Note : 18+(Bismillahirrahmanirrahim, terimakasih kepada admin yang telah meloloskan tulisan saya, selamat membaca 😊)
Mobil yang kutumpangi bersama Bang Igor terus melaju dengan cepat di tengah riuh pikuk kota Batam yang mempesona.
Aku tak pernah membayangkan, takdirku akan sampai di kota ini dengan jalan cerita yang sangat kelam.Di kota ini pula mimpiku telah berakhir.
Jangankan untuk menggapai gelar S1 di London, untuk bisa kabur dari jeratan iblis tak berperikemanusiaan ini pun aku tak bisa.Tuhan ... jika aku diizinkan, akan ku tolak mentah-mentah takdirku ini.
"Kenapa kau melamun, Ira?" tanya Bang Igor.
"Tidak apa-apa."
"Ikuti aturan main kami, kelak kau pun akan senang dan menikmatinya.
Kurasa kau akan jadi primadonanya Mamih, Ira.""Bang, boleh aku mampir ke ATM, sebentar?"
"Untuk apa?"
"Aku hanya ingin mengecek saldo di ATM-ku. Sebentar saja, dikawal Bang Igor pun tak apa."
Aku mulai pasrah, melawan pun aku tak mampu.
Aku hanya ingin melihat kebenaran, apa benar semua uang hasil penjualan rumah telah dimasukkan Tante Mirna ke dalam ATM-ku?"Baiklah, tapi awas! Jangan coba macam-macam!"
Kemudian, mobilpun menepi disebuah minimarket yang terdapat mesin ATMnya.
Aku turun dari dalam mobil dengan dikawal Bang Igor.Kupencet tombol demi tombol mesin ATM dihadapanku, dan benar saja.
Hanya lima puluh ribu rupiah, saldo yang tertera di ATM-ku.
Aku merunduk lemas, uangku lenyap, masa depanku hancur, kehidupanku kelam, gelap gulita.
Manusia berhati apakah Tante Mirna itu?
Hartaku dirampas, dan aku dijual kepada oknum mucikari, Bang Igor.'Oh Tuhan ... sehebat dan sekuat apakah aku? Hingga kau beri cobaan hidup yang teramat pahit ini ....?'
"Kenapa, Ira?"
"Tidak apa-apa, Om."
Langkahku terapung, kembali ke dalam mobil."Tenang saja, Ira. Sebentar lagi ATM-mu akan kebanjiran saldo. Jangan sedih, kerjalah yang bagus untuk kami, kamipun akan memberi imbalan yang setimpal untukmu."
Aku tak menjawab ocehan Bang Igor.
Siapa orangnya yang dengan sadar membiarkan atau bahkan mengikhlaskan mahkota kebanggaannya direnggut orang yang tak dikenal secara paksa?
"Sudah sampai, ayo, Ira!"
Bang Igor menyeret lenganku dengan kasar, memasuki salah satu hotel mewah berbintang di kota Batam."Hai ... Sayang. Ketemu lagi sama Mamih di sini.
Kau sangat cantik sekali."Ternyata Mamih telah menungguku di salah satu kamar hotel.
"Igor, kamu boleh tunggu di bawah." Telunjuk Mamih mengarah ke pintu keluar.
"Baik, saya permisi Mamih."
'Cih! Badan Bang Igor yang besar seolah menciut seketika kala kau berhadapan dengan Mamih!'
"Duduklah, Sayang. Sebentar lagi tamu kita akan segera datang."
"Mamih ... maaf sebelumnya ... Saaa--Sa--yy--saya ... saya ... saya tidak bisa melakukannya, Mamih."
"Hahaha ... relax saja, sayang. Nikmati ... nanti kaupun akan terbiasa. Jangan takut." ujar Mamih sambil mengeluarkan asap rokok yang dia hisap ke arah ku, sangat menjijikan.
Tok! Tok! Tok!
"Nah, sudah datang. Silakan Masuk."
"Selamat Malam, Pak. Apa kabar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaku
Ficção Geralaku hanya bisa merutuki takdirku, mencaci Tuhanku, mengapa semua terjadi seperti ini...? masa depanku hancur, impianku telah sirna ....