengunjung.
'Dimanakah Ira?' tanyanya dalam hati.
Ia mematikan mesin mobilnya, membuka pintu dan segera turun.
Dari jauh nampak Leona sudah tersenyum kepadanya."Assalamualaikum," salam Bara.
"Waalaikumsalam." sambut Leona.
"Sedang apa kau disini?"
"Aku hanya melihat-lihat saja, kau sendiri?"
"Dimana Ira?"
"Ira sedang ke belakang, tadi Oma memanggil. Duduklah."
"Terimakasih."
Suasana nampak canggung. Bara tak sedikitpun menatap wajah Leona yang memandang ke arahnya.
Khawatir ia akan merasakan keraguan itu lagi.
Tiba-tiba Anton datang menghampiri mereka berdua."Hei, Bro! Udah lama di sini?" tanya Anton.
"Baru aja datang. Ira mana, Bro?"
"Masih di belakang, sama oma."
Anton terlihat sedang membaca situasi. Ia terdiam sejenak, lalu membalikkan badan dan berlalu."Sebentar ya, Bro."
Bara terheran, sebenarnya Anton kenapa? Apa ia cemburu melihatku duduk bersama Leona?
Dengan tergesa-gesa Anton berjalan menuju kamarnya.
"Ada apa, Ton?" tanya Humaira ketika melihat sahabatnya sedikit berlari menuju kamar.
"Gak papa." jawab Anton singkat tanpa menoleh ke sumber suara.
Tak lama kemudian, ia kembali dengan pakaian rapi dan kunci mobil yang dipegangnya.
"Oma, Anton pamit pergi dulu. Barusan ditelepon temen minta tukar jadwal." ujar Anton.
"Hati-hati di jalan, Anton."
"Ya, Oma. Anton pamit." Anton mencium kedua pipi Oma Jeni dan pergi meninggalkannya yang masih berbicara dengan Humaira.
Sesampainya di depan, Anton berpamitan pada Bara. "Bro. Gua pergi dulu, ya!"
"Hati-hati, Bro."
"Ayo, Leon!" Anton meraih lengan Leona dan menariknya.
"Kemana?" tanya Leona.
Ia bingung, mengapa Anton tiba-tiba mengajaknya pergi, tanpa basa-basi apapun sebelumnya."Ikut saja." jawab Anton, terus berjalan mendekati mobilnya, sembari menggenggam lengan Leona.
"Lalu mobilku, bagaimana?"
"Suruh sopirmu membawanya kembali. Cepatlah masuk mobil, nanti aku telat." perintah Anton, membukakan pintu mobil dan menyilakan tunangannya itu untuk masuk.
"Baiklah."
Mereka berdua pun pergi meninggalkan Bara yang masih duduk di kursi pengunjung.
"Kau harusnya mengerti dan tak perlu banyak bicara, Leona." Dengan ketus Anton membuka pembicaraan.
"Ada apa, Anton? Apa salahku?"
"Kau kan tahu, saat ini Bara sedang berada di situasi yang amat sulit, ia harus memilih apakah kau atau Huma yang akan menjadi masa depannya."
"Terus?"
"Kau masih belum paham? Bara datang ke toko bunga karena ia mencari Huma, sudah sangat jelas bukan, Bara ingin memperbaiki hubungannya dengan Huma. Jika Bara sampai ragu lagi menentukan pilihannya, itu akibat salahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaku
General Fictionaku hanya bisa merutuki takdirku, mencaci Tuhanku, mengapa semua terjadi seperti ini...? masa depanku hancur, impianku telah sirna ....