16

164 15 0
                                    

                             💛💛💛

Perasaan Kirana tidak enak sedari tadi siang. Sepulang sekolah Kirana bergegas mengayuh sepedanya dengan kencang. Saat di jalan ia hampir menabrak ibunya  di depan gang. Untung Kirana dengan cepat mengerem sepedanya sebelum mengenai tubuh ibunya.

"Astaga!" Teriak Nanik kencang sambil mengelus dadanya karena kaget dengan kemunculan Kirana yang tiba-tiba.

"Maaf Bu."

"Kamu kalo bawa sepeda jangan ngebut-ngebut, bahaya!"

"Iya Bu," ucapnya dengan cemas, kakinya ia ketuk-ketukkan tak sabar.

Ingin rasanya cepat-cepat sampai ke rumah. Ia benar-benar khawatir akan sesuatu tapi ia tak tahu apa itu.

"Kir, ibu mau nginep di rumah temen ibu. Kasihan dia sendirian, suaminya baru meninggal. Ibu mau nemenin dia dulu. Mungkin beberapa hari ke depan ibu nggak pulang. Kamu nggak pa pa kan?"

"Iya nggak pa pa, udah itu aja?"

"Oya, ibu hampir lupa, itu uang saku kamu ada di atas lemari es. Jangan boros-boros supaya cukup."

"Ya udah Kirana pulang dulu," ucapnya sambil mengayuh sepedanya kencang.

"Jangan ngebut-ngebut!!!" Teriak Nanik melihat cara bersepeda Kirana yang ngebut.

"Udah nggak tahan Bu!!" Teriak Kirana bohong.

"Oh kebelet, pantes ngebut," kata Nanik lirih.

Saat sudah sampai di depan rumah minimalisnya, Kirana turun dari sepeda dan membanting sepeda saking takutnya. Tak ia hiraukan orang-orang yang memandangnya aneh.

Kirana mengambil kunci dan mencoba memasukkannya ke lubang pintu namun selalu gagal.  Berkali-kali ia lakukan.

"Please bisa," mohonnya dengan tingkat khawatiran yang semakin besar.

Ia menarik nafas dan menghembuskan ya perlahan. Kemudian mencoba lagi dan pintupun terbuka.

Kirana berlari ke kamarnya untuk mengecek sesuatu. Dan benar saja ketika pintu di buka Arka ada di sana terbaring lemah di lantai dekat jendela. Sepertinya Arka berusaha keluar melewati jendela tapi hasilnya gagal.

Tas punggungnya ia lempar ke sembarang tempat. Menghampiri tubuh Arka yang meringkuk sambil meringis kesakitan.

Kirana meringis saat menyentuh tubuh Arka yang masih ada sedikit aliran listrik. Tak ia hiraukan tangannya tersengat, Kirana memapah tubuh besar Arka berbaring di ranjang dengan susah payah.

Uhuk... Uhuk....

Kirana khawatir saat Arka batuk mengeluarkan darah. Tangannya yang kecil mengusap darah yang mengalir di sudut bibir Arka. Ia begitu cemas dan ketakutan. Hingga gadis itu refleks memeluk tubuh Arka yang tengah terbaring lemah.

"Apa yang Lo lakuin?! Hah!" Teriak Kirana sambil memukuli dada Arka. Ia begitu marah saat mendapati Arka terbaring lemah.

"Saya berusaha keluar dari sini," ucap Arka lemas.

"Katanya nggak bisa hiks...keluar! Kenapa hiks...maksa?!" Teriak Kirana sambil terisak-isak dan pelukannya semakin kencang.

"Karena kamu menganggap saya berbohong." Tangannya ragu untuk memeluk tubuh gadis itu.

"Gue hiks... sekarang percaya kalo Lo itu hiks... putra mahkota, jadi hiks... jangan lakuin itu lagi. Saat Lo hiks... pake baju alm. Ayah, gue hiks... ngerasa kalo ayah hiks... ada di sini. Gue nggak mau hiks... Kalo elo tinggalin gue hiks... Kayak ayah tinggalin gue sama ibu selamanya." Pelukannya makin kencang.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang