***
Seperti biasa Esteve kembali pergi ke cafe untuk mengambil job nya, hari ini dia ingin uang lebih. Karena itu dia akan mengambil job gitaris dan waitres, hasil uang dari sini akan ia letakkan di atm. Sebenarnya Esteve ingin menggenapkan saldo atmnya.
Pandangannya melihat sekeliling, dia berdesah lesu ketika tidak mendapatkan orang yang ia ingin temui. Bukankah biasanya Vasilla kemari bersama kedua temannya, kenapa hari ini tidak ada.
Apa cowok tadi itu, pacar Vasilla? Dan malam ini mereka berencana untuk dinner?
"Sial, lupain Stev. Itu sama sekali bukan urusan lo, lo cuman berurusan sama Vasilla kalo lo lagi disekolah." Ujarnya pada diri sendiri.
Personal band yang kali ini mengundangnya berjumlah empat orang ; Gio sebagai drummer, Gerry sebagai vokalis, Harry sebagai gitaris dan terakhir ada Cola sebagai vokalis.
Gio adalah sobat karib disaat Esteve SMP jadi mereka sudah kenal sejak lama, jadi tidak heran jika Gio dan Esteve terlihat lebih akrab.
"Woi Stev." Panggil Gio sambil melambaikan tangan ke Esteve.
"Yo." Jawab Esteve.
Ngomong - ngomong hari ini Esteve memakai kemeja putih panjang, dia memakai itu untuk menutupi luka di tangan kanannya.
***
Vasilla sudah mencoba memasak sup sayur, tapi rasanya malah menjadi asin sekali. Ahh dia lapar, apa masak mie lagi?
Yasudah, mau bagaimana lagi. Vasilla pun memasak dua bungkus mie, dia juga malas untuk memasak nasi.
Saat sibuk memasak mie, pintu rumahnya tiba - tiba diketok.
"Iya, sebentar."
Setelah mengucapkan hal itu, Vasilla pergi ke ruang tamu dan membuka pintu. Dia sedikit terkejut melihat Esteve ada di sini dengan membawa dua kantong plastik besar.
"Ini bahan makanan, gw tau lo pasti bakal makan mie lagi." Ujarnya langsung ke inti.
"Jadi, boleh gw masuk? Dua kantong ini lumayan berat." Kata Esteve dengan sedikit sindiran.
Vasilla berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, dia masih malu kepada Esteve. Tapi tidak enak jika dirinya menyuruh Esteve pulang begitu saja setelah membelikan bahan makanan.
"Iya, lo mau dibuatin minuman apa?" Tanya Vasilla lalu pergi ke dapur.
"Teh aja."
Esteve mengekori Vasilla yang pergi ke dapur, mereka berdua sebenarnya sama - sama canggung serta bingung. Bagaimana cara mencairkan suasana saat ini.
Saat Vasilla menghidangkan teh, gadis itu melihat bercak merah di tangan kanan Esteve. Lama memperhatikan hal itu, barulah Vasilla berani bertanya.
"Tangan kanan lo luka, Stev?."
Esteve mengangguk, "Tadi diserempet mobil, salah gw si. Gak fokus bawa motor."
Vasilla sedikit khawatir, jadi dia memberanikan diri untuk menaikan lengan kemeja Esteve.
"Darahnya keluar, ini tangan lo keserempet atau ditabrak. Kok lukanya gede." Vasilla memperhatikan luka pria itu, dan menggandengnya untuk ke kemar mandi.
Dia ingin mengobati Esteve.
"Arhh, perih." Ringis Esteve saat lukanya bersentuhan dengan air.
Vasilla tidak menghiraukan ringisan Esteve, setelah selesai membersihkan noda darah di luka pria itu. Barulah mereka kembali ke ruang tamu, dengan Vasilla dan kotak P3K.
Vasilla dengan telaten mengobati Esteve, "Gw pernah jadi dokter kecil waktu sd, jadi lo gak perlu takut. Yah, meski udah lama si."
Esteve tersenyum ketika mendengarnya, Vasilla ternyata dulu seorang dokter kecil.
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Punya Pak Ketos [ ✓ ]
Romance18+ Warning : Adultromance Dia menatap Vasilla yang terlihat berantakan, Esteve memberikan senyuman miring. "Baru segitu lo udah panas, apalagi gw genjot." Ujarnya tanpa filter dan pergi. Hallo, maaf sebelumnya. Cerita ini adalah revisi dari Beda Ba...