-; 3am

498 77 2
                                    

"Kalo sekarang hujan, lo pulangnya gimana?"

"Ya nunggu nanti hujannya reda."

"Kalo hujannya ga reda-reda?"

"Nginep aja lah."

Enak banget ya mas kalo ngomong hehe.

"Emangnya gue ngebolehin?"

"Bolehlah. Sama cogan kok gamau," ucap Zach dengan sombongnya.

"Eh om, mau ngapain om."

"Bodo. Pokoknya nginep sini ya!" Seru Zach yang langsung merebahkan dirinya ke kasurku.

Aku melirik ke jam dindingku. Sudah pukul sepuluh rupanya. "Eh, jangan tidur dulu, Zach."

"Capek gue."

"Cupu ah. Tidur agak maleman aja napa."

"Yaudah iya. Mau ngapain sekarang?" Tanyanya sambil mendudukkan dirinya.

"Netflix?"

"Ouyeah. Stranger Things? Season 4?"

"How about CAOS Season 3?"

"Hell yeah. Let's go."

Satu episode telah kita lewati. Aku mulai merasa lelah. Mataku perlahan mulai menutup. Kepalaku terasa berat. Kujatuhkan kepalaku di pundak Zach.

"Haz? Udah tidur?" Tanya Zach pelan. Aku sengaja tak menggubrisnya. Aku terlalu lelah untuk berbicara.

Zach mematikan laptopku dan menaruhnya di meja belajarku yang berada di samping ranjangku. Ia membaringkan tubuhku, mematikan lampu kamar, dan tidur di sebelahku.

Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya?

Tanpa disangka ia memeluk pinggangku.

Unbelievable.

Aku terbangun pada pukul tiga pagi. Masih terlalu pagi untuk melakukan aktivitas.

Badanku yang semula membelakangi Zach, sekarang berputar menghadap dirinya. Tangannya masih melingkar di pinggangku.

Teringat kembali kepingan masa lalu yang kualami bersama Daniel. Dia selalu memelukku saat tidur bersama.

Aku menggelengkan kepalaku perlahan untuk melupakan memori itu dan berharap agar Zach tidak terbangun dari tidurnya.

Kuamati wajahnya dalam diam. Dia sangat tampan. Dan juga imut. Serta menyebalkan. Tapi sumpah, dia kelihatan 1000% lebih cakep pas dia tidur. Ih gemes deh, pengen cubit pipinya.

Bukannya nyubitin pipinya, tapi tanganku malah menghampiri rambut yang menutupi dahinya dan menyibakkannya ke belakang.

Matanya terbuka. Dengan reflek aku melepaskan tanganku dari rambutnya.

"Pegang-pegang."

"Abisnya gemes." Dia tersenyum. Kemudian tertawa pelan dan menunduk.

Ia kembali menatap ke arahku. Menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telingaku. Telapak tangannya memegang pipiku. "Lo cantik, tau ga."

Hah? Ga salah denger?

Aku menggigit pipi bagian dalamku.

"Kalo mau senyum, ya senyum aja. Ntar cantiknya extra."

"Ngalus terus," balasku dengan tertawa pelan.

"Tapi gue serius kalo lo itu cantik. Ga bohong, sumpah," ulangnya.

Aku menahan senyumku dan berusaha mencari bantal untuk diletakkan di atas wajahku.

Ini anak bisa aja bikin baper.

2019 ©️ jal0ux

𝐟𝐨𝐫𝐠𝐨𝐭𝐭𝐞𝐧 | djsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang