***
Esteve sedang mengerjakan laporan bulanan dan memeriksa semua proposal yang di buat oleh beberapa inti osis, dia sedikit meregangkan lehernya. Dia lelah sekali, demi jabatan tinggi tanpa berbayar ini.
Esteve tidak memiliki orang tua, dirinya hanyalah anak dari panti asuhan yang dianugrahi kepintaran serta kecerdasan. Esteve selain menjadi ketua osis, dia juga bekerja di salah satu cafe menjadi seorang gitaris.
Uang yang dihasilkan dari cafe itu, ia kumpulkan untuk membayar uang bulanan sekolah. Esteve juga anak yang sangat menjaga pola hidup sehat, dia juga rajin berolahraga. Sehingga memiliki tubuh yang gagah dan besar, terkadang banyak orang yang menyarankan dirinya untuk menjadi pegulat.
Hal itu masih dia pikirkan, dia tidak terlalu menyukai keributan.
Tidak ada yang menarik di dalam hidupnya, dia hanya seorang anak yang kesepian dan menghabiskan hidupnya dengan kegiatan yang sama setiap harinya.
Hingga sekarang, dia memiliki satu kegiatan baru. Yaitu menegur siswi, yang bernama Vasilla Elina Granger. Siswi yang suka melanggar semua peraturan dan memberontak, awalnya Esteve tidak terlalu rungu. Tapi untuk sekarang, Vasilla adalah urusannya. Karena osis lain sudah angkat tangan dalam mengurus gadis itu.
***
Keesokan paginya, seperti biasa Esteve menjaga di depan gerbang. Tepat pukul delapan pagi, gerbang sekolah di tutup.
Setelah itu, Esteve pergi ke area belakang sekolah. Ia tahu, bagaimana rencana licik milik murid - murid nakal. Dengan melipat kedua tangannya, dia menunggu.
Matanya melirik, seorang gadis yang menuruni tembok sekolah. Dia menghela nafas dan meletakkan kedua tangannya di kantong celana, dilihat gadis itu sudah turun dengan selamat.
Esteve menghampirinya dan memegang bahunya, "Ikut gw ke ruang osis atau bk?" tanyanya.
"Ogah!" Tolakan dari siswi itu tak membuat Esteve beranjak.
Pria itu menyeret siswi itu, dia tidak perlu lembut kepadanya. Vasilla lagi, lagi dan lagi.
Esteve membawanya ke ruang osis dan menyuruh gadis itu untuk duduk, mata Esteve sedikit melirik rok ketat Vasilla. Dia seperti melihat garis hitam seperti tato, dengan duduk di meja osis.
Pria itu memegang dagu gadis itu, "Lo tatoan?" Selidik Esteve.
Pertanyaan Esteve mendapatkan gelengan keras dari Vasilla, "Mata lo buta? Emang bagian mana yang ngeliatin tato gw?."
Matanya menatap datar Vasilla, Esteve tau. Vasilla memiliki tato, tanpa sadar gadis itu berbicara.
'Emang tato gw keliatan?'
Esteve memegang pinggang Vasilla dan membuatnya duduk di pangkuannya, ini hal mudah. Tangan pria itu berjalan pelan masuk ke dalam rok gadis itu, dengan menatap Vasilla.
Pria itu perlahan menyibak roknya.
"Terus ini apa? Coretan pulpen?." Tanya menuntun Esteve.
Pria itu mendekatkan wajahnya ke area telinga Vasilla, dia bernafas dan berbisik.
"Lo nakal banget."
Setelah mengucapkan hal itu, dia sedikit meremas bokong Vasilla yang mendapatkan pelototan dari gadis itu.
"Besok hapus tatonya" Titah Esteve.
Vasilla berdecak, "Gak ah, ini tato impor. Sekitar dua minggu baru ilang."
Esteve mengangguk, dia memeluk Vasilla dan menekan tubuh gadis itu untuk masuk.
"Ah, coba lagi bilang ah." Kata Esteve yang mendapatkan gelengan keras dari Vasilla.
"Yaudah."
Vasilla kira ketika ia menolak Esteve membebaskannya, tapi dirinya salah. Esteve semakin menekan masuk dan sedikit menggesekkannya lalu mendongak dan mendesah pelan.
Hal itu membuat Vasilla keringat dingin, "Esteve! Lepasin gw, gw harus masuk kelas."
Esteve menggeleng, dia menjilat bibirnya.
"Lo selalu ngeremehin gw dulu, kenapa sekarang malah gak berani ngelawan?" Tanya Esteve heran.
Memang benar, sejak kejadian kemarin. Vasilla yang biasanya barbar menjadi sangat kecil, dalam artian dia tidak melawan lagi dan membiarkan pemangsa memangsa dirinya yang pasrah.
"Bacot."
Vasilla melepaskan dirinya sendiri, ketika ia berhasil kabur. Dirinya menjulurkan lidah ke arah Esteve dan pergi, pria itu sedikit terkekeh. Ada saja tingkah Vasilla yang akan membuatnya berpikir, adegan tadi saja kembali berputar di dalam otaknya.
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Punya Pak Ketos [ ✓ ]
Romance18+ Warning : Adultromance Dia menatap Vasilla yang terlihat berantakan, Esteve memberikan senyuman miring. "Baru segitu lo udah panas, apalagi gw genjot." Ujarnya tanpa filter dan pergi. Hallo, maaf sebelumnya. Cerita ini adalah revisi dari Beda Ba...