"Abanggg!!!" jerit Nayeon keras sambil membuka pintu kamar abangnya dengan tak kalah kerasnya. Tidak hanya Seokjin si empunya kamar yang kaget akan teriakan yang tidak selow itu tetapi kak Taeyeon dan mami Nayoung yang kebetulan juga ada di rumah sampai kaget dibuatnya.
"Kenapa sih, Dek?"
"Adek, kenapa?"
"Seokjin, kamu apain adek kamu?" tanya mami, kakak dan abang nyaris bersamaan.
"Aku gak ngapa-ngapain Mi. Sumpah. Adek aja tuh tiba-tiba teriak. Kenapa sih, Dek?"
Nayeon yang memang sedang emosi terus mendapatkan jawaban dari abangnya yang menurutnya sok tak merasa bersalah membuat air matanya otomatis bercucuran keluar.
Melihat si bungsu menangis otomatis semua makin kaget, gak biasanya Nayeon kek gini. Nayeon itu termasuk gadis yang manja, tetapi tidak cengeng.
"Adek kenapa sih? Ayo cerita sama Mami," ujar mami Nayoung lembut sambil memeluk adek agar tenang.
"Iya Dek cerita. Kalau Abang ada salah, maafin Abang."
Setelah agak tenang, Nayeon pun melepaskan pelukan mami dan menatap si abang dengan tajam.
"Abang tuh ya jadi cowok jangan sok kegantengan. Kan Adek yang susah," ucap Nayeon terus nangis lagi. Padahal menurut Nayeon abangnya itu B aja, tapi herannya banyak cewek yang jadi fansnya.
Loh semua orang jadi bingung, apa hubungannya Seokjin yang sok ganteng sama adek yang susah?
Mami Nayoung pun kembali natap Seokjin terus seolah bisa telepati mami nanya, "Maksud adek kamu apa?"
Mengerti akan maksud si kanjeng mami, Seokjin cuma angkat bahu tanda gak ngerti juga.
"Adek, coba jelasin maksud Adek apa?" Taeyeon yang tadi cuma lihatin drama si bungsu akhirnya ikut nimbrung.
"Itu, Mi, Kak, Abang kalau di sekolah sok ganteng banget jadi banyak yang naksir mana gak mau ambil surat sama pemberian fansnya. Terus mereka pada titipin ke Adek dikira Adek kurir apa."
Mendengar penuturan si bungsu, ketiga orang itu hampir saja ketawa. Untung saja mereka pada otomatis tutup mulut takut si adek makin ngambek. Kan bujukinnya susah.
"Kenapa gak ditolak titipannya, Dek?" tanya Mami membuat Nayeon memanyunkan bibirnya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Mana Adek tega, kan kasian udah ditolak sama Abang, Adek juga nolak sih, Miii. Terus ya, Mi, loker adek tiap hari penuh bunga sama coklat terus-"
"Tuh Adek juga sok cantik tuh, banyak yang ngasih surat sama coklat," ucap Seokjin memotong ucapan Nayeon yang membuat si bungsu mewek lagi.
"Abang!!" tegur Kakak sama Mami membuat anak cowok satu-satunya itu langsung diam.
"Maaf."
"Terus kenapa, Dek?"
Sebenarnya Nayeon udah malas cerita, tapi unek-uneknya belum dia keluarin semua jadinya Nayeon lanjut lagi.
"Terus Nayeon udah geer tuhkan, tapi ternyata itu semua buat Abang, bukan Adek. Huahhh!" Kali ini ketiga orang itu benar-benar tak dapat menahan tawanya. Kasian sih sama si adek, tapi lucu.
"Kok pada tawain, Adek sih?"
"Gak kok, Dek. Abang nih kasian adeknya 'kan? Mulai besok gak boleh nolak-nolak lagi."
"Tuh Abang dengerin."
"Iya, Dek. Iya," jawab Seokjin asal agar si adek gak kesal lagi.
"Terus kalau Abang masih nolak gimana?"
Mami Nayoung mikir bentar terus ngejawab dengan apa yang terlintas di pikirannya.
"Uang jajan Abang bakalan Mami potong."
"Kok gitu sih, Mi!" protes si abang tidak terima sedangkan Nayeon tersenyum penuh kemenangan.
"Udah jangan protes, Mami pusing."
Tbc....
29 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika ✔
RandomHidup tanpa masalah? Mana bisa. ⚠️⚠️⚠️⚠️ Urutan ceritanya random, part ini pas kuliah part berikutnya tiba-tiba pas sma, terus pas kerja terus kuliah lagi dst. Cover by @rozeusz