18

157 13 0
                                    


                            🖤🖤🖤

Di sebuah kamar yang luas dan mewah. Tampak seseorang berdiri di depan cermin. Menggumamkan kata-kata seperti mantra lalu tangannya mengeluarkan asap hitam menyelimuti cermin di depannya. Asap menghilang dan digantikan oleh sosok pria tua.

"Lapor tuan," ucapnya sambil menganggukkan kepala.

"Bahwa jasad putra mahkota sudah ditemukan. Lalu apa yang harus kami lakukan?"

"Bakar dan pastikan jasad itu menjadi abu," ucapnya bengis.

Tapi tak seorangpun tahu jika jasad itu sebenarnya jasad kakek Gito yang di saat terakhirnya ia berubah wujud menjadi mirip putra mahkota. Kakek Gito sempat mengirimkan pesan lewat burung elang kepada anaknya sebelum perang terjadi. Kalau ia menemukan jasadnya yang berubah bentuk menjadi putra mahkota. Maka ia bisa dikenali dari kalung yang biasa dia pakai.

Lalu pindahkan jasadnya cukup jauh dari lokasi pertempuran. Dan amati siapa yang berusaha mencari jasad putra mahkota. Itulah wasiat terakhir kakek Gito. Dengan jasanya putra mahkota bisa selamat dan jasad yang menjadi pengecoh siapa pun itu yang ingin mencelakai putra mahkota.

"Baik. Lalu bagaimana dengan Bodas tuan?" Ternyata Bodas masih hidup saat itu. Walau ia mengalami luka cukup parah.

"Bodas?" Seseorang itu menyeringai.

"Dia sudah tidak dibutuhkan lagi, bunuh dan bakar tubuhnya!" Seru seseorang itu kejam dan bengis.

"Baik, tuan." Bayangan pria di dalam cermin menghilang.

Sosok itu terkekeh geli. Setelah lama menunggu akhirnya dia bisa hidup kekal abadi. Kini putra mahkota yang ditakdirkan untuk membunuhnya lebih dulu mati.

Ternyata sebegitu mudahnya untuk melenyapkan putra mahkota itu. Hanya dengan mengirim seseorang dan memberinya sedikit kekuatan, tanpa perlu bersusah payah untuk turun tangan langsung.

Ia menyesal kenapa tidak dari dulu saja ia melenyapkannya. Tanpa harus bersusah payah melarikan diri ke dunia modern. Tapi untungnya dunia modern ini sangat mudah ditipu. Ia bisa mendapatkan apa saja yang dia mau.

Kekayaan dan wanita ia dapat dengan mudah dengan wajah ini. Tangannya mengelus wajah tampannya dan menampilkan bayangan dirinya di depan cermin.

"Beruntung sekali dirimu jika masih hidup saat ini, namun sayang sekali. Akulah yang menikmati ini semua tanpa satu orang pun tahu," ucapnya bengis.

"Arka!" Teriak Salma dari balik pintu.

"Arka, sayang. Makanan sudah siap. Ayo cepat turun."

"Baik, ma. Tunggu sebentar." Suaranya yang tadi sangat menyeramkan kini berubah dengan drastis menjadi lembut.

"Mama tunggu di meja makan."

"Lihat, orang tuamu. Terutama mama yang sudah melahirkan mu tidak mengetahui kalau anak kandungnya sudah mati dua belas tahun yang lalu," ucapnya dengan seringainya yang sangat menakutkan. Aura hitam dan kelam menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Ramalan itu ternyata tidak benar adanya. Aku tidak akan semudah itu mati di tangan anak ingusan ini."

Arka turun dari tangga dan menghampiri sepasang suami istri itu di meja makan.

"Sayang, ayo duduk. Mama sudah buatkan masakan kesukaan kamu." Tangan Salma dengan cekatan mengambilkan lauk pauk yang tersaji di depan meja.

"Makasih ma," ucapnya seraya menerima piring dari tangan Salma.

"Sama-sama, sayang."

"Pa, Arka menang olimpiade matematika lagi," ucap Salma bangga memberitahukannya kepada sang suami.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang