27

194 22 0
                                    


                             🍁🍁🍁

Seperti rencana tadi sore, kini Kirana dan Arka tengah bersiap untuk kencan pertama mereka. Namun sayang, semua itu harus dilakukan dimalam hari agar para tetangga tak ada yang curiga melihatnya keluar dari rumah dengan seorang pria.

Penampilan Arka yang baru membuat Kirana terpana. Benar-benar tampan tanpa editan. Tanpa terasa Kirana masih berdiri di samping pria itu sambil melongo. Hingga air liurnya hampir menetes.

Benaknya bertanya-tanya apakah ini semua asli atau palsu.

Kirana mencubit gemas pipi Arka setelah keluar dari rumah beberapa menit yang lalu. Tangan keduanya saling terkait erat, tak ada niatan untuk melepaskannya.

Arka berjalan dan pandangannya mengedar melihat bangunan rumah modern. Sangat berbeda dengan rumah di masa lalu. Kirana membawa Arka berjalan-jalan menuju jalan raya yang padat akan kendaraan. Membuat Arka terpukau akan kecerdasan orang di jaman ini.

Mereka berjalan sambil melihat banyaknya pedagang kaki lima yang berjejer. Berbagai aroma masakan menyeruak masuk ke dalam hidung sepasang kekasih itu.

Untung saja ia dan Arka sudah makan  lebih dulu sebelum pergi agar perutnya tidak tergoda dengan makanan-makanan itu. Sudah pasti karena ia tidak memiliki uang yang banyak. Uang pemberian ibunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak mungkin ia minta ditraktir Arka sebagai pacar. Mana ada uang dia?

Cukup dengan bergandengan tangan sambil jalan-jalan membuat Kirana dan Arka senang. Mereka begitu menikmati suasana malam yang indah ini.

Di saat indah seperti ini, perasaan Kirana terganggu karena banyak gadis-gadis ataupun tante-tante terang-terangan memandangi Arka lapar seperti ingin menerkamnya.

Melihat kenyataan itu, Kirana makin mempererat kaitan tangannya di tangan Arka dan mengangkatnya sedikit, menunjukkan ke arah gadis-gadis dan tante-tante yang sedang memandangi kekasihnya itu.

Mereka serempak memutar bola matanya seraya mendengus kesal.

"Dih, cowok ganteng kayak gitu masa pacarnya jelek," ungkap seorang gadis  seusianya yang tengah memandanginya dari arah belakang. Suaranya masih bisa Kirana dengar. Karena sepertinya gadis itu sengaja mengejek Kirana dengan suara agak keras. Namun Kirana tak pernah memasukkannya ke dalam hati.

Ia justru merasa senang akhirnya ia bisa memamerkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya yang tak dimiliki oleh orang lain.

"Ka, kita ke taman itu dulu yuk," ajak Kirana sambil menarik Arka menuju kursi di taman itu.

Dengan pasrah Arka mengikuti.

Setelah duduk tiba-tiba Kirana dengan berani menyenderkan kepalanya di bahu Arka. Senyum di wajah gadis itu terus saja mengembang. Apalagi saat melihat gadis-gadis yang menyukai Arka tampak kesal. Sebenarnya Kirana sengaja membawa Arka ke taman agar ia bisa lebih bebas menunjukkan kemesraannya di depan gadis-gadis itu.

Kapan lagi ia bisa membuat orang lain iri, biasanya ia yang selalu iri dengan orang lain.

Melihat gadis itu cengengesan sendiri, Arka tanpa ragu menyentil kening Kirana hingga gadis itu bangun dari lamunannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Arka bingung melihat kelakuan gadis itu yang tiba-tiba cengengesan tak jelas.

"Nggak. Aku seneng aja, akhirnya aku bisa ngerasain indahnya pacaran seperti yang lainnya," jawab Kirana sambil memeluk erat lengan Arka.

Setelah cukup lama mereka menikmati kencan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Tak ingin melewati gadis-gadis genit yang bisa saja nekad mengikutinya. Maka Kirana memilih jalan lain yang lebih sepi dari jalan utama.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang