11

253 24 0
                                    


                             💝💝💝

KRUYUK... KRUYUK...

Suara perut putra mahkota terdengar meraung-raung. Wajah yang semula berada di depan Kirana kini menyingkir dengan rona merah di wajah. Niatnya ingin mengintimidasi gagal total gara-gara rasa lapar menyerang. Ia duduk di kursi sambil bersedekap memandang Kirana dengan raut datar. Walau wajahnya tampak datar tapi rona merah yang nampak tak bisa membohongi jika dirinya kini tengah menahan malu. Wajar saja, karena sejak tadi pagi dia belum memakan apapun. 

Tawa Kirana memelan saat mengingat ibunya tengah beristirahat, ia berusaha menahan suaranya agar tidak membuat ibunya marah-marah lagi. Kirana sadar jika pria itu belum memakan apapun sejak tadi pagi. Lagipula itu bukan kesalahannya, wajar bukan kalau dia lupa?

"Lo laper ya? Sorry gue lupa nggak bawain Lo sarapan." Kirana meringis sambil menggaruk kepalanya. Padahal sebelum dia mengetahui peringai Arka yang sesungguhnya, sudah dipastikan dia akan menyiapkan makanan yang enak-enak untuknya walau dengan cara ngutang dulu di warung Mpok Indun.

"Gue ambil dulu," kata Kirana sambil mengamati pria itu yang duduk diam tak merespon.

Kakinya melangkah menuju ke dapur dibukanya lemari es yang hanya terdapat telur ayam. Selama ini lemari esnya memang tidak pernah terisi penuh bahan-bahan makanan. Apalagi kini akhir bulan, uang yang tersisa dari gaji ibunya tinggal sedikit. Sehingga harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Dengan bumbu-bumbu yang tersisa, Kirana membuat nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya. Setelah selesai Kirana langsung membawa nasi goreng dan segelas air putih ke kamar menggunakan nampan.

Nampan itu ia letakkan di atas meja belajar dengan menyingkirkan bukunya terlebih dahulu. Putra mahkota mengamati makanan yang disajikan untuknya. Masakan itu seperti nasi gosong yang tidak layak untuk dimakan manusia. Hanya telur mata sapi saja yang terlihat bisa dimakan.

Setelah meletakkan sepiring nasi goreng, Kirana menyingkir disudut ruangan. Mengerutkan keningnya saat sudah beberapa menit masakannya tak kunjung dimakan. Sedari tadi makanan itu hanya dilihat dengan tatapan aneh oleh pria itu.

"Kenapa nggak Lo makan?" Tanya Kirana dari sudut ruangan.

"Ini bisa dimakan?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Kirana, yang ada dia malah balik bertanya.

"Ya bisa lah," jawab Kirana kesal, sudah jelas itu makanan tentu saja bisa dimakan.

Tangan putra mahkota mengambil sendok dan mulai mengaduk-aduknya. Jantung Kirana berdetak lebih kencang, dia merasa seperti mengikuti lomba masak dengan juri yang terkenal galak itu, yang kini tengah menilai hasil masakannya. Rasanya gugup, takut masakannya tidak enak terus makanan itu disiramkan ke wajahnya beserta piring-piringnya sekalian.

Diambilnya satu sendok penuh nasi goreng itu diangkat dan diamati dari jarak dekat. Nasi itu berwarna kecoklatan tidak seperti nasi pada umumnya yang berwarna putih bersih yang selama ini dia makan di kerajaannya. Dihirup aromanya,  putra mahkota mengeryitkan dahi bingung. Karena tidak ada aroma gosong dimasakan itu. Justru ada aroma yang sedap menguar dari masakan itu.

Sesendok nasi goreng itu mulai mendekat ke arah mulut putra mahkota secara pelan-pelan. Hingga Kirana tampak gemas ingin langsung membuka mulut itu lebar-lebar dan memasukannya dengan cepat. Banyak keraguan yang ada di dalam kepala putra mahkota, saat melihat tampilan aneh masakan yang baru kali ini dilihatnya.

Di saat sendok itu sudah didepan mulut, bibir putra mahkota mulai terbuka sedikit. Kirana tampak tegang bercampur gemas melihatnya. Hingga   secara tiba-tiba sendok itu dihempaskan kembali ke piring dengan cepat.

"Yah! Padahal bentar lagi masuk," pekik Kirana dan dilanjutkan dengan gumaman lirih.

Putra mahkota kembali bersedekap, tanpa mau menyentuh makanan itu lagi.

"Kenapa nggak jadi dimakan sih?" Tanya Kirana frustasi.

"Kamu mau buat saya sakit perut, dengan memakan nasi gosong itu?" Jawab putra mahkota datar.

"Apa?! Nasi gosong?" Pekik Kirana kesal.

"Lebih tepatnya makanan ternak." Nada yang digunakan tetap datar, namun sangat tajam menusuk hati Kirana sampai berdarah-darah.

"Bener-bener keterlaluan tuh orang, udah capek-capek dibikinin nasi goreng. Malah dihina nasi gosong, apa itu tadi dia bilang? makanan ternak!" Batin Kirana geram.

Hembusan nafasnya mulai memburu, dia jelas tidak terima jika hasil masakannya disamakan dengan makanan ternak. Padahal makanannya belum dicicipi terlebih dahulu. Sekarang dia benar-benar mengundurkan diri sebagai anggota fans Arka yang biasa disebut Arkalovers.

Karena tidak terima dihina seperti itu, Kirana mendekati putra mahkota sambil menyingsingkan lengan kaosnya dengan nafas yang memburu. Kini ia berdiri tegak didepan putra mahkota yang tengah duduk di kursinya. Tangan Kirana bertolak pinggang, menantang langsung dengan wajah penuh amarah. Yang ditantang justru diam tanpa minat. Melihat itu Kirana langsung mengambil sesendok penuh nasi goreng dan memakannya di depan mata putra mahkota. Sampai pipinya menggembung karena terlalu penuh.

Satu alis putra mahkota terangkat, ia bingung melihat tingkah gadis jorok di depannya itu. Kirana mengunyahnya dengan cepat lalu menelannya. Lantas ia mengambil sesendok lagi lalu dengan kekuatan amarah yang menguasainya ia memaksa mulut putra mahkota terbuka dengan cara mencengkramnya kuat.

Putra mahkota menepis tangan Kirana kuat. Namun bukan Kirana namanya kalau cepat menyerah.

"Apa ya...." Kirana langsung memanfaatkan situasi saat putra mahkota membuka mulutnya saat berbicara untuk memasukkan sesendok nasi goreng.

Putra mahkota lalu mengunyah sambil menutup matanya menikmati. Karena baru kali ini ia merasakan masakan seenak ini. Padahal penyajiannya tidak meyakinkan sama sekali tapi rasanya sangat luar biasa. Mata putra mahkota langsung terbuka lalu ia mengambil piring yang ada dimeja dan merebut sendok yang ada di tangan Kirana lalu melanjutkan makannya dengan lahap.

Sampai membuat Kirana melongo dibuatnya.

"Katanya nasi gosong, makanan ternak. Lah kok lahap?" Batin Kirana heran.

Putra mahkota meneguk segelas air putih dengan rakus. Namun mata Kirana gagal fokus dibuatnya. Bagaimana tidak, jika di depan matanya ada jakun yang bergerak-gerak naik turun, membuat jantung Kirana meloncat-loncat di dalam sana.

Pipinya tiba-tiba menjadi merah merona. Tidak dipungkiri jika wajah Arka memang sangat tampan dan menggoda iman. Walaupun sifat aslinya seperti devil ketimbang malaikat.

Kirana memalingkan wajahnya saat sadar jika ia tidak boleh terpesona lagi dengan wajah tampannya. Mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Apalagi objeknya ada di depan matanya. Benar-benar menggoda iman.

"Hei jantung! Lo jangan girang gitu dong. Dasar norak! Keganjenan! Awas aja Lo sampai terpesona lagi sama pangeran jadi-jadian itu."

Jantung Kirana yang mulai menggila lagi membuat gadis itu menyingkir perlahan tanpa menatap pria itu. Tapi sebuah tangan sudah mencengkram lengannya kuat hingga Kirana mematung.

TBC

17 November 2019

Tunggu episode selanjutnya....




Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang