5

363 25 0
                                    

                             🌿🌿🌿

Tiga hari masa liburannya sudah berakhir. Kini Gigi sedang mengumpulkan buku-buku dari perpustakaan kakeknya untuk dibawa pulang ke Jakarta.

"Bik, tolong masukin semua  buku-buku itu ke dalam kardus."  Gigi meninggalkan perpustakaan untuk membereskan semua barang-barangnya yang ada di kamar.

"Iya non," ucap bik Asih sambil memasukkan semua buku-buku yang sudah terkumpul di lantai.

Tok... Tok...

Bik Asih menghentikan kegiatannya, ia mengamati sekitarnya, hening. Selama tinggal di sini ia tidak pernah mengalami hal-hal mistis. Baru sekarang ini terjadi. Rasa takut menjalar diseluruh tubuhnya. Jantungnya berdegup dengan kencang, ia lari terbirit-birit keluar dari perpustakaan.

Tiba-tiba sebuah kotak kayu di dalam lemari bergetar hebat. Angin yang tak tahu dari mana datangnya mengibarkan kelambu-kelambu di perpustakaan. Pintu lemari itu terbuka dengan kencang. Padahal lemari itu sudah terkunci rapat.

Sebuah cahaya putih terpancar disela-sela celah kotak kayu itu. Akhirnya kotak kayu itu terbuka tak kuat menahan dorongan kekuatan yang tersimpan di dalamnya. Getaran itu semakin kuat seiring waktu, hingga kotak itu miring menjatuhkan buku yang tersimpan di dalamnya. Masuk ke dalam kotak kardus. Angin itu berembus mengembalikan kotak itu seperti semula dan menutup lemari. Hingga tak ada jejak yang yang tinggal.

Bik Asih berjalan di belakang pak Joko takut-takut sambil mendorongnya masuk ke dalam perpustakaan itu.

"Sih, nggak ada apa-apa di sini. Kamu jangan ngarang cerita," ucap pak Joko mengamati perpustakaan yang tampak biasa saja.

"Bener kok, Aku denger ada suara tok...tok.. gitu di sini," ucapnya sambil bersembunyi di belakang suaminya.

"Yasudah kamu bantuin nyonya aja di dapur biar bapak yang beresin buku-buku itu." Asih tersenyum. Tak menunggu lama Asih langsung berlari ke dapur untuk membantu majikannya.

Pak Joko menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang ketakutan. Padahal sudah lama ia dan istrinya itu tinggal di rumah ini. Kenapa baru sekarang dia takut. Pak Joko memasukan semua buku yang tersisa lalu merapatkan kardus itu agar tidak tumpah saat diperjalanan.

"Bik, apa semua barang sudah di masukan ke dalam mobil?" Tanya Dewi.

"Sudah semua nyonya," jawab bik Asih.

"Kardus yang isinya buku-buku kakek udah masuk juga?"

"Iya, non." Gigi mengangguk mantap.

Sesampainya di Jakarta kotak kardus itu di letakkan di dalam kamar Gigi. Gigi yang tengah capek memutuskan untuk langsung tidur.

****

Keesokan harinya Kirana seperti biasa berdiri berbaris menyambut kedatangan pangeran sekolah. Tiga hari tidak ada Gigi di sampingnya ia merasa ada yang kurang. Ditambah tak bisa melihat Arka karena cowok itu sedang ikut kompetisi sepak bola dan sedang sibuk-sibuknya latihan. Hingga akhirnya sekolahnya yang menjadi juara. Tak pelak pagi ini semua murid datang lebih pagi untuk mempersiapkan kedatangannya.

Jangankan para siswi, para guru pun ikut menyambut sambil membawa bunga. Kirana merasa sedih, kala tak dapat menonton pertandingan itu. Gara-gara tak memiliki uang untuk naik kendaraan ke stadion. Kalau saja ada Gigi di sini bisa dipastikan jika Kirana ikut untuk menonton pertandingan itu dengan nebeng di mobil Gigi. Lumayan gratis. Sayangnya saat dibutuhkan Gigi justru pergi berlibur bersama keluarganya.

