59.5

4.1K 486 14
                                    

Chandra meletakkan kepalanya di bahu sang kekasih. Mereka akhirnya memilih untuk berpindah tempat bercengkrama ke teras karena acara berpacaran yang diusili 3 pria tersisa di rumah Chandra. Kedua matanya mengarah ke tangannya yang memainkan tangan besar Mark, membiarkan tangan kekasihnya yang satunya mengelus surainya lembut.

"Mas..."

"Hmm?"

"Kenapa Mas gak pernah cemburu sama Jerry?" Pertanyaan Chandra membuat Mark tertawa dan disambut dengan cubitan gadis itu di lengannya. Mark sampai harus menghapus air mata karna terlalu banyak tertawa, juga cubitan kekasihnya yang terasa pedih.

"Siapa bilang?" Cubitan di hidung diterima Chandra sebagai balasan, membuatnya terkikik pelan, tidak menyangka jawaban kekasihnya. "Kadang Mas ngerasa secemburu itu lihat kamu sama Jerry. Deket banget." Chandra sudah akan membantah ketika Mark melanjutkan kalimatnya. "Tapi di sisi lain Mas tau kalau apapun yang terjadi kamu gak bakal milih Jerry."

"Sok tau banget." Chandra tertawa, menyelipkan jari-jarinya di sela jari kekasihnya, menggenggamkan erat sambil sedikit mengayunkannya.

"Beneran tapi. Mas itu selalu mikir, meskipun kamu gak secinta itu ke Mas, tapi kamu gak bakal lebih milih Jerry daripada Mas."

"Mas kok ngomongnya gitu?" Tanyanya tidak terima, mengalihkan pandangannya hingga bertatapan dengan sang kekasih. Maniknya kembali memburam, membawa dirinya merutuki diri sendiri. Bodoh.

"Memangnya kamu udah gak cinta sama Jerry?" Lagi-lagi Mark menyesali dirinya yang membuat sang kekasih kembali meneteskan air mata. Tapi sejujurnya Mark memang tidak selalu seperti yang terlihat. Kekasihnya pernah mencintai pria lain hampir separuh usianya, bagaimana mungkin dibandingkan dengan dirinya yang bisa dikatakan baru saja hadir? Satu-satunya yang menjadi keyakinan Mark saat ini hanyalah keyakinan bahwa gadisnya akan selalu memilihnya apapun yang terjadi.

"Mas gak yakin Adek cinta sama Mas?" Tanyanya. Tangannya sudah berubah menangkup wajah lelah di hadapannya, yang mengalihkan pandangannya ke manapun, terlihat enggan menatap ke arahnya. Seakan kehilangan kepercayaan dirinya. Chandra tersenyum tipis, memahami kegalauan sang kekasih. "Liatin Adek dulu ih." Rajuknya sambil meminta Mark menatapnya, yang langsung dibalas cengiran lebar ketika kekasihnya itu menuruti permintaannya. "Adek itu sayang sama Mas. Dulu emang Adek sempet cinta sama cowok lain, tapi sekarang Adek maunya Mas aja. Mas kan udah janji mau bikin Adek lupa sama cowok lain?" Chandra tertawa gemas ketika pria di hadapannya mengangguk lemah.

"Iya."

"Sekarang janji dulu. Gak boleh ilang-ilangan lagi. Gak boleh gak ngomong apa-apa ke Adek. Pokoknya kalau ada apa-apa, Adek harus pertama tau." Pintanya kepada Mark. Meski berusia jauh di bawah sang kekasih, Chandra tetap ingin bisa menjadi tempat bersandar ataupun berkeluh kesah bagi pria yang akan menjadi suaminya itu.

"Kan tadi udah." Erangnya pelan, memiringkan kepalanya, kembali menghindari tatapan tajam dari sang kekasih.

"Ya lagi." Sungutnya karena Mark mencoba menghindari pandangannya.

"Iya... Iya. Janji gak bakal nutupin apa-apa lagi dari Mbak pacar tersayang yang paling cantik." Serunya sambil mendusalkan kepalanya ke leher sang kekasih, membuat Chandra berjengit karena kumis tipis Mark sedikit terasa geli, tangannya melingkar di pinggang sang kekasih yang dirasanya semakin mengecil.

"Good boy." Pujinya, menepuk-nepuk pelan punggung kekasihnya.

"Mbak pacar juga janji dulu, gak boleh kurus lagi." sahutnya dengan nada teredam, menghasilkan gelak tawa dari bibir mungil gadisnya. "Gak enak dipeluk." Lanjutnya mengeluh.

"Iyaaa Mas gantengku. Heh... Heh, aduh gak di situ. MASSSSS!!!" teriaknya tertahan, takut suaranya terdengar hingga ke dalam rumah dan membuat saudara-saudaranya curiga.

***

Short update, because why not? Wkkkk

Perfect LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang