Bunyi dering ponsel mengganggu konsentrasi Chandra yang sedang duduk di teras rumah, menggunakan laptop kakaknya, mencicil mengerjakan revisian skripsinya. Rencananya untuk menikmati sorenya berantakan saat melihat nama yang tertera di layarnya, membuat Chandra mengerang tertahan, menyiapkan hatinya untuk mendengar lengkingan suara gadis di seberang sana.
"MBAKKKKK CHANDDDD...." Chandra langsung menjauhkan ponsel dari telinganya saat suara kencang menyapa pendengarannya. Melihat ID pemanggilnya, Chandra mendesah pelan saat mendapati nama Claudya.
"Kenapa Claud?" tanya Chandra lemah.
"Beneran Mbak Chandra tuh sama Mas Mark? Kata Ibu, nanti mau ke rumah Mbak Chandra lhoo." jawab Claudya memberi informasi, yang langsung membuat Chandra panik setengah mati. Lalu buru-buru mematikan panggilan telponnya, tidak mempedulikan protes di ujung sana/
Chandra lalu berlari masuk ke dalam rumah, melupakan kondisi laptopnya yang masih menampilkan file skripsinya.
"MASSSSS REZAAAA, MASSSS...." masuk ke dalam kamar masnya, Chandra langsung menubruk tubuh masnya yang sedang tidur siang, menjelang sore. Membuat masnya tergeragap bangun karena ada sosok yang menindih tubuhnya.
"Kenapa sih?" tanya Reza dengan suara serak. Matanya belum sepenuhnya terbuka.
"Tolongin aku Mas. Kamu tau Jerry gak? Itu ibunya mau ke sini. Ketemu bapak." jelasnya berantakan, membuat Reza justru semakin kebingungan. Baru juga bangun, udah disuruh mikir. Duhh.
"Ya biarin aja? Kan mau ketemu bapak." ujarnya bingung, tidak mengerti poin kepanikan sang adik.
"Gimana ngejelasinnya yaa Mas. Aku juga bingung. Salahmu iki pokokmen." seru Chandra. ( Salahmu ini pokoknya )
"Lahh kok dadi aku?" ( Lah kok jadi aku? )
"Chandra." ganti suara Johnny terdengar, sosoknya terlihat di pintu kamar si sulung, jejaknya diikuti oleh anak bungsunya. Membuat kedua anaknya mengalihkan perhatian ke arah ayah mereka. "Kamu bikin masalah apalagi? Kok si Tyas bilang nanti malem mau ke sini?"
Bukannya menjawab pertanyaan ayahnya, Chandra justru mengeluh. "Embuh pak, embuh. Mumet aku. Ra paham." keluhnya sambil menggeleng-gelengkan kepala, yang langsung disambut toyoran oleh kakaknya.
"Dijelasin itu ke bapaknya, malah sambat." ( malah ngeluh ) tegur Reza yang merasa sang adik tidak sopan kepada ayah mereka.
"Gini lho gini, Mas, Pak. Jadi kemarin aku kan ketemu Jemima yaa. Dia nanyain pacarku, kujawabin bercanda doang sebenernya, kubilang kalau aku udah nikah. Kok ya ternyata cowok yang kuaku-aku suami tuh anaknya Pak Sandjaya, masnya si Jerry. Kaget juga aku Pak. Habis itu ternyata Jemima tuh cerita sama Jerry, Jerry ngomong sama Bu Tyas. Lahh Bu Tyas tuh kayaknya udah kepengen mantu apa gimana aku gak paham, kok main setuju-setuju aja katanya kalau aku jadi sama anak sulungnya. Mana gercep amat baru ketemu tadi siang di supermarket situ, ini udah minta ketemu sama Bapak aja." jelasnya panjang lebar sambil menghela nafas panjang. Tidak menyangka kebohongannya akan berbuntut panjang seperti sekarang.
"Lahh itu salahmu, kok tadi nyalahin aku sih?" protes Reza tidak terima.
"Mas tau gak istilah 'omongan adalah doa'? Mas juga ngaku-ngakuin aku udah nikah di depan Eric." tuduhnya, membuat mereka saling berpandangan sengit, tidak terima.
"Trus ini sekarang gimana?" ujar Johnny menengahi pertengkaran di antara kedua anaknya.
"Biarin aja Bu Tyas ke sini pak. Pengen ndang rabi kui anak wedokmu." ( mau cepet nikah itu anak gadismu ) ejek Jagat, membuat Chandra melotot tajam dan Reza terbahak mendengar kalimat si bungsu.
"Beres kuliah aja belum." tukas Johnny cepat, tidak setuju jika sang putri semata wayang akan melepas masa lajang sebelum menyelesaikan pendidikannya.
"Bener pak, bener. Setuju aku. Tolak aja itu Bu Tyas, jangan kasih aku nikah sama anaknya Pak. Ganteng sih, tapi galak banget." toyoran kembali diterima Chandra. "Duhh Mas, koclak iki ngko." ( Kekocok ini nanti / otaknya ) keluhnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah kakaknya.
"Yaudah, kamu temenin masmu cari makanan sana. Siap-siap buat nyambut si Tyas." titah Johnny ke arah kedua anaknya yang masih saling memiting di atas kasur, melampiaskan kekesalan masing-masing.
"Iya Pak." sahut Chandra menjawab perintah bapaknya. "Astagaaaaa, laptopmu Mas." teriaknya Chandra sambil berlari keluar rumah, teringat laptop kakaknya yang ditinggalnya di teras rumah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies
FanfictionSetelah kehilangan cinta pertamanya - yang ternyata lebih memilih sahabatnya -, Haera Chandra Pratama tidak pernah kembali berusaha memiliki hubungan dengan siapapun. Hingga ketika akhirnya sang sahabat menanyakan mengenai statusnya, Chandra terpak...