"Tes.. satu dua."
Ada pengumuman apalagi?
"Mohon perhatiannya anak-anakku sekalian. Mulai besok Senin akan ada perubahan jadwal pelajaran untuk senior. Ketua kelas dimohon ke ruang guru."
Oalah ga penting. Untung gue bukan ketua kelas. Kan Jack ketua kelasnya.
"Jack, sana ke ruang guru minta jadwal baru," aku mendorong bahunya dari belakang.
"Iya iya sabar etdah," ia membereskan mejanya yang berantakan dan bersiap membawa buku kecil dan pulpen kemudian berjalan keluar kelas.
Sementara menunggu jadwal kelas, kelas jamkos. Jadinya gue pengangguran di kelas.
"Oy, Ash."
"Napa, Haz?"
"Bawa earphone ga?"
"Dipinjem Brandon."
Yah.
"Tapi gue bawa airpods kok," lanjutnya. Ia mengeluarkan airpods dari saku celananya kemudian memberikannya kepadaku.
"Ayye, thankies." Ashley melanjutkan membaca bukunya.
Saat aku ingin memasang airpods pada telinga kiriku, Zach datang ke kelasku dan duduk di kursi yang berada di seberang kiriku.
"Hey."
"Hey, ngapain kesini?"
"Nyamperin pacar lah, masa gaboleh."
"Loh, kalian pacaran?" Tanya Ashley yang ternyata nguping.
"Engga. Gue aja gatau kapan jadian," jawabku cepat.
"Halah ga perlu jadian juga lo bakal mau jadi pacar gue," sahut Zach tiba-tiba.
Jujur sih, agak bingung situasi kayak gini. Mau njelasin yang sebenernya salah, mau nolak perkataannya juga salah. Yaudah iya gue serba salah.
"Ntar malem free ga?" lanjut Zach.
"Free free aja. Kenapa?"
"Movie date ayo. Ntar jam 7 malem gue jemput, oke? Bye cutie."
Njir dateng kesini cuma ngajak gitu doang trus langsung pergi? Okelah.
"Woi teman-teman laknatku! Mau tau jadwal barunya engga?" Jack tiba-tiba langsung nyosor masuk ke kelas dan mengeluarkan teriakan mautnya.
Semua langsung diem dan nengok ke arah Jack. "Bahasa, Matematika, Sosial, Sejarah sama Seni, anak ips sama ipa campur karena guru-gurunya pensiun! Tentang jam ke berapa dan hari apa, kalian bisa ke papan pengumuman."
"DAN INGAT, HABIS ITU PULANG!" serunya sambil mengangkat jaketnya dan memutarkannya searah jarum jam.
Semua anak di kelas jerit-jerit kegirangan. Cuma gue yang engga. Iyasih, habis ini pulang. Yang bikin gelisah itu, gue berkemungkinan sekelas sama Daniel kan?
Tanpa pikir panjang, Aku langsung pergi ke papan pengumuman dan melihat jadwal yang kudapatkan.
Senin, Jam kelima sama enam, Bahasa, Ashley, Corbyn, Jack. Duo besson? Nice.
Selasa, Jam kelima sama enam lagi, Bahasa lagi...
Zach? Daniel? Oke.
Rabu, Jam pertama kedua, Matematika, Corbyn lagi tapi sama Jonah deng. jadinya aman.
Kamis, Jam ketiga keempat, Seni, Ashley, Jack, Corbyn, Jonah, Zach, Daniel? Wah se grup. mantab.
Jumat, Jam pertama kedua, Sejarah, Ashley, Daniel. Jam ketiga keempat Sosial.. cuma sama Daniel. Yah. Yaudah gapapa sih ada Ashley pas sejarah, eh ada Brandon. Pasti dia duduk sama Brandon. Ah males lah. Mau pulang aja.Waittasec...
Mataku tak sengaja melirik ke arah hari selasa. Ada Abbey? Holy sh-
Geram melihat namanya, aku segera melihat ke hari Jumat. Abbey juga ada. fock.
Eh untung pas sosial gaada dia hehe.
