"Selamat pagi, humaira."
Seorang pria tegap, tampan, membawa karangan bunga dan buah, mendekat ke arahku."Pagi, siapa, ya?" tanyaku.
'Sekilas ... seperti aku pernah melihatnya.'
"Bu Humaira aneh, masa suami sendiri lupa?" seorang suster yang telah mengantarkan makanan dan obat ke kamarku ikut menyambar.
"Suami?" spontan, aku kaget.
Kami bertiga saling melempar tatap.
"Sayang, bagimana keadaanmu? Ehm, suster. Humaira ini sedang ngambek, gara-gara kemarin seharian aku tidak sempat menjaganya, karena tugas ke luar kota. Iya kan, sayang?"
Pria itu sesekali mengerjapkan matanya ke arahku."Eh, ap--? Iy-- iya sus. Betul. Lagian ... Istri mana sih, yang nggak ngambek, ditinggal sendiri di rumah sakit? "
" Owh ... Saya kira Ibu beneran lupa suami sendiri. Hihi. "
'Fyuuhhh..! Syukurlah'
"Oya, Sus. Saya mau ajak Humaira pergi ke taman rumah sakit ini, sebentar. Biar dia gak ngambek lagi, dan mau makan banyak, hihi."
"Silakan, Pak. Akan saya siapkan kursi rodanya."
"Baik, Sus. Kami tunggu."
Selang beberapa menit, suster itu kembali dengan membawa kursi roda.
Ia membantu pria yang aku sendiri tak tahu siapa namanya, memindahkanku agar duduk di kursi roda yang telah Suster bawa.Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, kami telah tiba di taman.
"Oke, udah nggak ada siapa-siapa, beritahu aku, siapa kamu? Dan apa tujuanmu mengaku-ngaku jadi suamiku?" selidikku.
"Perkenalkan, namaku Bara Nugraha, panggil saja aku Bara."
"Kau mengenaliku?"
"Aku yang menyelamatkanmu kemarin."
"Untuk apa kau melakukan nya!? Gara-gara kau, aku tidak jadi mati!"
"Jangan takabur, Humaira! Mati dan hidupnya kamu itu hanya Tuhan yang tahu. Kau punya Tuhan? Siapa Tuhanmu?"
"Jelas aku punya, Allah lah Tuhanku. Mengapa kau bertanya seperti itu?"
"Kufikir ... kau tidak mempunyai Tuhan. Sebab, hanya orang yang tidak ber-Tuhan lah yang melakukan percobaan bunuh diri. Konyol." ucapnya ketus.
"Jika kau tak tahu bagaimana ceritanya, tak usah kau beri komentar pada hidupku! Urus saja dirimu sendiri! Aku tidak meminta untuk kau selamatkan!"
"Sombong sekali, kau. Tujuanmu mati itu apa? Kau sudah punya bekal sebanyak apa, hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupmu? Apa dunia yang hina ini tak pantas untuk kau tinggali, hingga kau dengan percaya diri mengakhiri hidupmu? Apa kau punya jaminan jika setelah mati nanti, kau akan langsung masuk syurga tanpa hisab dan pertanggungjawaban apapun!?"
Deg!
"Siapa sebenarnya, kau ini?"
"Aku bukan siapa-siapa, tapi aku akan membantumu."
"Membantu apa? Aku tak butuh bantuan apapun darimu."
"Benarkah? Jika seperti itu ... gantilah uangku yang kupakai untuk biaya rumah sakitmu, sekarang juga. Lima puluh juta rupiah. Bagaimana? Bisa?"
Aku membisu sesaat.
"Jika kau tak bisa, mulai saat ini, jangan menolakku untuk membantumu, dalam segala hal apapun. Jangan pernah!"
"Terserah."
'Sebenarnya siapa pria ini? Bersikap dingin, bermulut pedas, tapi sebenarnya dia baik.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaku
General Fictionaku hanya bisa merutuki takdirku, mencaci Tuhanku, mengapa semua terjadi seperti ini...? masa depanku hancur, impianku telah sirna ....