28

179 20 0
                                    


                           🍀🍀🍀

Hanya satu kedipan mata tubuh Arka sudah berada di dalam kamar kekasihnya. Jantungnya terasa hampir terlepas dari tempatnya saat menyadari sosok kekasihnya tak ia temukan di mana pun. Bagaimana ini bisa terjadi?

Ia melihat jam yang tergeletak di atas meja yang menunjukkan pukul 9 malam. Tandanya ia baru saja meninggalkan Kirana dalam hitungan detik. Lantas bagaimana dengan keadaan kekasihnya itu bersama gerombolan orang jahat.

Arka menutup mata dan mulai berkonsentrasi agar kembali lagi ke tempat tadi dengan cepat. Ia berpikir itulah cara agar ia bisa pergi.

Namun jarum jam telah bergulir dengan cepat. Tak ada satu pun yang terjadi.

Akh!

Arka berteriak seraya memukul penghalang yang mengurungnya di sini. Ia tahu apa yang ia lakukan tak akan berhasil. Namun, ia pun tak akan tinggal diam saat mengetahui kekasihnya di sana dalam bahaya.

Tubuhnya terlempar lagi dan lagi saat menyentuh penghalang itu berkali-kali. Hingga tubuhnya penuh lebam akibat menghantam penghalang dan juga lantai yang keras. Darah dan keringat bersatu memenuhi wajah Arka membuat pemuda itu terduduk lemas. Ia tak mampu lagi berbuat apapun.

Seluruh tenaganya telah ia kerahkan semaksimal mungkin. Namun, apa yang dilakukannya sia-sia. Tubuhnya tetap tidak bisa keluar untuk menyelamatkan kekasihnya.

"Kirana," gumam Arka seraya membayangkan wajah ketakutan gadis itu saat ia menghilang. Di saat ia tengah kebingungan. Tiba-tiba sebuah kitab terbang dan mendarat di depan Arka.

"Kitab ini!" Pekiknya terkejut.

Lalu tiba-tiba kitab itu membuka setiap lembar halaman dengan sendirinya dan beberapa detik kemudian gerakan itu terhenti.

Kening Arka berkerut dalam. Lantas ia membaca sebuah kalimat di buku itu.

"Terikat kuat sampai menyatukan dua hati. Apa maksudnya?" Gumam Arka tidak mengerti kalimat itu. Tapi tak berapa lama kemudian, sebuah cahaya muncul di jari manisnya yang sebelah kanan. Lalu cahaya itu mulai memudar. Dan tampaklah sebuah tali merah yang mengikat jari manisnya.

Kemudian tali merah itu memanjang dan menjulur sampai menembus jendela dan penghalang yang mengurungnya. Ujung tali merah itu terus meluncur berkelok sangat jauh. Hingga ujung tali merah itu berhenti di tempatnya. Yaitu jari manis Kirana.

Gadis itu terkejut mendapati sebuah tali merah mengikat dengan sendirinya di jari manisnya. Tapi tak lama kemudian secara perlahan tubuhnya mulai transparan dan menghilangkan seutuhnya.

Bak memasuki sebuah portal. Kirana tiba-tiba muncul di depan Arka secara ajaib.

"Kirana!"

"Arka!" Pekik keduanya secara bersamaan.

Arka hendak berdiri menghampiri Kirana. Namun, luka lebam di sekujur tubuh membuatnya tak berdaya. Namun, Kirana yang lebih dulu mendekat dan memeluk tubuh penuh lebam Arka dengan erat. Dan perlahan-lahan luka yang ada di tubuh Arka hilang tak berbekas.

"Luka-luka kamu hilang," ujar Kirana terkejut.

Arka menatap ke arah cermin. Dan benar saja luka-luka tadi benar-benar menghilang dengan misterius.

Kirana menyentuh wajah Arka dan membolak-balik badan pria itu. Memastikan sekali lagi.

"Kok bisa?" tanya Kirana kebingungan. Perasaan beberapa detik yang lalu ia masih ada di jalan tadi mencari Arka. Tapi kenapa ia bisa tiba-tiba di rumah dengan cepat.

"Saya tidak tahu," ujar Arka yang sama-sama tidak tahu apapun. Tadi ia hanya membuka kitab tersebut. Lalu semuanya terjadi begitu saja.

Tiba-tiba Kirana ingat dengan tali merah misterius yang mengikat jari manisnya.

"Tali merah!" pekik gadis itu.

Lalu keduanya langsung melihat jari manis masing-masing. Tali merah yang memanjang tadi sudah menghilang, namun digantikan sebuah cincin yang melingkar di jari manis mereka berdua.

"Ada cincin?" Kirana menatap Arka dengan kening berkerut.

Gadis itu berusaha melepaskan cincin tersebut, namun tidak berhasil. Cincin itu terasa sangat sulit dilepaskan, seolah-olah sudah menyatu dengan kulitnya.

"Nggak bisa lepas," ujar Kirana.

"Jangan dipaksa, mungkin kita memang harus pakai cincin ini," ujar Arka sambil melihat ke arah cincin yang berada di jari manisnya.

"Saya ingin mencoba sesuatu," ujar Arka dengan tatapan mata tertuju ke arah pintu.

"Kamu jangan coba lewatin pintu itu sendiri," ujar Kirana yang tidak ingin Arka terluka lagi karena berniat menembus penghalang misterius yang membelenggu kamarnya.

Kirana memegang tangan Arka saat pria itu melangkahkan kakinya.

"Saya akan mencobanya, kamu jangan khawatir," ungkap Arka dengan tatapan teduh yang menenangkan.

"Tapi..."

"Kalo saya terluka, kamu bisa mengobati saya seperti tadi."

Dengan lembut Arka melepaskan genggaman tangan Kirana di tangannya.

Mau tidak mau Kirana membiarkan Arka berjalan ke arah pintu lalu melewatinya. Dan berhasil.

Arka bisa menembus penghalang itu tanpa harus berpegangan tangan dengan Kirana.

Arka menolehkan kepalanya seraya tersenyum lebar. "Saya berhasil."

TBC

14 April 2022

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang