20.

4.6K 628 20
                                    

Chandra menghembuskan nafas lega. Akhirnya hari yang panjang ini berakhir juga. Karena kehadiran Mark, hari ini Chandra terpaksa menemani bapak dosen muda berkeliling kota, menikmati tempat wisata yang ada. Dan mengingat ketidakmampuan Mark untuk mengendarai motor, maka terpaksalah Chandra menjadi tour guide merangkap sopir. Satu hari yang diisi banyak perdebatan karena ternyata Mark cukup cerewet dan rewel mengenai hal-hal sepele, seperti cara Chandra mengendarai motor ataupun tempat wisata yang dipilihkan Chandra.

Turun dari sepeda motornya, Chandra yang baru sampai di kost langsung melihat Hendra, menunggunya di depan pagar. Mark mengernyitkan alisnya heran. Iya, Mark memang memaksa mengantarkan Chandra pulang ke kost, baru nanti kembali ke hotel tempatnya menginap menggunakan ojek online.

"Pantesan seharian dicariin gak ada. Chat juga enggak dibales." protes Hendra begitu Chandra menghampirinya. Chandra langsung mengecek ponselnya, menemukan 7 chat tidak terbaca dan 3 panggilan tidak terjawab.

"Ehehehe maaf, nemenin tuan Muda keliling kota nih. Butuh apa Ndra?" tanya Chandra, tangannya sibuk mencari kunci kamarnya.

"Mau pinjem buku punya prof Handoko yang kemarin Chan. Masih ada kan ya di kamu?" tanyanya. Mengikuti langkah kaki Chandra, Hendra ikut masuk ke dalam kost, menunggu di ruang tamu. Membiarkan Chandra masuk ke kamarnya untuk mengambilkan buku yang akan dipinjamnya. Kost Chandra memang menyediakan ruang tamu untuk tamu lawan jenis yang datang berkunjung, dengan batasan kunjungan maksimal jam 9.

"Jadi gini hobimu, ngajak cowok ke kost malem-malem?" ujar Mark begitu Hendra sudah menerima bukunya dan pulang dari kost Chandra.

"Apa sih Mas? Kan dia ada perlu pinjem buku buat skripsinya?" tanya Chandra heran dengan reaksi yang diberikan Mark.

"Itu kamu biarin masuk. Kayak udah sering aja dia begitu."

"Lah Mas juga saya biarin masuk?"

"Tapi saya calon suami kamu." bela Mark, membuat Chandra menautkan alisnya keheranan.

"Terserah Mas aja!" Chandra lalu berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, setelah sebelumnya membanting pintu kamarnya. Menumpahkan rasa kesalnya, tanpa sadar air mata Chandra mengalir deras. Chandra terduduk, memeluk lututnya, merasa sedikit nyeri di bagian bawah perutnya. Menyadari sakit yang dirasanya, membuat Chandra menengok kalender di ponselnya. Belum tanggalnya. Merasa tidak yakin, Chandra lalu masuk ke kamar mandi untuk mengecek kecurigaannya, yang langsung terkonfirmasi, membuatnya mengumpat pelan, karena tamu bulanannya yang datang lebih cepat dari biasanya.

Mengusap air mata yang ada di pipinya dengan kasar, Chandra memutuskan untuk keluar dari kamar dan pergi ke minimarket terdekat. Membuka pintu kamarnya, Chandra terkejut melihat Mark - yang sama terkejutnya -, dengan tangan setengah terangkat, raut mukanya sedikit canggung, sepertinya berniat mengetuk pintu dan meminta maaf. Tidak ambil pusing, Chandra berlalu dari hadapan Mark, yang langsung ditahan oleh pria itu.

"Mau ke mana?" tanyanya hati-hati, takut gadis di depannya masih tersinggung karna ucapannya sebelumnya.

"Mau umroh. Kenapa? Mau ikut?" jawabnya galak.

"Serius Chan."

"Gak usah serius-serius. Saya belum mau diseriusin." Mark menghela nafas melihat kekeraskepalaan gadis di hadapannya itu.

"Maaf. Sudah bikin kamu tersinggung. Tapi jawab saya, kamu mau ke mana?" tanyanya lagi.

"Mau ke minimarket depan. Beli roti." jawabnya dengan muka yang memerah malu.

"Belum kenyang? Kan tadi udah makan?" Chandra memasang muka malas mendengar reaksi Mark.

"Bukan yang beneran. Roti buat cewek." jawabnya, membuat rona kemerahan mewarnai wajah keduanya.

"Oh." responnya singkat. "Mau dibeliin gak?" tawar Mark, hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena sudah menuduh Chandra yang tidak-tidak.

"Emang Mas ngerti?"

"Enggak sih. Tapi kan kamu bisa jelasin butuh yang kayak apa." jawabnya, menyunggingkan kembali senyum canggungnya, masih sedikit merasa bersalah.

"Yaudah. Beliin aja yang pakai sayap. Panjangnya 35cm, nanti tanya mbaknya kalau bingung." jelas Chandra sambil memberikan selembar uang 50 ribuan ke tangan pria di hadapannya, lalu kembali masuk ke kamarnya. Meninggalkan Mark kebingungan karena dia tidak tau minimarket terdekat dari kost Chandra.

***

Perfect LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang