Hadiah pertama yang Nayeon dapat dari Dowoon adalah helm. Kata Dowoon sih biar bisa boncengin Nayeon, soalnya dia lebih suka naik motor daripada mobil.
Dan karena sehabis wisuda, Nayeon balik lagi ke rumah, otomatis saat jemput ataupun nganterin Nayeon pulang, Dowoon selalu aja ketemu sama penghuni rumah Nayeon.
Kek hari ini, Nayeon dan Dowoon abis jalan berdua, eh pas nyampe rumah Nayeon tau-taunya hujan deras. Makanya Dowoon sekarang lagi nyantai di ruang tengah rumah Nayeon sambil minum teh yang tadi dibuatin sama Nayeon.
Gak lama abang gabung sama mereka jadi orang ketiga alias setannya.
"Oi Bro, lama gak kelihatan lu," sapa Seokjin lalu seenaknya duduk di antara Nayeon dan Dowoon.
"Ih Abang! Di sanakan luas," omel Nayeon akan tingkah saudara laki-lakinya itu, tapi yang namanya 'abang' mah udah kebal sama omelan adek. Makanya dia cuek aja, Dowoon sendiri cuma senyum liat tingkah mereka.
"Iya nih, Bang, kemarin abis dari Thailand." Btw Dowoon itu pegawai negeri, tapi kerjaannya lebih sering di luar daripada di kantor. Mungkin karena Dowoon ini lulusan luar negeri kali ya, makanya sering diutus jadi perwakilan kantornya baik itu urusan dalam ataupun luar negeri. Kalau udah urusan pekerjaan, Dowoon itu gak ada sisi pemalunya sama sekali, seperti yang dia bilang dulu.
"Wuih, pantesan kemarin-kemarin si Adek galau mulu." Tau sendirikan siapa yang bilang? Gak lama bantal sofa melayang ke muka Seokjin.
"Abang, mending pergi deh."
"Gapapa kok, Nay."
"Iya, gue yang apa-apa," rutuk Nayeon dalam hati.
"Tuh dengerin. Eh Woon, lu mau liat foto-foto Adek waktu kecil gak?"
"Gak!" Nayeon bergerak untuk mengamankan album foto yang entah kenapa bisa ada di atas meja ruang tengah. Namun sayang, sepertinya Seokjin bisa menebak gerakan adiknya itu, makanya albumnya dia bergerak lebih dulu buat amanin tuh album.
"Liatkan Adek waktu kecil lucu banget, sayang gedenya amit-amit," ucap abang sambil membuka album yang memuat foto Nayeon dari bayi.
"Abang, Adek denger loh ya."
Tapi sekali lagi yang namanya abang mana peduli sama ancaman Nayeon.
"Kalo ini namanya Sowon, teman gilanya Adek dari kecil."
"Yang waktu itu nikahannya kita datangin gak sih?" tanya Dowoon merespon info dari Seokjin.
"Iya, dulu kita satu kelas juga."
Gak lama, abang kembali heboh menyuruh Dowoon melihat lebih dekat sebuah foto.
"Kalo ini, namanya Taemin. Cinta pertamanya si Adek. Sayang Adek gak dianggap. Kena zona kakak-adek aja ngak."
Entah dosa apa yang Nayeon lakuin di kehidupan sebelumnya, sampai punya seorang abang yang mulutnya kek cabe gini.
"Terus ya, masa dulu Adek pernah pulang ke rumah sambil nangis-nangis karena Adek pikir dia lagi hamil," ucap Seokjin sambil ketawa-ketawa mengingat Nayeon kecil yang begitu polos.
"Kok bisa, Bang?"
Nayeon udah kode abang buat gak lanjutin ceritanya, tapi Seokjin malah pake mode cowok kebanyakan. Gak peka sama kode.
"Gara-gara temannya jatuh dan gak sengaja nyium bibir Adek."
Sumpah Nayeon malu banget, makanya dia sekarang main tangan dengan nyubitin abangnya biar pergi. Abang tuh cuma tau kalau Dowoon itu pernah jadi teman adek di SMP dan gak tau kalau dia tersangka yang udah merebut ciuman pertama Nayeon.
"Jadi kamu pernah ngira hamil anak aku?" goda Dowoon begitu Seokjin telah kembali ke alamnya.
"Ih Dowoon, gak gitu."
Tbc....
28 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika ✔
RandomHidup tanpa masalah? Mana bisa. ⚠️⚠️⚠️⚠️ Urutan ceritanya random, part ini pas kuliah part berikutnya tiba-tiba pas sma, terus pas kerja terus kuliah lagi dst. Cover by @rozeusz