'Pilihanku'

2.3K 235 17
                                    

Tingnong!

Anton memencet bel yang terdapat pada dinding samping pintu rumah Leona.

Beberapa lama kemudian, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu. "Eh, Mas Dokter. Mari masuk, Mas," ujar Mbak Sari.

"Terimakasih, Mbak. Tante Diananya ada gak, ya?" tanya Anton, setelah duduk di sofa ruang tamu.

"Ada, Mas. Saya panggilkan dulu sebentar, ya."

"Terimakasih, Mbak."

Sari pun pergi meninggalkan Anton untuk menemui Tante Diana, Ibunda Leon.

Dengan hati gelisah dan gugup, Anton menunggu di ruang tamu. Entah bagaimana cara mengungkapkannya, yang jelas, sebisa mungkin ia akan memperjuangkan hubungannya dengan Leona.

"Masih berani datang ke sini rupanya?" Dengan nada tak menyenangkan, Tante Diana bertanya pada Anton.

"Malam, Tante." sapa Anton, seraya membungkukkan tubuhnya sesaat.

"Malam. Ada apa?"

"Tante, saya mendengar tadi siang Mami datang---"

"Langsung ke intinya!" Sinis, Tante Diana memotong ucapan Anton.

"Saya tidak ingin pertunangan ini berakhir, Tante."

Satu kalimat pamungkas akhirnya terucap dari bibir Anton.

"Oh, begitu?"

Jelas terlihat, Tante Diana masih memendam amarah kekecewaannya terhadap pihak keluarga Anton, atas pemutusan sebelah pihak perjodohan ini.

Anton terdiam, menatap calon mertuanya yang masih duduk tak bersuara.

"Bagaimana, Tante?"

"Permintaan ditolak."

Deg!

"Apa alasannya?"

"Selama tiga tahun anak Tante berjuang, selama itu pula ia tersiksa oleh sikapmu, Anton! Tante kecewa padamu! Sekuat apapun wanita, ia punya perasaan dan titik jenuh! Bagaimana bisa kau campakkan dia selama ini? Apa kurangnya Leona kepadamu? Ia selalu menganggapmu sebagai pasangannya, meski kamu memperlakukan ia dengan sebaliknya!"

"Saya sangat menyesal, Tante. Beri saya kesempatan."

"Kesempatan itu telah datang selama tiga tahun lebih, tapi kamu sama sekali tidak memanfaatkan nya dengan baik! Tante kecewa!"

"Anton mohon, Tante."

"Tidak, Anton! Cukup! Keluarga ini punya harga diri! Walau bagaimana pun Mamimu sudah datang ke sini dan memutuskan perjodohan kalian. Semuanya sudah terlambat."

"Tapi, Tan---"

"Tante rasa semuanya sudah jelas. Pulanglah!"

Tante Diana beranjak, dan meninggalkan Anton yang masih duduk di ruang tamu.

"Mas Dokter, silakan diminum kopinya." Sari datang dengan membawa kopi hitam kesukaan Anton.

"Terimakasih, Mbak. Tapi saya harus pulang. Lain waktu saya akan minum kopi buatan Mbak Sari lagi."

"Lho, Mas Dokter. Tumben, sebentar? Bukannya Mbak Leon belum pulang?" tanya Sari, heran.

Anton hanya tersenyum, kemudian pamit melenggang meninggalkan rumah Leona dengan langkah yang sangat berat.

Selang beberapa detik saat mobil Anton keluar dari gerbang utama, mobil Leona datang dan langsung memasuki halaman rumah.
Menyadari hal itu, Pak Rahmat, sopir pribadi Leona berkata, "lho, Mbak. Sepertinya barusan saya melihat mobil tunangannya Mbak yang waktu itu, barusan keluar dari gerbang."

HumairakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang