23

188 18 0
                                    


🌲🌲🌲

Sekitar seminggu, Gigi berlatih keras dengan papanya yang juga memiliki kekuatan yang diwarisi dari leluhurnya terdahulu. Sekarang ia tahu maksud dari latihan fisik yang dilakukannya sejak kecil memiliki maksud tertentu.

Yaitu mempersiapkan tubuhnya, jika sewaktu-waktu kekuatan itu bangkit. Tubuh yang sehat dan kuat dapat menampung kekuatan besar itu lebih mudah. Jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak melatih tubuhnya hingga kekuatan itu bangkit. Maka tubuh tersebut akan hancur, karena tak kuat untuk menampungnya.

Kini gadis itu tengah berlatih bela diri di halaman belakang. Papanya tak main-main dalam melatih putri satu-satunya tersebut. Inilah yang bisa ia lakukan untuk anaknya untuk bekal hari esok. Tak kenal lelah Gigi berlatih setelah mendengar cerita dari papanya tentang keluarganya sebagai penjaga kitab turun-temurun sejak dahulu kala. Sejak itu pula keluarga Gigi menyadari kalau kitab itu hilang tanpa jejak.

Keresahan Gigi membuat tekadnya semakin bulat untuk berlatih sungguh-sungguh. Bila kitab itu ada ditangan orang jahat, maka ia siap bertarung untuk merebut kembali kitab itu. Tak perduli dengan nyawa sebagai taruhannya.

Tanpa gadis itu sadari setiap ia berlatih, maka kekuatannya semakin meningkat pesat. Seminggu sudah ia lalui. Ia sangat merindukan suasana sekolah, terlebih sahabatnya yang selalu bisa membuatnya tertawa.

"Ada apa sayang?" tanya Gilang yang melihat anaknya melamun.

Ia duduk di samping putri kesayangannya, sambil mengelus kepalany, agar tidak risau lagi.

"Pa, kira-kira siapa yang mencuri kitab itu?" tanya Gigi resah.

"Bagaimana jika kitab itu digunakan oleh orang jahat?"

"Tenangkan dirimu, papa yakin kitab itu sekarang berada di tangan yang tepat."

"Bagaimana papa tahu?" tanya Gigi melihat papanya dengan mata menyelidik.

"Papa hanya yakin."

"Maksud papa apa?" tanya Gigi yang masih belum paham apa yang dikatakan papanya itu.

"Gunakan intuisimu, maka kamu bisa merasakan kekuatan dari kitab itu, yang masih positif. Jika benar kitab itu berada di tangan orang jahat. Maka secara otomatis kekuatan dari kitab itu berubah menjadi negative. Dan kita sebagai penjaga, pasti akan merasakan perubahan besar itu." Gigi mengangguk-anggukkan kepalanya.

Gigi mencoba merasakan kekuatan kitab itu dengan menggunakan intuisinya. Pertama-tama ia menenangkan pikirannya, dan mulai merasakan kekuatan yang terpancar itu masih positif. Benar kata papanya, jika sang penjaga pasti bisa merasakannya. Senyumnya perlahan tersungging. Lega rasanya saat mengetahui kalau kitab itu berada di tangan yang tepat.

"Pa, kapan aku bisa berangkat sekolah lagi?"

"Besok juga sudah bisa berangkat," kata Gilang sambil mengelus kepala anaknya sayang.

"Hore...." Gigi bersorak dengan gembira dan memeluk papanya erat.

Gilang mendekap tubuh anaknya dengan rasa sayang yang amat besar, ia tak menyangka jika anak gadisnya akan mewarisi kekuatan yang sama dengan dirinya. Kekuatan yang memiliki tanggung jawab yang sama besarnya. Hidup gadis ini bukan lagi miliknya seorang. Ia harus bisa merelakan nyawanya demi melindungi kitab, pemilik kitab dan juga alam semesta.

Gilangpun harus rela jika suatu saat anak gadisnya akan pergi selama-lamanya demi menyelamatkan dunia. Tanpa terasa airmata mengalir di kedua sudut matanya. Dekapannya semakin erat, dikecupi puncak kepala anaknya berkali-kali. Belum tentu ia bisa melakukannya besok. Di saat peperangan antara gelap dan terang.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang