"Mas, anterin dong." Berdiri di hadapan kakaknya yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya, Chandra mendengus ketika Reza justru memperhatikannya dari ujung kepala hingga ke kaki.
"Gini dong kalau pergi. Mau ke mana sih, tumben rapi banget?" Tanyanya sambil tersenyum lebar, menampilkan gigi gingsul di samping kanan dan kiri. Chandra memukul lengannya pelan.
"Mau ke tempat Bu Tyas."
"Ketemu Mark? Kok gak dia yang jemput ke sini?" Mendengar pertanyaan kakaknya, Chandra memutar bola matanya malas.
"Ke tempat Bu Tyas mas. Beliau minta ditemenin cari kain katanya." Jelasnya singkat.
"Tumben gak naik motor sendiri ke sana?"
"Males ah, ntar biar baliknya bisa dianter mas Mark buat pacaran dulu. Nanya mulu kayak polisi. Ayo buruan anterin dong Mas." Rajuknya sambil menarik lengan kakaknya, yang terpaksa dituruti sebelum gadis kesayangannya itu semakin merajuk.
Tiga jam dipaksa menemani ibu dari sang kekasih untuk berkeliling mencari bahan kain, Chandra akhirnya menghela nafas lega ketika akhirnya sampai di rumah, meski dengan berbagai belanjaan yang entah diperuntukkan untuk siapa. Juga tiga jam yang dipenuhi pertanyaan mengenai hubungannya dengan Mark serta kapan mereka akan meresmikan hubungan, membuat Chandra hanya bisa tersenyum canggung sembari menjawab seadanya.
Menyambut sang ibu yang turun dari mobil dan terlihat kesulitan dengan berbagai belanjaan, Jerry bergegas membantu, membiarkan Chandra terduduk lemas di ruang tengah setelah mengambil air minum.
"Chand?" Panggil Jerry setelah selesai membantu ibunya membereskan berbagai belanjaan. Terduduk di samping gadis yang masih memijat pelan kakinya. "Mumet aku."
"Masih marahan sama Jemima gara-gara yang kemarin?" Tanyanya langsung, membuat pria di sampingnya itu menciut merasa tersudutkan.
"Iya." Keluhnya singkat, merebahkan kepalanya di punggung sofa dan mendesah pelan.
"Goblok ojo dipek dewe makane Jer." ( bodoh jangan dikuasai sendirian makanya Jer ) ujarnya sambil memukul kepala sahabatnya itu, membuat yang dipukul meringis kesakitan.
"Ya kan kupikir kamu mau sama aku." Desahnya lirih sambil melirik gadis di sebelahnya takut-takut.
"Trus marahan sama Jemima? Bikin persahabatan kita jadi rusak? Mikir dong Jer." Omelnya kesal. "Udah minta maaf sama Jemima?"
"Belum, dia gak bisa dihubungin."
"Pinter banget sih. Heran. Beneran Jemima kujodohin sama Mas Reza aja deh. Kasian banget dapet yang kayak kamu." Kalimat Chandra sukses membuat Jerry merengut. "Kalau mau baikan, ya usaha dong Jer. Kan kamu yang bikin masalah. Minta maaf. Kalau dimaafin yaa bagus. Kalau enggak, yaa sukurin. Pekok sih." ( bego sih )
"Aku heran kok masku bisa suka sama kamu ya? Judes begini mulutnya."
"Ngacaaa dong."
"Kakanda dateng tuh. Aku masuk dulu aja, ntar dia cemburu." Mengedikkan dagunya ke arah luar rumah, Jerry lalu berdiri untuk pergi ke kamarnya. Tepat bersamaan dengan Mark yang masuk ke dalam rumah, keheranan dengan raut wajah kekasihnya yang tertawa pelan.
"Ngapain ketawa sendiri? Obatmu habis?" Tanyanya sambil membuka kancing teratas kemejanya lalu duduk di sofa. Chandra lalu mengulurkan segelas air putih yang belum jadi diminumnya ke arah pria itu.
"Itu si Jerry, kubilang mau nyomblangin Jemima ke mas Reza. Ngambek trus masuk kamar." Jelasnya, masih menyisakan tawa gelinya.
"Jangan ikut campur Chan. Jangan deket-deket juga sama Jerry." Ujar Mark sambil mengusak pelan rambut bob si gadis, membuat Chandra sedikit tersipu. Yang dipegang rambutnya, yang berantakan hatinya.
"Mas tumben baru balik? Tadi katanya cuma ada kelas sampai jam 3?" Tanyanya heran, karena kekasihnya sampai di rumah setelah matahari terbenam, membuatnya harus menunggu selepas menemani calon mertua berkeliling.
"Ada ketemu temen dulu." Jawab Mark menghindari pandangan Chandra, membuat gadis itu mencebikkan bibirnya pelan.
"Tumben gak bilang. Oh iya Mas, kerjaan yang kemarin jadi keterima. Minggu depan aku ke Jakarta buat pelatihan." Ujarnya sambil lalu.
"Ke sini buat pamit itu doang?"
"Enggak, tadi diajakin ibu buat cari kain. Katanya mau bikin sarimbit gitu."
"Pacaraaaaan trosssss." Ejek sosok yang melewati tempat duduk mereka sambil melirik tajam, berjalan ke arah dapur.
"Sirik aja. Jomlo ya?" Balas Chandra pedas. Belum sempat membalas, pertengkaran mereka disela oleh suara derap kaki ke arah mereka.
"Mbakkkk Chandddd, nginep sini yaa. Nanti bobok sama aku." Teriak gadis yang langsung menubrukkan badannya ke arah gadis di sebelah Mark, membuat Mark mengerang tertahan karena bobot adiknya ikut menimpanya.
"Gangguin masnya pacaran aja sih hobinya." Omel Mark sambil mencubit gemas hidung adiknya, membuat Chandra dan Claudya terbahak dengan reaksi dosen muda itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies
FanfictionSetelah kehilangan cinta pertamanya - yang ternyata lebih memilih sahabatnya -, Haera Chandra Pratama tidak pernah kembali berusaha memiliki hubungan dengan siapapun. Hingga ketika akhirnya sang sahabat menanyakan mengenai statusnya, Chandra terpak...