Tak tahu apa yang kurasakan sekarang, aku mundur perlahan. Sesuai dengan yang kuprediksi, aku menabrak seseorang.
"Oh sor-Daniel?"
"Oh hey, it's okay. Are you okay?"
"Yeah. It's totally fine. Thank you."
Aku pergi meninggalkannya.
But wait.
He got my hand.
A total mess.
"Don't go. We need to talk," ucapnya.
"I can't, Daniel. I have something important."
Daniel memutar bola matanya. "Fine."
"But can you tell me apa hal penting yang lo maksud?"
Just-take a deep breathe.
"I can't. Talk to you later, okay?" Aku langsung pergi dari pandangannya dan menuju ke parkiran mobil. Corbyn telah menungguku disana. Bersandar pada mobilnya ea.
Aku tertawa ke arahnya, "Bersandar tuh sama Tuhan, bukan sama mobil, goblok!"
"Yang penting Porsche. Buruan ah masuk. Gue laper, sat."
Aku masuk ke mobilnya. "Ashley ga ikut?"
Dia menggeleng. "Nge date ama Brandon. Dahlah bacot amat lu."
Aku langsung diam. Corbyn mengeluarkan mobilnya dari parkiran dan meluncur ke jalan raya.
Aku memutar lagu dari mobil Corbyn.
"There's no better view.."
Muncullah suara Jonah dari stereo mobil Corbyn. Dengan cepat Corbyn langsung memberhentikan lagu tersebut.
"Kok dimatiin sih!"
"Itu lagu belum kita rilis goblok. Dengerin yang lain aja dah."
Cemberut? Pasti! Aku menyambungkan stereo tersebut ke handphone-ku dan memutar lagu dari playlist favoritku.
"MMM BABY I DON'T UNDERSTAND THIS."
Corbyn kembali memberhentikan lagu tersebut. Aku menggantinya dengan lagu lain.
"MY LAST MADE ME FEEL LIKE I WOULD NEVER TRY AG-BYYNNN!"
Corbyn pause, aku ganti lagu.
Gitu aja terus. Enjoy engga ribut iya.
"Yaudah iya biar seneng," aku memutar Invitation. Ya lagu miliknya.
"I NEEDA LITTLE CASUAL CONVERSATION GAL WITH YOOOUUU."
Corbyn ikut menyanyi bersamaku. Entah mengapa aku bahagia ikut menyanyi bersamanya meskipun dia telah membuatku jengkel atas perlakuannya sebelumnya.
Invitation telah selesai, terputarlah I Depend On You.
Saat intro dari lagu tersebut dimulai, aku langsung menyandarkan punggungku ke sandaran kursi, melipat kedua tanganku di depan dada dan menatap ke arah jendela.
Ya. Ini merupakan salah satu lagu favoritku dari lagu yang mereka keluarkan.
"Kenapa?" Tanya Corbyn bersimpati.
"Ga kuat sama bullshit nya Daniel dari lirik yang dinyanyiin di partnya."
"I depend on you apaan, orang dia aja ngebela that bitch," lanjutku.
"Skip aja kalo lu mau," solusi yang datang terlambat, Byn. Suaranya udah keluar dari tadi.
Yaudah gue pencet next song, untungnya hot girl bummer.
"FUUUCK YOU AND YOU AND YOUUU!" Aku menyanyikannya dengan bersemangat dan mengarahkan kedua jari telunjukku ke arah Corbyn. Lagi-lagi kami tertawa dan menyanyi bersama.
"Eh btw, Byn."
"Nape tot."
"Tadi gue ga sengaja ketemu Daniel."
"Apa-apa—"
"Dan gue juga ninggalin Abbey dengan penasaran."
✰
2019 ©️ jal0ux
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐟𝐨𝐫𝐠𝐨𝐭𝐭𝐞𝐧 | djs
Fanfiction"What?" "What?" "Y-you l-love me?" "Yes. I did. I do. And will always do." [ written in bahasa ] 2019 ©️ 𝐒𝐄𝐀𝐕𝐄𝐘𝐋𝐎𝐆𝐘