24.

4.2K 589 11
                                    

Chandra mengernyitkan alisnya heran ketika, lagi-lagi ada sebuah telepon dari Jerry. Heran sehati banget habis masnya, kok ya adiknya nelepon, keluh Chandra dalam hati.

"Halo Jer?" sapa Chandra ringan.

"Ini Ibu lagi Chan." jawab suara perempuan di seberang sana, membuat Chandra tersenyum kikuk. Ini kenapa ibunya Jerry telepon gak pakai hapenya sendiri sih.

"Iya Bu. Gimana?"

"Kamu maunya pakai kebaya warna apa Nduk?" tanya Tyas yang langsung membuat Chandra melongo keheranan.

"Gimana Bu?" tanya Chandra was-was. Belum 24 jam lulus sidang, dirinya sudah ditodong masalah pernikahan.

"Buat acara lamaran pakai merah aja ya Nduk. Nanti baru yang nikahan pakai warna putih aja gapapa ya? Chandra kan sudah lulus." ujar Tyas sedikit memaksa, membuat Chandra hanya mampu menghela nafasnya perlahan.

"Bu, masih perlu revisi, belum wisuda. Biarin Chandra nafas dulu ya Bu. Satu-satu mikirinnya, Chandra gak sanggup." keluhnya pendek.

"Ya makanya, kamu kan pasti pusing. Ini ibu bantuin, biar gak kamu urusin sendiri."

"Ibu.... Chandra gak tau apa yang bikin Ibu pengen Chandra jadi istrinya Mas Mark. Tapi pelan-pelan ya Bu, separuh umur Chandra taunya cuma Jerry, gak bisa tiba-tiba dipaksa buat sama Mas Mark. Selesai kuliah, Chandra pasti pulang, kita bisa omongin baik-baik. Cuma, emang gak sekarang?" tutup Chandra dengan nada sdikit ragu. Takut wanita di ujung sana tersinggung dengam ucapannya. Batinnya terasa lega sekaligus tersayat ketika mendengar kalimat berikutnya.

"Ibu kira dulu kamu bakal sama Jerry, bakal jadi mantu Ibu. Pas tau Jerry punya pacar, Ibu bingung. Ibu suka Jemima, tapi tetep mau kamu jadi mantu Ibu. Makanya Ibu seneng ternyata kamu deket sama Mas Mark, kamu tetep bakal jadi mantu Ibu. Maaf kalau Ibu mintanya buru-buru." pintanya perlahan, membuat Chandra diliputi rasa bersalah.

"Enggak apa-apa Bu. Chandra ngerti, cuma pelan-pelan dulu. Lulus kuliah Chandra juga pengen kerja. Nyenengin bapak sama adeknya Chandra. Ibu gapapa punya mantu kerja?" tanyanya.

"Gapapa selama Mas Mark juga setuju." jawab Tyas. Obrolan dilanjutkan dengan beberapa topik mengenai wisuda Chandra, dan sesuai permintaan Mark, Chandra tidak berani memberitahu tanggal wisuda. Yah jadwalnya juga belum keluar sih, baru juga revisi.

Chandra buru-buru mendial nomor telepon kakaknya ketika panggilan teleponnya dengan Bu Tyas berakhir.

"MASSSSS!!!" Teriak Chandra begitu Reza mengangkat panggilannya di entah deringan ke berapa.

"Apa sih Ndra? Bikin pusing tau gak sih suaramu tuh." jawab Reza dengan suara malas.

"Aku mau laporan dulu hih. Udah kelar sidang donggg." pamernya bangga.

"Aku juga udah." sahut Reza cepat.

"Revisianku gak banyak dong. Tapi kudu cepet karna dosennya keburu ada acara di luar kota." jelas Chandra lagi.

"Aku yakin gak cuma itu kan yang mau omongin ke aku?" tuduh Reza curiga.

"Gini nih yang bikin aku sayang sama Mas Reza. Hehehe" tukas Chandra sambil tertawa pelan.

"Apa? Butuh duit berapa kamu?" tanyanya lagi.

"Ih enggak yaa. Lagi pusing aku Mas. Sama ibunya si Jerry itu lho. Masaaa dia udah telpon nanyain kapan aku mau nikah sama anak sulungnya. Sidang aja baru kelar." Chandra mendengar suara helaan nafas sebelum ada kalimat dari kakaknya.

"Mau ngatain bego, kamu tuh adikku." Chandra meringis mendengar kalimat pambukaan. "Tapi kamu tuh emang bego. Kemarin kenapa sih mau terima Masnya Jerry itu? Cuma gara-gara Eric?"

"Ya itu tau." sergahnya cepat.

"Trus sekarang kamu mau Mas gimana? Ngomong ke keluarga Sandjaya? Bapakmu aja udah pasrah itu kemarin kamu bilang iya." keluh Reza.

"Enaknya gimana ya Mas? Yaa paling enggak, tunggu aku pulang dulu kan. Bukan yang aku masih di sini, dia di sana. Kan susah juga komunikasinya."

"Ntar aku bantu omongin ke bapakmu biar jangan buru-buru. Kamu fokus selesaiin urusan kuliahmu aja. Habis ini kamu mau lanjut S2 gak?" tanya Reza.

"Gak usah. Males." jawabnya singkat.

"Kasian amat Mark dapet modelan kamu."

"Hehh jahat."

***

Perfect LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang