53.

3.9K 495 67
                                    

"Sudah lama?" Chandra terkekeh saat mendengar suara pria memasuki indra pendengarannya, dan bahunya ditepuk perlahan. Sedikit mengedikkan dagunya untuk menunjuk gelas di meja yang merupakan gelas keduanya dalam menemani setengah jam penantian pria yang langsung duduk di hadapannya. "Kok minum doang? Gak sekalian pesen makan?"

"Nunggu kamu lah. Masa aku pesen duluan?" sahut Chandra cepat. Mengulurkan buku menu, Chandra membiarkan pria itu memilih menu yang diinginkannya dan menuliskannya di nota pesanan. Menunggu pelayan membawakan pesanan mereka, Chandra membuka obrolannya. "Ngapain ngajak ketemuan sih? Tumben amat. Udah gak ada kerjaan di Malang?" ejek Chandra membuat pria di hadapannya tertawa, mengomentari upaya pria itu untuk menemuinya di hari sabtu seperti ini. Beruntung selepas jam kerja setengah harinya, dirinya masih sempat berganti baju dengan kaus yang lebih santai ketika sang pria tampan mengajaknya bertemu di dekat kantornya. Chandra tidak keberatan karena memang dirinya juga masih menunggu kekasihnya menjemput.

"Main lah, gak boleh?" balasnya singkat, memamerkan senyum tampan, yang beberapa tahun silam pernah dikagumi Chandra. Senyum teduh yang tidak brrubah meski tahun yang berlalu dj antara mereka.

"Halah, bilang aja kamu kangen aku." Lanjut Chandra, membuat tawa mengembang di antara mereka.

"Ya itu juga. Ada yang marah gak nih?" Goda pria itu ke arah gadis yang diketahuinya sudah memiliki kekasih.

"Santai. Aku dah pamit kok tadi." Jawabnya ringan.

"Pasti gak bilang kalau kamu ketemu aku." Kalimat pria itu dibalas kedikan bahu gadis yang mencibir pelan. Bersamaan dengan pelayan yang membawakan makanan pesanan mereka dan meletakkan makanan itu di meja.

"Banyak amat? Mana habis itu?" Seru Chandra, tercengang melihat banyaknya makanan yang tersedia. Tidak nenyangka pria yang tiba-tiba muncul kehadirannya itu akan memesankan beberapa jenis makanan kesukaan Chandra yang masih diingatnya dengan jelas.

"Gaya banget. Mukamu aja udah pipi semua itu lho. Masih doyan makan tuh pasti." Tebaknya dengan tepat. Kebiasaaan Chandra yang hobi makan memang tidak banyak berubah. Terutama karena kekasihnya sendiri juga bukan tipe pria yang memperdulikan angka timbangannya.

"Ingetin terus aja Mas." Chandra buru-buru mengambil satu jenis makanan di depannya dan mengunyahnya perlahan sambil tetap berbincang dengan pria yang sama sibuknya menghabiskan makanan di hadapan mereka. Obrolan mereka mengalir ringan membahas masa-masa mereka masih bernaung di universitas yang sama. Sesekali Chandra tertawa mendengar candaan ataupun kejadian konyol yang pernah mereka alami.

Sedikit hening ketika Chandra sibuk menghabiskan makanannya, pria itu lalu mengangkat ponselnya tepat ketika Chandra melirik ke arahnya, kedua tangannya memegang makanan.

"Jingan. Bojoku ngamuk ngko Mas."

"Isih wae lho kasar nek ngomong. Mau jare bojomu ra bakal nesu." Kilahnya sambil tersenyum, tangan yang memegang ponsel menjauh dari Chandra.

"Mas Har, ah elah." Chandra berusaha merebut ponsel pria di depannya saat tiba-tiba ponselnya sendiri membunyikan nada dering yang khusus disetelnya untuk sang kekasih hati, membuatnya mengalihkan perhatian sejenak. Mencuri dengar obrolan gadis itu dengan orang di ujung sana, Haris lalu menaikkan alisnya sembari melafalkan kata "kenapa?" tanpa suara. Reaksi Chandra yang hanya mengibaskan tangannya sekilas membuat Haris memutuskan membiarkan Chandra menyelesaikan panggilannya dan mengutak-atik ponselnya, mengirimkan chat kepada lawan bicaranya. Obrolam ringan kembali mengalir di antara mereka hingga kehadiran seorang pria yang berdiri di samping Chandra membuat kedua orang itu sedikit terkejut dan terburu-buru ikut berdiri.

"Halo. Haris Wijaya." Pria itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Mark. Memamerkan senyumannya, Haris melanjutkan kalimatnya dengan kata yang membuat Mark dan Chandra terkejut. "Mantannya Chandra." Membuat Mark sedikit gentar karena dirinya sempat melihat bagaimana interaksi mereka berdua yang terlihat akrab saat dirinya memasuki restoran tempat mereka berada.

Perfect LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang