15

223 21 0
                                    


                             💙💙💙

Setumpuk baju bekas alm. Ayah Kirana dibawa dari gudang belakang menuju kamarnya. Baju-baju itu masih tampak bagus walau modelnya sedikit jadul.

Tapi setidaknya ada baju ganti untuk Arka, dari pada panuan gara-gara tidak pernah ganti baju. Kirana duduk di ranjang sambil membaca pesan dari Gigi setelah menyerahkan baju ganti ke Arka. Tak berapa lama pintu kamar mandinya terbuka dan menampilkan sosok pria dengan handuk pink yang melilit pinggangnya. Memperlihatkan tubuh bagian atas yang terekspos sempurna.

Mata Kirana sampai melotot, wajah merah padam seperti kepiting rebus dengan mulut terbuka lebar bahkan air liurnya hampir menetes melihat roti sobek terpampang nyata di depan wajahnya.

Kirana sampai lupa berkedip melihat tontonan gratis itu.

"Bagaimana cara memakai ini?" Arka mengibaskan pakaian yang ia pegang di depan wajah Kirana yang masih melongo.

Hingga Kirana sadar dan memalingkan wajahnya karena malu.

"A-apa?" Tanya Kirana yang tak mendengarkan apa yang baru saja Arka ucapkan.

"Bagaimana cara memakai baju ini?" Ulangnya sekali lagi.

Ia sudah mencoba memakai baju aneh itu beberapa kali tapi hasilnya selalu gagal. Sebenarnya baju apa yang gadis itu berikan.

"I-itu t-tinggal d-dipa-pakai a-ja," ucapnya gagap dengan detak jantung yang menggila.

"Yang saya tanyakan bagaimana cara memakainya?" Ucap Arka geram dengan ketololan gadis yang ada di depannya itu.

"I-itu...." Otak Kirana benar-benar kosong.

"Pakaikan!" Seru Arka kesal setengah mati.

"Hah?"

"Cepat pakaikan!" Perintahnya sambil melemparkan baju itu hingga mengenai kepala Kirana yang mendadak kosong itu.

"B-baik," ucapnya gugup, dengan tangan gemetaran Kirana meraih baju itu dan mencoba memakaikannya dengan berusaha tak melihat roti sobek itu.

Dengan susah payah akhirnya baju itu terpakai dengan sempurna di badan Arka. Membuat Kirana berdecak kagum. Padahal yang ia berikan baju alm. Ayahnya yang sudah lama tidak terpakai. Modelnya juga jadul tapi entah mengapa saat Arka yang memakainya, justru terlihat sempurna.

***
Keesokan harinya, Kirana berangkat sekolah dengan hati gembira. Walau tadi malam ia harus tidur di lantai lagi hingga membuat punggungnya pegal-pegal.

Hari ini ia sedang berjalan di koridor yang sepi sambil membawa buku untuk dibawa ke kantor guru. Namun di tengah jalan tiba-tiba ia tersandung hingga jatuh tersungkur ke lantai. Semua buku berserakan kemana-mana.

"Awww!" Pekik Kirana kencang.

"Ish, pake acara jatoh segala," gumam Kirana sambil mengumpulkan buku yang berserakan.

Diedarkan pandangannya mencari sesuatu yang membuatnya jatuh. Dahinya mengernyit saat tak menemukan benda apapun di sana.

Namun ada sebuah tangan yang membantunya mengumpulkan buku-buku itu. Kirana mendongak lalu terkejut melihat Arka yang membantunya. Arka tersenyum manis sambil membawa buku-buku itu.

"Ini mau dibawa kemana?"

"Ke meja Bu Siska," ucap Kirana bingung.

Arka membawa separuh tumpukan buku dan berjalan lebih dulu. Kirana mengeryitkan dahinya sambil memegang dada kirinya.

Aneh

Walaupun Arka tadi tersenyum manis tapi tak ada desiran di dada kirinya. Tidak seperti Arka yang ada di rumahnya. Ia menjadi bingung dengan semua ini.

Kenapa ada perbedaan besar saat di rumah dan yang ada di sekolah. Bahkan ia sekarang merasa jijik dengan senyum manis pria itu. Lagi pula kenapa akhir-akhir ini ia sering bertemu dengan Arka. Padahal dulu saat dia masih ngefans, tidak pernah sekalipun bertatap muka.

Entah kenapa Arka yang ada di sekolah tampak aneh, wajahnya sekilas terlihat tua dan ber-aura gelap. Tidak seperti Arka yang ada di rumahnya yang tampak berkilau walau tanpa senyum sekalipun.

Gadis itu curiga jika Arka ada dua. 

***

Seorang gadis bernama Deby memekik kencang saat keluar dari kelas. Gadis itu bertingkah lebay sampai membuat teman satu gengnya menyusulnya di ambang pintu. Lalu tak lama kemudian teman satu gengnya pun memekik histeris dengan menyebut nama Arka.

Biasanya saat ada seseorang yang menyebut nama Arka, pasti Kirana akan langsung mencari sosok idolanya dengan cepat. Namun kali ini ia terlihat cuek. Hingga seorang gadis menghampirinya dan mengatakan jika Arka sedang menunggunya di depan kelas.

Kirana mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia merasa tak ada keperluan dengan Arka. Lagi pula ia sangat malas melihat wajah Arka yang tersenyum manis.

Karena tak ingin membuat kelas heboh ia memutuskan untuk menemuinya. Saat di ambang pintu lagi-lagi pria itu tersenyum manis yang dapat meluluh lantahkan hati para gadis kecuali dirinya. Sambil memutar bola matanya Kirana berkata, "ada perlu apa ka?"

"Aku cuman mau mengembalikan pulpen ini," ucapnya sambil menyerahkan pulpen.

"Oh... Makasih." Kirana menerima pulpen itu lalu melangkah masuk ke kelas.

Namun lengannya ditahan oleh Arka.

"Kita belum berkenalan, namaku Arka nama kamu siapa?" Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Kirana," ucapnya jutek sambil menjabat tangan Arka cepat.

Setelah itu Kirana langsung masuk ke dalam kelas dan tak memperdulikan Arka yang masih di depan pintu. Kirana heran dengan dirinya sendiri, kenapa ia bersikap sangat jutek dan malas kalau bertemu dengan Arka. Namun anehnya saat di rumah ia justru deg-degan kalau bertemu dengan Arka.

Kepalanya berdenyut-denyut, hingga Kirana memutuskan untuk merebahkan kepalanya di meja.

Kenapa saat ini ia justru memikirkan perkataan Gigi yang selalu mengatakan jika Arka sangat aneh. Ia sekarang sadar ada yang berbeda di tubuh Arka.

Ngomong-ngomong soal Gigi, Kirana langsung kangen dengan sahabatnya itu. Ia mau Gigi cepat sembuh dan berangkat sekolah. Karena selama Gigi tidak berangkat ia selalu menahan lapar. Andai ada Gigi di sini pasti gadis itu akan mentraktirnya makan bakso pak Hasan yang terkenal enak di kantin.

KRUYUK...KRUYUK...KRUYUK....

Perut Kirana berbunyi nyaring, saat mengingat kenikmatan bakso pak Hasan.

"Sabar ya cacing-cacing, hari ini kamu kelaparan. Kita doakan supaya Gigi cepat sembuh dan bisa mentraktir kita makan bakso pak Hasan sepuasnya." Tangannya tak henti-hentinya mengelus perutnya berharap dapat mengurangi rasa lapar.

***
Sedangkan di lain tempat, Gigi tengah bersandar malas di sofa sambil menonton tv dengan bosan. Ia selalu memindah- mindah Chanel TV tanpa minat. Gadis itu sungguh kangen dengan suasana sekolah yang ramai. Ia bosan harus dirumah terus-menerus.

Gigi memejamkan matanya lalu ada bayangan Kirana yang tengah mengelus perut sambil bergumam dengan mengatakan bakso pak Hasan.

Gigi membuka matanya dengan cepat, bayangan itu sangat nyata. Hingga Gigi berjanji jika dia berangkat sekolah ia akan mentraktir Kirana makan bakso sampai puas.

Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering melihat sesuatu yang tak dapat dilihat manusia pada umumnya. Tapi ia tak takut sama sekali.

TBC

3 Desember 2019

Tunggu episode selanjutnya....


Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang