Humaira tidak menjawab pertanyaan Leona mengenai hubungannya bersama Bara.
Hatinya bingung, ia juga tidak mengetahui apakah Bara benar-benar masih ingin bersamanya setelah ia bertemu dengan cintanya di masa lalu, yaitu Leona.
Anton, yang sangat memahami perasaan Humaira berusaha untuk mengalihkan pembicaraan."Leon, apa siang ini kamu ada acara?" tanya Anton.
"Siang ya? Kayaknya Aku ada pemotretan di salah satu butik daerah Kemang. Memangnya ada apa?" jawab Leona, balik bertanya kepada Anton.
"Mau kuantar?"
"Maksudnya, ini kamu menawarkan diri untuk mengantarku, gitu?"
"No, no, no, jangan salah paham. Maksudku, kalo kamu mau diantar aku, ya aku antar. Kalo enggak ... ya gak masalah, sih. Kebetulan aja kan satu arah gitu." Anton mencoba memberi penjelasan dan mengelak, demi gengsinya.
"Ya ampuuun ... Ton! Gak perlu kasih penjelasan ngalor ngidul juga keles. Bilang aja kamu pengen jalan berdua sama Leona, gitu aja so' gengsi. Ckckck." sambar Humaira, mengejek Anton.
"Eits! Enggak, enggak gitu ... apaan sih nih anak! Kaya dukun aja! Maksud aku ... aku kan nanti siang mau ke daerah Kemang gitu kan, jadi ya---"
"Sudah, sudah. Aku mau kok." ucap Leona, memotong perdebatan antara Anton dan Humaira.
"Nah, gitu dong dari tadi." celetuk Anton.
"Cie, ciiieeeeeee. Selamat, ya!" Lagi, Humaira masih melontarkan candaannya.
"Selamat apaan?" tanya Anton.
"Selamat atas hubungan kalian berdua."
Pppfft! Uhuk-uhuk!
Spontan Leona terkejut hingga terbatuk, saat sedang meneguk air putih."Rese deh ...! Rese ...!" Dengan gemas Anton mengelitiki Humaira, hingga terpingkal-pingkal.
"Aduh, ampun Anton. Ckckck, geli Anton! Udah udah, adududuh, ckckckkck Anton ... ampun!"
Melihat pemandangan kedua sahabat yang sedang bercanda di hadapannya, Leona ikut tertawa. Ia sangat merasakan kedekatan antara Anton dan Humaira.
Kasih sayang dan perhatian yang Anton berikan pada Humaira sangatlah tulus.
Akankah Leona berhasil mengambil utuh hati Anton hanya untuknya?'Mungkin Anton benar, aku harus lebih berusaha keras lagi untuk merebut hati Anton,' lirih Leona.
***
Matahari semakin meninggi, sudah waktunya Anton pergi menjemput tunangannya, Leona.
Sebelum berangkat, ia menyempatkan diri menelepon Humaira, untuk sekedar mengingatkannya makan siang.[Assalamualaikum. Halo, Padok. Ada apa?] salam Humaira dari seberang telepon.
[Padok?]
[Padok itu, singkatan dari Pak Dokter. Hihihi]
[Gak ada sebutan lain yang lebih bagus apa?] komplain Anton.
[Hm ... Apa ya?]
[Sayang, kek. Cinta, kek. Bebeb, juga boleh]
[Hah? Apa? Bebek? Ckckck]
[Hadeuuuh! Jadi cewek gak ada romantis -romantisnya]
[Ckckck. Lagian ganjen! Kalo mau romantis-romantisan ... kamu salah alamat. Udah punya tunangan yang cantiknya gak ketulungan juga gak bersyukur! Kalo aku jadi Leona, ogah banget tunangan sama cowok lenjeh kaya kamu. Ckckck]
[Udah deeeh, Leona lagi, Leona lagi. Yaudah! Aku mau pergi dulu jemput Leona, puas?]
[Nah, gitu dooong! Itu baru cowok gentle! Hati-hati, ya!]
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaku
General Fictionaku hanya bisa merutuki takdirku, mencaci Tuhanku, mengapa semua terjadi seperti ini...? masa depanku hancur, impianku telah sirna ....