Orang kaya mah bebas, belum hari libur tapi bisa liburan sendiri. Yang penting punya uang banyak, semua bisa dilakukan. Sedangkan dirinya, hari libur pun dia nggak kemana-mana. Cuma bisa tiduran di kasur lantai sambil nonton TV.

Tidak seperti yang lainnya yang membawa kado untuk Arka. Kirana hanya bisa memberikan senyuman manisnya. Kan sudah dibilang Kirana itu nggak punya uang. Rambutnya sudah dia tata secantik mungkin dengan poni yang setia menggantung di jidatnya. Dicium kedua keteknya mengecek apa keteknya bau. Senyumnya terbit kala tak menemukan bau asem. Yang ada bau parfum ibunya yang dia semprot ke seluruh tubuhnya.

Tanpa Kirana sadari, bau parfumnya sangat menyengat di hidung. Membuat para siswi menyingkir dari dekatnya. Kirana tadi merasa heran kala gadis-gadis itu memberinya ruang yang sangat lebar. Ia pikir ini rejeki anak Solehah.

Rasanya tak sabar bertemu Arka secara langsung. Inilah kesempatan ia tunggu-tunggu setelah sekian banyak kesempatannya yang selalu gagal. Senyumnya mengembang lebar saat melihat mobil yang dinaiki Arka berhenti di depan gerbang masuk. Sorak-sorai bergemuruh menyambut sosok pahlawan bagi sekolahnya.

Siswi-siswi itu mendorong Kirana menjauh karena bau parfumnya yang bikin mual agar Arka tak mencium bau itu. Pantatnya langsung terhempas di tanah. Usahanya sia-sia lagi karena kelakuan kakak kelasnya itu. Matanya memelototi gerombolan gadis centil itu. Salah apalagi dia sampai harus didorong melulu. Padahal tadi ia pikir kakak kelasnya berbaik hati memberinya tempat.

Lagi-lagi Gigi datang mengulurkan tangannya. Kirana mendongak melihat wajah Gigi yang mengejeknya karena selalu gagal melihat Arka langsung.

"Gagal lagi Lo,"ucapnya mengejek.

"Udah tahu pake nanya."

"Udah yuk ke kelas, gue bawain Lo oleh-oleh."

"Makanan bukan?"

"Jelas makanan dong, gue kan tahu apa yang Lo suka."

"Asik, yuk." Kirana seolah lupa jika di sana masih ada Arka.

Makanan selalu bisa mengalihkan perhatian Kirana. Sekalipun itu seorang Arka sang pangeran sekolah. Kapan lagi bisa makan makanan orang kaya kalau bukan dari Gigi.

Sesampainya di kelas Kirana langsung membongkar bungkusan  yang ada di mejanya yang pastinya dari Gigi. Senyum Kirana sangat cerah, karena semua makanan kesukaannya yaitu cokelat.

"Ana, besok gue ulang tahun," ucap Gigi memberitahu.

Tiba-tiba wajah Kirana murung, dia tak akan bisa memberi apapun untuk sahabatnya itu.

"Maaf gue nggak bisa ngasih Lo apa-apa," ucapnya sambil menunduk.

"Gue nggak butuh hadiah yang berupa barang, yang penting Lo bisa dateng ke pesta ulang tahun gue. Itu udah lebih dari cukup," ucap Gigi.

"Tapi gue ngerasa nggak enak, Dateng tapi nggak bawa kado," ucap Kirana lesu.

"Ya udah sebagai hadiah ulang tahun gue, entar pulang sekolah elo bantuin gue dekor, gimana?" Kirana menganggukkan kepalanya bersemangat.

"Tenang kalo uang gue nggak punya, tapi kalo tenaga pasti ada," ucapnya sambil memamerkan otot lengannya. Membuat Gigi tertawa melihat aksi konyol sahabatnya itu.

TBC

26 Oktober 2019

Kapan sih pasangan itu bakal ketemu?

Tunggu episode selanjutnya....

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang