13

216 21 0
                                    


30 menit setelah pesta ulang tahun Gigi selesai.

Kirana keluar dari mobil yang mengantarkannya pulang. Kekesalan hari ini lenyap seketika saat pesta berlangsung. Pesta ulang tahun yang begitu meriah dengan banyak hidangan mahal. Beruntung dia bisa berteman dengan anak orang kaya. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa merasakan yang namanya pesta. Seumur-umur dia belum pernah pergi ke pesta ulang tahun kalangan atas. Ia cuman pernah melihatnya di sinetron.

Rasanya sangat bahagia, padahal bukan dirinya yang sedang ulang tahun. Ia bahkan tidak pernah merayakan ulangtahunnya sendiri. Ia saja sampai lupa tanggal berapa ia lahir. Tahu-tahu sudah terlewati begitu saja.

Menyesal?

Tentu saja tidak. Kirana justru merasa lega jika itu terjadi. Ia tidak akan repot-repot mentraktir teman sekelasnya. Biasanya saat ada yang sedang ulang tahun, teman sekelasnya selalu minta ditraktir di kantin.

Bahkan ia selalu berdoa supaya dirinya dan teman sekelasnya lupa hari ulang tahunnya. Kalau ada yang ingat justru sangat menakutkan. Ia akan diseret ke kantin dan dipaksa mentraktir mereka semua. Teman sekelasnya itu pasti akan memesan makanan banyak sekali seperti orang yang tidak makan tiga hari.

Begitupun dengan kirana, gadis itu pasti akan memesan makanan yang paling mahal dan tentu saja banyak. Cara makannya pun sangat bar bar.

Curang, Kirana selalu beruntung saat teman sekelasnya lupa hari ulang tahunnya. Beberapa hari setelahnya baru mereka semua ingat. Rencananya mereka akan membalas dendam dengan memesan banyak makanan saat ulang tahun Kirana.

Sayangnya Kirana pintar mengelak. Alhasil mereka selalu kalah dalam berdebat. Bukan maksud Kirana tak mau mentraktir makan teman-temannya. Hanya saja ia bukan dari kalangan orang kaya. Uang jajannya saja sangat minim. Mana mampu ia mentraktir semuanya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Ibunya pasti sudah berangkat kerja. Dua kotak yang berisi makanan ia masukkan ke dalam lemari es. Senyumnya mengembang baru kali ini lemari esnya penuh dengan makanan.

Langkahnya ringan menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas. Dibukanya pintu dengan semangat. Lalu ia terkejut saat masih mendapati sosok pria itu di kamarnya.

"Sampai kapan Lo terus di rumah gue? Sana pulang!" Kirana berkacak pinggang.

"Saya tidak bisa pergi dari sini," ucapnya datar.

"Terserah Lo mau ngapain disini. Asal besok pagi Lo harus sudah pergi dari sini." Kirana masuk ke kamar mandi setelah mengambil piyamanya.

"Minggir!" Pekik Kirana saat mendapati Arka tiduran di kasurnya.

"Ambilkan sesuatu yang bisa saya makan!"

"Dih, manja. Ambil sendiri sana di dapur," ucapnya tak mau disuruh-suruh lagi.

Namun setelah dipikir-pikir lagi, di lemari esnya terdapat banyak makanan mahal. Yang belum semuanya ia nikmati. Jangan sampai semua makanan itu dihabiskan olehnya.

Tidak bisa dibiarkan.

"Gue ambilin deh, Lo kan belum tahu dapurnya dimana," ucapnya sambil cengengesan.

Lalu tanpa dikomando dua kali, Kirana langsung meluncur ke dapurnya. Sekarang ia sedang memilih makanan mana yang akan dia berikan kepada Arka.

"Yang mana ya?" Telunjuknya menunjuk satu-satu makanan yang sekarang ada di depan matanya.

"Yang ini apa yang ini?" Terdiam cukup lama sambil berpikir keras.

"Cap cip cup pilih yang mana yang mau dicup." Telunjuknya mengarah ke tiramisu yang terlihat menggoda.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang