🍁🍁🍁Kakek Gito merupakan sesepuh di desa ini. Keluarganya secara turun temurun diberi tugas untuk menjaga kitab ke tujuh. Kitab yang sengaja di simpan dan dilindungi untuk diserahkan kepada pemiliknya yang tepat. Namun dari generasi pertama sampai generasi sekarang, kitab ini belum menemukan orang yang tepat.
Terdapat tujuh kitab yang dibuat. Kitab yang boleh diketahui oleh banyak orang hanya terdapat lima. Dua yang lainnya sengaja dirahasiakan, disimpan dan dijaga oleh keluarga terpilih. Termasuk keluarga kakek Gito. Kitab yang pengarangnya saja tidak diketahui ini menjadi misteri di masyarakat. Kelima kitab mengandung banyak ajaran tentang kehidupan. Sedangkan kitab keenam dan ketujuh mengandung ajaran ilmu olah kesaktian. Maka dari itu kitab ini harus dijaga dengan baik. Jangan sampai ada yang memanfaatkan ilmu ini untuk keinginan diri sendiri.
Walaupun kitab ini mampu melindungi diri sendiri dari manusia tamak. Namun tak menutup kemungkinan jika suatu hari kitab ini dapat terbuka dengan paksa. Hal itu sangat membahayakan. Seseorang yang sudah memiliki ilmu ini, maka dapat dipastikan orang tersebut dapat menguasai seluruh wilayah dimuka bumi ini. Dan tak akan ada yang mampu menandinginya.
"Maafkan hamba putra mahkota, kitab itu harus segera di simpan kembali," ucap kakek dengan takut-takut.
"Di mana kau akan menyimpannya? Sedangkan tempat ini sudah rata dengan tanah." Putra mahkota masih enggan untuk menyerahkan kitabnya.
"Saya belum tahu putra mahkota," jawabnya jujur.
"Kalau begitu kuserahkan kembali kitab ini pada mu, tapi untuk sementara waktu kau bisa bergabung dengan rombongan, akan kuberi prajurit khusus agar menjagamu." Kitab itu diserahkan kepada kakek Gito kembali.
"Terima kasih putra mahkota," kakek Gito sungguh bersyukur memiliki penguasa yang murah hati.
Namun kakek Gito tak menyadari jika batu-batuan yang berwarna biru disampul kitab telah menyala. Tinggal batu yang berwarna merah muda yang masih padam.
Akhirnya pasukan kerajaan memutuskan untuk membangun tenda di hutan sekitar wilayah perbatasan. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada serangan dadakan. Semua prajurit bergotong royong membersihkan area yang akan digunakan untuk membangun tenda. Semak belukar dipangkas dan pohon yang mengganggu ditebang.
Sedangkan putra mahkota tengah duduk di batang pohon yang rubuh sambil membicarakan tragedi yang baru saja terjadi. Apa yang akan dia lakukan agar pasukannya menang dan dapat menangkap pemberontak itu.
"Di mana semua penduduk yang ada disini?" Tanya putra mahkota. Dia heran saat melihat semua penduduk menghilang.
"Semua warga sudah di evakuasi ke desa sebelah. Tadi saya terlalu fokus menyelamatkan warga hingga melupakan kitab yang seharusnya saya jaga dengan nyawa saya sendiri." Wajah kakek itu sendu merasa bersalah dengan leluhurnya atas kelalaiannya. Yang mungkin dapat memicu kehancuran dunia.
"Berapa banyak pasukan pemberontak yang menyerang?" Tanyanya penasaran saat melihat dampak kerusakan yang ditimbulkannya terlalu dashyat seperti terkena bencana puting beliung.
"Tidak banyak, sekitar tiga puluhan. Namun masing-masing memiliki kekuatan yang mampu mencabut pohon sampai ke akarnya."
Putra mahkota mengerutkan dahinya bingung. Setahunya pemilik kekuatan itu telah punah dari ratusan tahun yang lalu.
"Bukannya pengguna kekuatan itu sudah punah? Lantas bagaimana orang-orang itu menguasai kekuatan tersebut?"
"Mereka bukan pengguna kekuatan sejati," kakek Gito berseloroh.
"Bagaimana kakek bisa tahu?" Tanya Max, tangan kanan putra mahkota.
"Menurut kakek saya, pengguna sejati mampu menggunakan kekuatannya kapanpun selama dia hidup. Tapi beda dengan pasukan pemberontak, mereka hanya mampu menggunakan kekuatannya beberapa jam saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Story(End)
FantasyBagaimana jadinya jika seorang gadis berusia 17 tahun memiliki jodoh yang umurnya terpaut sangat jauh. Bukan 6 atau 15 tahun, melainkan 1500 tahun. Aneh Kalau penasaran bagaimana mereka bertemu. Silahkan dibaca saja Kisah ajaib ini. Cekidot ________...