persiapan

412 72 6
                                    

Sama seperti wanita kebanyakan, Nayeon juga memiliki pesta pernikahan impian. Makanya, gadis itu excited banget mempersiapkan pesta pernikahannya. Walaupun dibantu sama wedding organizer, Nayeon tetap turun langsung dalam setiap detail pesta pernikahannya.

Dowoon pun juga demikian. Walaupun terlihat lebih santai, ternyata WO mereka cukup kesulitan untuk meyakinkan si calon mempelai pria puas dengan ide-ide mereka.

Tidak hanya si calon pengantin sih yang sibuk, keluarga besar mereka juga pada turun tangan buat membantu persiapannya. Apalagi soal undangan, detail acara dan baju seragam, paling heboh tuh mereka.

Kek hari ini, weekend bukannya istirahat, mereka malah kumpul di rumah Nayeon untuk membahas jumlah tamu yang mau diundang. Biar undangan yang dicetak sesuai jumlahnya, gedungnya muat dan makanannya cukup buat seluruh tamu.

Setelah perdebatan cukup alot untuk menyamakan keinginan kedua belah pihak, akhirnya mereka bisa sedikit santai. Tiba-tiba, papi Wonbin ngasih sebuah kartu seperti ATM ke Dowoon.

"Ini apa ya, Pi?" tanya Dowoon tidak mengerti akan maksud pemberian calon mertuanya itu.

"Anggap ini hadiah pernikahan dari kami. Gunakan untuk membiayai pernikahan kalian."

Nayeon yang sudah kesenangan akan hadiah orang tuanya, langsung menciut begitu melihat ekspresi Dowoon yang justru sebaliknya.

"Maaf, Pi, saya gak bisa terima hadiah dari Papi."

"Loh kenapa?" tanya mami Nayoung turut buka suara.

"Sekali lagi saya minta maaf, Mi, Pi, tapi dari dulu saya sudah menabung untuk pernikahan saya kelak dan saya rasa itu sudah cukup untuk membiayai pernikahan kami tanpa harus merepotkan Papi dan Mami."

Mendengar penjelasan dari Dowoon, papi Wonbin tak bisa menyembunyikan rasa bangganya, rasanya ia tak salah menyerahkan putri bungsunya pada pria seperti Dowoon.

"Tuh Abang liat Dowoon, rajin menabung. Jangan rajin nabung, tapi nabungnya di mall," sindir mami Nayoung pada abang Seokjin yang kebetulan lewat di ruang tengah, tempat mereka berkumpul.

"Ya Allah, kena lagi. Abang cuma lewat loh Mi."

"Abang jomblo sih," tambah Nayeon sambil menertawai kakak laki-lakinya itu.

"Woo, mentang-mentang mau nikah ya. Seenaknya ngatain Abang." Seokjin pun mendekat ke sofa dan hendak menjewel si bungsu yang mulutnya suka benar.

Sayangnya, Nayeon bergerak lebih dulu dan berlindung di pelukan papi Wonbin.

"Pi, tuh lihat, Abang suka siksa Adek," adu Nayeon pada papinya.

"Dasar tukang ngadu. Dowoon lihat tuh calon bini lo, kalau gue sih gak bakalan mau sama cewek kek Nayeon."

"Abang! Kalau Dowoonnya berubah pikiran gimana?" Ternyata yang namanya Nayeon, tetaplah si bungsu yang polos. Selalu saja mempercayai ucapan abangnya yang selalu iseng.

Dowoon yang melihat interaksi dua saudara itu hanya bisa tertawa. Sedangkan  papi Wonbin dan mami Nayoung menikmati momen-momen kebersamaan keluarga kecilnya yang mungkin akan jarang terjadi lagi.

Tbc....

5 November 2019

Problematika ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang