32

547 25 2
                                    

"Elo pernah ketemu sama Arka nggak?" tanya Kirana.

"Nggak, emang kenapa?"

Kirana menggaruk kepalanya. "Gue kok ngerasa kenal lama sama dia, padahal ketemu aja baru hari ini," ujar Kirana kebingungan.

Gigi mengedikkan bahunya, tanda tidak tahu.

"Apa dia artis ya?" tanya Kirana lagi.

"Kayaknya nggak," sahut Gigi dengan mulut penuh mie ayam.

"Apa gue pernah ngeliat dia di suatu tempat ya?"

"Udah, nggak usah mikirin dia, mending makan baksonya keburu bel masuk," ujar Gigi.

Disaat Kirana fokus menyantap bakso pesanannya tiba-tiba Arka datang dan berdiri di depan meja yang Kirana dan Gigi duduki.

"Saya boleh duduk di sini?"

Kirana menatap Arka tanpa berkedip saking bingungnya. Namun tak lama kemudian tanpa sadar kepalanya justru mengangguk.

Senyum Arka terbit begitu cerah. Pria itu menarik kursi tepat di depan Kirana dan meletakkan mangkok bakso dan segelas es teh manis yang telah dibelinya.

"Nama kamu siapa?"

"Kirana," sahut Kirana seraya melirik ke arah Gigi beberapa detik. Gadis itu mengulurkan tangannya sebagai formalitas semata. Namun berbeda dengan Arka, pria itu justru tampak sangat bahagia menyambut tangan Kirana.

Deg! Deg! Deg!

Jantung Kirana berdetak sangat kencang, namun ia tidak tahu karena apa. Rasanya seperti tangan Arka mengalirkan listrik tegangan rendah yang langsung memacu detak jantungnya.

Dengan wajah merah padam, Kirana melepaskan tangannya dari genggaman Arka.

"Gue Gigi," ujar Gigi seraya mengulurkan tangannya.

Arka menjabat tangan Gigi dan tersenyum tipis bahkan senyuman itu sangat cepat.

Tak berapa lama suara langkah kaki berdatangan dengan terburu. Bukan hanya satu orang melainkan begitu banyak gadis yang datang mendekati Arka.

"Arka, boleh nggak aku duduk di sini?" tanya gadis centil sambil membawa mangkok.

"Tidak boleh," sahut Arka tegas. Dengan cepat gadis itu kesal setelah mendengar penolakan dari Arka yang sangat terang-terangan.

"Kalo aku boleh kan, Arka?" tanya gadis lain, sama centilnya dengan gadis yang tadi.

"Lebih baik kalian menyingkir," ujar Arka dengan nada terdengar dingin.

Semua gadis tersebut kesal lantaran Arka bukan tipe pria yang ramah dan mudah diajak berbicara. Serentak semuanya memilih membubarkan diri dan kembali ke meja masing-masing dengan mulut mengomel.

Kirana dan Gigi tampak melongo melihat reaksi Arka yang sangat dingin terhadap gadis-gadis tadi.

"Maaf ya," ujar Arka kembali menatap ke arah Kirana.

"I-iya," sahut Kirana gagap.

"Kenapa gue seneng waktu Arka ngusir cewek-cewek tadi ya? Apa gue udah jatuh cinta sama dia?" batin Kirana seraya menatap wajah Arka yang begitu menenangkan hatinya.

"Nggak mungkin secepet itu," elak Kirana dalam hati.

"Kenapa Lo geleng-geleng kepala?" Suara Gigi menyadarkan Kirana dari lamunannya.

"Nggak pa-pa," sahut Kirana dengan jantung berdegup kencang lantaran Arka menatap dirinya dengan tatapan hangat. Tak berapa lama sebuah memori mengenai Arka yang berganti-ganti dengan cepat tergambar di dalam kepalanya. Peluh menetes di kening Kirana dan kepalanya mendadak menjadi pusing seketika.

Magical Story(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang