54.

3.8K 509 62
                                    

Chandra menggerung kesal karena mendengar bunyi ketukan di pintu depan. Dia memang tidur terlalu larut karena mencoba marathon drama Korea yang direkomendasikan teman kerjanya. Meski bukan penggemar drama seperti teman-temannya, Chandra akhirnya tidak bisa menolak pesona seorang Ji Chang Wook dan akhirnya menghabiskan malamnya menonton hampir 5 episode awal, sebelum akhirnya menyerah dan memilih tidur. Membuka matanya perlahan, Chandra lalu memaksa dirinya bangun dari tempat tidur, meraih sweater yang berada di belakang pintu untuk menutupi bajunya lalu berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Mendapati sang kekasih berdiri di pintu depan, Chandra semakin mendengus kesal dan berbalik untuk menuju ke ruang tengah. Membiarkan kekasihnya mengekori langkahnya perlahan.

"Baru bangun Dek?" Tanya Mark saat mereka sudah sama-sama terduduk. Dengan Chandra meletakkan kepalanya terkulai di lengan sofa. Matanya setengah terpejam akibat kantuk yang mendera.

"Hmmm. Mas ngapain sih pagi-pagi ke sini?" Jawabnya dengan kesal. Suaranya sedikit serak akibat bangun tidur.

"Ke gereja kan." Sahutnya pelan. Mengedarkan pandangannya, Mark kembali bertanya kepada kekasihnya yang sepertinya hampir terlelap. "Yang lain mana? Bapak, Mas Reza. Jagat?"

"Udah pada berangkat. Aku mau ibadah sore aja lah, ngantuk." Elaknya. Matanya masih terpejam dengan suara yang terdengar jelas malas.

"Ntar sore hujan. Udah sana melek, trus mandi. Masih ada waktu, Mas tungguin." Bantah Mark, menepuk-nepuk pelan lengan Chandra. Mencoba menyadarkan sang kekasih. Meski tidak suka, Chandra lalu membuka matanya dan berdiri untuk pergi menuju kamar mandi. Menuruti permintaan kekasihnya, walupun sebenarnya dia masih sangat mengantuk dan ingin kembali tidur.  Mark akhirnya menunggu kekasihnya dengan sabar, dan heran ketika tidak sampai 15 menit kemudian gadis itu sudah selesai mandi dan berhias.

"Gak usah komen. Ayo buruan berangkat." Dengus Chandra saat melihat ekspresi heran di wajah Mark. Padahal dirinya menggunakan pakaian yang tergolong kasual, blus biru muda dengan celana jeans berwarna senada yang dipadukan flat shoes hitam. Tidak berani membantah. mengingat pertengkaran semalam yang masih belum menemui titik terang, Mark lalu mengikuti Chandra keluar rumah, yang kembali mendengus ketika tiba di teras rumah, ketika melihat kendaraan yang digunakan Mark untuk menjemputnya,  tapi terlalu malas mengeluarkan energi untuk protes. Menerima helm yang disodorkan pria yang lebih tua, Chandra lalu mengenakannya sebelum memposisikan dirinya duduk di boncengan Mark. Hal yang disyukuri Chandra karena dirinya malas berjibaku dengan kemacetan, apabila harus mengendarai mobil. Apalagi dirinya tahu setelah ini kekasihnya pasti akan mengajaknya pergi entah ke mana.

"Sarapan dulu gak?" Tanya Mark selepas mereka selesai beribadah. Chandra sendiri masih malas membuka mulutnya, masih kesal dengan tuduhan sembarangan kekasihnya. Menganggukkan kepalanya, Mark lalu membawa Chandra ke sebuah warung soto favoritnya sebelum melancarkan aksinya meminta maaf pada gadisnya.

"Yang kemarin beneran mantan?" Tanya Mark perlahan.

"Heem" Gumamnya singkat.

"Iya." Koreksinya saat mendengar pilihan kalimat kekasihnya itu.

"Iya. Yang kemarin itu namanya Haris, mantan pacarku jaman masih lucu-lucunya jadi maba." Lanjutnya menjelaskan setelah menelan kunyahan kesekian.

"Kenapa putus sama Haris?"

"LDR."

"Gimana?" Tanya Mark setelah terdiam selama beberapa detik. Sedikit terkejut dengan kalimat dari Chandra.

"Beda agama. Dia sholat. Pergi ke masjid. Akunya ke gereja." Jelasnya lebih lanjut. Kan LDR paling berat memang ketika Assalamualaikum dijawab Shalom.

"Yaa trus kok bisa jadian? Lagian kamu dulu bukannya suka Jerry?" Kernyitnya heran. Mengingat-ingat alasan awal dirinya terjebak dengan sang kekasih adalah karena gadis itu memiliki rasa pada adik laki-lakinya.

"Ganteng sih." Puji Chandra, menyebut kelebihan mantan kekasihnya. Mark mencubit hidung kekasihnya yang tertawa setelah menjawab pertanyaannya. Sedikit lega karena kemarahan kekasihnya semalam sudah menguap begitu saja. Hanya dengan sepiring makanan yang membuatnya kenyang sehabis beribadah bersama. "Serius Mas. Liat aja sekarang Mas Haris masih ganteng gitu." Chandra menghela napasnya sebelum melanjutkan penjelasan. "Dia tuh kalem, perhatian. In the other side, lucu banget. Lawak, gak bisa diem. Oh dia juga tau aku suka Jerry. Sama kayak Mas Mark." jelas Chandra sambil tersenyum miris, lalu buru-buru menghapus senyum itu sebelum sang kekasih melihatnya.

"Serius Mas gak paham. Kalau beda agama, kenapa mau pas dia minta kamu jadi pacarnya?" tanya Mark yang membuat Chandra terkekeh ringan. "Trus kenapa putus?"

"Kalau aku masih sama Mas Haris, aku gak bakal ketemu Mas Mark." Dengusnya mengingatkan sang kekasih. "Ya itu tadi. Ganteng, dan dia juga gak mempermasalahin aku suka sama Jerry. Mau bantuin move on katanya. Tuh sama kayak Mas Mark kan." Chandra mengedikkan bahunya tak acuh. Membiarkan sang kekasih semakin tidak mengerti dengan jalan pikirannya. "Putus ya karena gak bisa ke mana-mana juga hubungannya. Trus dia ke sini tuh mau ngasih undangan nikahan, pacarnya kan orang Jogja, makanya dia ngasih undangan sekalian ketemuan sama aku." Chandra lalu menyingkirkan mangkoknya yang sudah kosong dan menyeruput segelas teh hangat di hadapannya.

"Jalan mau gak?" Mark tiba-tiba mengubah arah pembicaraannya, merasa sang kekasih sudah selesai dengan makanannya.

"Hari ini banget?"

"Iya, jalan ke pantai. Biasanya kan kamu seneng ke sana." Tawarnya, menyebutkan destinasi favorit si gadis yang pasti susah ditolak.

"Edan po? Akhir taun lho ini. Udah kayak cendol dawet di mana-mana." Keluhnya, membuat Mark tertawa mendengar perumpamaan yang digunakan gadis itu. "Mau di rumah aja lah aku. Rebahan sambil nonton Mas JCW. Ayo pulang Mas." Ajaknya dengan nada pelan. Efek mengantuk sepertinya kembali melanda setelah mereka kenyang. Mark akhirnya memilih menuruti kemauan sang kekasih dan membawanya pulang ke runah. Membiarkan Chandra merebahkan dirinya di ruang tengah dan memilih acara yang ditontonnya, Mark pergi ke kamar dan mengganti pakaiannya sebelum melangkahkan dirinya ke dapur untuk mengambilkan cemilan dan minuman pendamping acara menonton kekasihnya itu.

Chandra hampir memekik kaget ketika merasakan sebuah sosok berat merangkul dirinya yang terduduk setengah terbaring di depan sofa, mengganggu konsentrasinya menonton lanjutan acara drama koreanya semalam sebelum menyadari bahwa gadis dengan rambut pink-lah yang memeluknya dengan erat. Untung belum sampai memukul sosok itu, seperti refleksnya yang biasa apabila ada orang yang tiba-tiba menyentuhnya. Mengelus surai gadis yang lebih muda, Chandra kembali memusatkan perhatiannya ke arah pemeran utama drama yang tergolong tampab, membiarkan Claudya setengah bersandar kepadanya, dan mengabaikan decakan kesal sang kekasih yang baru saja bergabung dengan mereka untuk menikmati suguhan drama Korea. Tidak habis pikir sejak kapan gadisnya itu tergila-gila dengan pria asal negeri ginseng. Menggenggam tangan kekasihnya yang bebas, Mark lalu membawa tangan itu ke bibirnya, mengecupinya perlahan selama beberala kali supaya Chandra mengalihkan perhatiannya kepadanya. Yang berakhir gagal karena Chandra justru menepis tangannya dan tetap menatap lurus ke arah televisi.

"Dek, Mas apa JCW?" Tanya Mark yang disambut mata yang memutar malas oleh Chandra. Males mau jawab ih, pertanyaannya retoris.

"Mas Haris." Jawabnya singkat yang langsung membuat Mark memiting leher kekasihnya yang terbahak karena berhasil membuat pria itu cemburu. Diikuti dengan Claudya yang menjerit kesal karena Mark mengganggu acara bersandarnya, membuatnya tidak nyaman menyaksikan drama Korea yang dipilih oleh calon kakak iparnya. Padahal justru si bungsulah yang mengganggu acara home-date kakak sulungnya itu. Untung Mark sabar.

***

Before 2019 ends, I
wanna say thank-you for
my another half who share the
same brain cells Bdeathday
( katanyaaa )

Thankyou for always being
supportive over my insecurities.
Don't know what to do
without you wkkkk

( Read : gonna unpub all my
works and being a reader. LoL )

See you on 2020 😘😘😘

Perfect LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang