30. Alasan

212 16 0
                                    

HAPPY READING JASHA, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT YA 👻

_____

Setelah puasa jalan - jalan ditaman, Jason mengajak Sasha pergi ke mall. Sebenarnya Sasha menolak ke tempat yang dinamakan 'surga wanita' itu, namun karena Jason bersedia membelikan apa saja yang dia inginkan, Sasha pun mau. Hitung - hitung mengerjai Jason.

Sepanjang mereka berjalan, mereka mengobrol ringan untuk memecah keheningan.

"Sha" panggil Jason.

"Apa?" respon Sasha.

"Kamu gak kuliah? Kok tiap hari kamu dirumah terus, kalau dipikir - pikir belakangan ini kamu dirumah terus. Kan seharusnya kamu serius di kuliah kamu yang sampai di semester akhir ini. Atau kamu sudah lulus? Kalau kamu sudah lulus kenapa kamu milih jadi tukang ojek? Kan kamu bisa melamar kerjaan yang lebih tinggi?" tanya Jason bertubi - tubi.

Topik inilah yang sebenarnya Sasha coba hindari dari Jason, ini bukan pertama kalinya Jason menanyakan soal kemana saja dirinya selama ini.

Namun ini sudah ke tiga kalinya, Sasha tidak bisa mengelak lagi. Sebelumnya ia bisa terbantu sebab Jeslyn yang selalu menempel dengannya, namun sekarang? Dirinya hanya berdua saja dengan Jason.

Sasha menghela napas berat, 'sepertinya aku harus terus terang sama Jason, aku udah lelah ngelak terus dari dia' batin Sasha.

"Jas" panggil Sasha.

"Ya" jawab Jason.

"Makan dulu ya Jas, habis itu aku janji akan cerita semuanya" pinta Sasha.

Tanpa persetujuan Jason, Sasha menarik Jason masuk ke dalam distro.

Mereka memilih duduk dimeja ujung ruangan, "kamu mau makan apa?" tanya Jason.

"Apa aja" jawab Sasha, Jason pun mulai memesan makanan saat pelayan distro itu menghampiri meja mereka. Setelah mengutarakan segala pesanannya, pelayan distro itu pun pergi.

Sasha sibuk menyusun kata - kata yang ingin dia utarakan ke Jason.
"Mmm... Jas, sebenarnya aku gak pergi ke Swiss" ucap Sasha ciut.

Kali ini Sasha siap kalau Jason akan marah kepadanya, Jason berhak tahu semuanya. Sasha melirik Jason, Jason masih memasang ekspresi tenang.

Sebenarnya Jason sendiri ingin marah, namun ia menahannya. Ia yakin kalau Sasha melakukan semua ini didasari alasan yang jelas.

"Aku sengaja pergi karena kondisi ayah aku makin buruk, 2 bulan sebelum aku pergi, aku dengar ayah terserang stroke ringan. Semakin hari kondisi ayah makin buruk, aku jadi gak tega sama dia. Jadi aku putusin buat pulang dan rawat dia, beberapa bulan kemudian kondisi ayah udah baikan. Ayah udah sehat walaupun kondisi tubuh ayah gak bisa sekuat dulu lagi" jelas Sasha, Sasha mengambil napas untuk melanjutkan ceritanya lagi.

"Suatu hari, ayah pingin banget keluar rumah. Dia bosan selama berbulan - bulan dirumah terus, akhirnya aku sama tante Diana bawa dia pergi ke taman dekat rumah. Ayah kelihatan senang banget bisa keluar dari rumah, kita jalan - jalan disekitar taman itu" jelas Sasha. Sasha mencoba menguatkan dirinya, menceritakan semua ini bagaikan mengorek luka lama.

"Siangnya kami istirahat sebentar, tante Diana putusin buat beli minuman buat kita berdua. Waktu itu ayah ngotot pingin menemani tante Diana, awalnya aku larang ayah. Tapi karena ayah terlalu keras kepala, aku ijinin dia. Awalnya baik - baik aja, tapi pas tante Diana hendak menyebrang. Dia ceroboh dan gak lihat jalan, bersamaan dia menyebrang ada truk datang dari arah kiri dengan kecepatan maksimal. Waktu itu truknya udah berhadapan sama tubuh tante Diana, ayah sengaja dorong tante Diana dan gantiin posisi tante Diana. Tubuh ayah hancur dilindas truk itu, sementara itu tante Diana gak apa - apa. Ayah meninggal ditempat" jelas Sasha, kini matanya sudah berkaca - kaca.

Jasha ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang