💕💕💕Kirana meringis saat tangannya memegang bekas cekikan putra mahkota di lehernya. Sedangkan putra mahkota masih menatap nyalang ke arah Kirana yang meringkuk. Bisa-bisanya seorang gadis kumal berani berbuat nekad menyimpan pedangnya. Bukan sembarang pedang, melainkan pedang yang diturunkan secara turun temurun oleh raja pertama yang membangun kerajaan Altimo.
Pedang yang menurut desas-desus mempunyai kekuatan. Namun selama ini tak ada bedanya dengan pedang pada umumnya. Saat kemarin melawan pemberontak, pedang itu tak mengeluarkan apapun.
Putra mahkota menghela nafasnya kasar menyadari jika dia sudah menyakiti seorang gadis. Makhluk lemah yang tak seharusnya ia sakiti. Semua itu juga karena dirinya terlalu emosi mengetahui jika pedang warisan itu menghilang.
Suasana hening menyelimuti kamar itu, hanya ada helaan nafas dari sepasang anak manusia yang saling bersahutan. Kirana masih duduk meringkuk ketakutan di lantai sedang putra mahkota berdiri di dekat ranjang sambil bersedekap memperhatikan Kirana.
Tok... Tok... Tok....
"Kir, bangun!! udah siang," ucap Nanik geram.
"Buk! Manggilnya jangan Kir dong. Nama ku kan Kirana, panggil ana kek, kenapa musti manggil Kir...emang Bokir!" Protes Kirana yang merangkak mendekati daun pintu.
"Anak perawan udah siang belum bangun tidur, malu tuh sama ayam." Nanik menggedor pintu kamar anak gadisnya dengan geram.
"Lagian pintu kenapa pake dikunci segala sih?" Nanik mencoba memutar gagang pintu namun tidak bisa dibuka.
"Iya, bentar. Kirana bukain," ucap Kirana hampir memutar kunci lalu menepuk jidatnya kencang saat teringat jika masih ada makhluk kejam di belakangnya. Wajah Kirana terlihat panik.
"Ad...mmmphht." Kirana menaiki ranjang dan langsung membekap mulut putra mahkota sebelum mengucapkan lebih banyak lagi. Untung pria itu berdiri di dekat ranjang, jadi mudah membekap mulutnya. Bagaimana jadinya jika tidak di dekat ranjang, pasti dia akan kesusahan membekap mulut pria tinggi itu.
"Kir, lagi ngapain di dalem kok lama buka pintunya?" Ucap Nanik tak sabar.
"Iya bentar buk!" Kirana panik menggandeng tangan putra mahkota sambil mencari tempat persembunyian untuknya.
"Ayo sembunyi di sini!" Bisik Kirana takut ketahuan. Tunjuknya ke bawah kolong ranjang.
"Apa... Mmppphttt." Kirana lagi-lagi membekap mulut putra mahkota agar tidak berisik. Sambil menekan-nekan punggung pria itu agar membungkuk dan bersembunyi di kolong ranjangnya. Sebenarnya ia takut dicekik lagi olehnya. Namun kali ini ia lebih takut dirajam oleh ibunya jika ketahuan membawa pria ke dalam kamarnya.
Tangannya masih membekap mulutnya sambil tubuhnya bergelayut dipunggung pria itu agar mau menunduk di lantai. Tubuh putra mahkota sungguh kaku tak bergeming.
"Ayo lah, sembunyi di kolong ranjang!" Bisiknya frustasi.
Putra mahkota melepaskan tangan kecil bertenaga itu dari mulutnya. Dan memandang tajam Kirana yang otaknya tidak dipakai.
"Kamu nyuruh saya sembunyi di sana," bisiknya geram sambil menunjuk kolong ranjang. Dan diangguki oleh Kirana.
"Kamu pikir saya muat di sana?" Ucapnya mendesis.
Lagi-lagi Kirana menepuk jidatnya karena otaknya tak berfungsi dengan benar kalau sedang panik.
Brang.... Brang....
"Kir!! Kirana bangun!" Nanik sudah menggedor pintu semakin kencang.
"Bentar buk, Kirana lagi beresin barang-barang," teriaknya sambil mencari tempat untuk putra mahkota sembunyi. Kirana mendorong tubuh putra mahkota masuk ke dalam lemarinya dengan menggeser baju-bajunya yang menggantung menyisakan sedikit ruang untuk putra mahkota sembunyi. Tubuhnya yang besar dipaksa masuk ke dalam lemari. Putra mahkota akhirnya berhasil duduk meringkuk di dalam lemari bersama baju-baju gadis jorok itu.
Kirana memastikan lagi, tidak ada barang yang mencurigakan yang ditinggalkan oleh pria kejam itu.
KLEK
"Lama banget sih buka pintunya," ucap Nanik sambil melangkah masuk ke kamar anak gadisnya.
"Kan Kirana udah bilang, kalo Kirana lagi beresin barang."
"Beresin apanya? Masih berantakan gini," ucap Nanik mengamati.
"He...he...he... Gara-gara ibu gedor-gedor pintu kekencangan jadinya Kirana tambah panik. Tambah berantakan deh," ucap Kirana cengengesan.
"Kamu itu habis ngapain sih, sampai kamar berantakan gini?"
"Kirana habis joget-joget ala India, buk," ucapnya asal.
"Hah... India, sejak kapan kamu suka India?" Nanik memicingkan matanya.
"Eh, itu tadi ibu mau nawarin Kirana sarapan kan? Kebetulan perut Kirana laper banget." Kirana menggandeng tangan Nanik menuju ke dapur.
"Kir, kata tetangga tadi malem ada suara ledakan kenceng banget bener nggak?"
"Ih....ibu jangan panggil Kirana, kir dong!" Protes Kirana dengan bibir mengerucut.
"Kenapa? kan namanya Kirana, boleh dipanggil kir, Rana atau ana. Terserah ibu mau manggil kamu apa."
"Tapi kan nggak enak dengernya, masa kir...kir... Entar orang-orang salah paham, dikira Bokir lagi." Bibirnya mengerucut sambil bersedekap.
"Kok jadi bahas nama panggilan, tadi ibu kan nanya soal suara ledakan tadi malem, kamu denger nggak?"
"Nggak, emang suara apaan sih buk?" Kirana bingung pasalnya ia tidak mendengar apapun tadi malam. Cuma ia sempat terjatuh dari ranjang gara-gara mimpi hampir cup cup wow wow. Tapi masa iya suara tubuhnya yang jatuh dari ranjang terdengar sangat kencang sampai para tetangga mendengarnya.
"Udah ibu duga, kuping kamu kan budeg kalo lagi tidur. Orang tidur kamu kayak orang mati."
"Emang suara apa sih Bu?" Tanyanya lagi.
"Ibu nggak tahu, tapi tadi kata ibu-ibu di depan. Katanya ada suara ledakan keras benget. Mereka pikir ada meteor jatuh. Sampai-sampai semua orang berhamburan keluar buat menyelamatkan diri."
"Tapi Kirana beneran nggak denger suara apa-apa Bu tadi malem," ucap Kirana heran.
"Kalo bener ada meteor jatuh di sini, pasti semua orang berhamburan keluar buat menyelamatkan diri. Terus Kirana siapa yang bangunin? Kan tidur Kirana kayak orang mati."
"Kalo bener begitu, alamat gue jadi almarhumah." Kirana meringis ngeri.
"Huss... Kamu jangan ngomong aneh-aneh. Udah-udah ini di makan sarapannya."
Kirana memakan sarapannya yang sederhana yaitu nasi dan telor ceplok dengan lahap. Setiap pagi ibunya akan menyempatkan diri untuk membuatkan Kirana sarapan sebelum kembali mengistirahatkan tubuhnya setelah kerja tadi malam.
Kirana mengelus perutnya karena kenyang. Enak rasanya kalau perut terisi penuh tidak seperti hari biasanya di sekolah. Walaupun sarapan dan makan siang digabung jadi satu gara-gara ia bangun siang.
Kirana meringis melihat keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Semua barang-barangnya berserakan di lantai. Kirana merenggangkan ototnya sebelum memulai membersihkan. Dengan cekatan semua barang di letakkan di tempatnya. Hingga tangannya meraih buku tebal yang ada di lantai.
Tadi malam ia belum sempat membuka buku itu tapi kantuk sudah lebih dulu datang. Tangannya hampir membukanya namun ia urungkan saat ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hati. Tapi dia tidak tahu apa itu.
Jidatnya dia tepuk dengan kencang. Setelah mengingat apa yang mengganjal di hatinya dari tadi. Kakinya melangkah cepat menuju lemari pakaiannya.
"Ya Tuhan selamatkan hamba, dari cekikan maut," batin Kirana.
Tangannya bergetar saat memutar kunci.
KLEK
Pintu lemari itu terbuka.
Glek
TBC
2 November 2019
Apa yang terjadi pada putra mahkota?
Penasaran?
Tunggu episode selanjutnya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Story(End)
FantasyBagaimana jadinya jika seorang gadis berusia 17 tahun memiliki jodoh yang umurnya terpaut sangat jauh. Bukan 6 atau 15 tahun, melainkan 1500 tahun. Aneh Kalau penasaran bagaimana mereka bertemu. Silahkan dibaca saja Kisah ajaib ini. Cekidot ________...