bagian 2

579 23 0
                                    

Satu tahun kemudian..

Laki-laki berjas hitam dengan wajah dingin dan tak lupa pembawaan yang begitu tegas memasuki ruangananya yang sudah ia tempati satu tahun terakhir ini. Tumpukan berkas yang ia harus selesaikan dalam waktu satu hari.

"Livia..tolong keruangan saya" titah Arkana

"Baik pak" ucap sekretarisnya lewat panggilan telepon

Tak butuh waktu lama sekretaris Arka datang. Tidak seperti di novel-novel gaya sekretaris Arka jauh dari kata buruk. Pembawaanya yang begitu lebut dan sopan selain tak lupa Arka selalu mencari sekretarisnya yang dapat menutupi auratnya sebagai seorang perempuan

"Hari ini apa saja jadwal saya livia?" Tanya Arka dengan nada dingin matanya tak lepas dari berkas-berkas.

"Jam 10 nanti bapak ada pertemuan dengan pak Aldi perwakilan dari Brian's company. Setelah itu.

"Om kan.." teriak bocah perempuan cantik yang langsung masuk keruangannya

Padangan Arkana beralih pada anak perempuan kecil yang cantik

"Hei om bilang apa? Kalau masuk ucap salam jangan main masuk aja." Peringat Arkana

"Iya om kan, maaf." Ucap anak kecil itu.

"Kamu sama siapa kesini sayang? Tanya Arkana yang sudah berpindah mensejajari dengan tinggi tubuh anak perempuan itu.

" Hmm sama bunda " jawabnya.

"Rean kamu kenapa tinggali bunda sih.." perempuan cantik berhijab baru saja masuk dengan nada kesalnya.

"Livia kam silahkan keluar, kirim jadwal saya lewat email" ucap Arkana.

Livian mendengus kesal dengan sikap bos nya ini, bukankah tadi ia melihat perbedaan bosnya.

"Tapi pak.." ucapan livia terhenti seperti ketika bosnya menatap tajam

Perempuan cantik berhijab itu menggeleng melihat sifat anak sahabatnya yang sudah tenang disana.

"Ada perlu apa aunty kemari?" Tanya Arkan

"Ini loh Rean katanya rindu sama omnya. Sekalian aunty mau mengingatkan untuk makan malam keluarga besar" ucap Aliya.

"Oh kalau begitu aunty bisa keluar, nanti Rean akan Arka antar pulang" ucap Arka

Ingin rasanya Aliya melempari wajah anak sahabatnya ini dengan berkas-berkas di mejanya
Aliya keluar dengan wajah ditekuk dan menghentakan kaki seperti anak kecil

Arka tersenyum sembari menggeleng.

Rean ikut tertawa

"Bunda lucu kalau gitu om. Palingan dirumah bunda cerita sama papa, terus papa ikut tertawa" ucap Rean

Arka mengelus puncak kepala Rean.

"Sayang kamu tunggu disini ya, om ada rapat sebentar. Nanti kamu ditemani sama tante livia" ucap Arkana

Arkana terkekeh melihat Rean yang sebal akannya.

"Kalau gitu Rean mending ikut bunda. Om jangan lama awas saja kalau lama" ucap Rean

"Iya om janji" ucap Arkana berlalu.

"Livia saya titip keponakan saya. Jagan yang benar jangan sampai keluar dari ruangan saya.." ucap Arkan memerintah Livia

"Siap pak Arkana" ucap Livia.

Hampir satu jam lamanya Arkana baru saja keluar dari ruang rapat. Ia begitu terlihat lelah ia.

"Omm Kan lama" ucap Rean dengan kesal

"Om minta maaf, ayo kita beli mainan buat kamu" ucap Arka sambil menggendong Rean.

Anak perempuan itu sangan bahagia. Setiba di lobi ia melihat ada keramaian

" Ada apa ini?" Ucap Arkan terheran

"Pak, itu ada apa? Kenapa ramai diluar " tanya Arkana pada satpam

"Anu pak, ada perempuan yang di serempet mobil" ucap satpam itu.

Arkana keluar untuk melihat kejadiannya.

"Om rean takut darah" ucap Rean mulai menangis.

"Kamu cukup  peluk om saja." Ucap Rean.

Arkana melihat perempuan itu menangis. Kakinya berdarah.

" ini kenapa hanya diam saja, bukannya di beri pertolongan pertama" ucap Arkan dengan nada tinggi

"Livia.." Arkan memanggil livia yang kebetulan lewat.

"I.ya pak ada apa. " ucap Livia takut melihat bosnya yang terlihat marah.

" Temani saya bawa perempuan ini kerumah sakit, saya tunggu dimobil. Minta bantuan pak Bagus " ucap Arkan

"Ayo mbak kita kerumah sakit, ini perintah bos saya" ucap Livia sembari membantu perempuan itu.

Beberapa orang membantu membawa perempuan yang menangis itu kedalam mobil Arkana

"Kamu kenapa diam di situ livia, ayo masuk temani saya. Mana mungkin saya hanya berdua dengannya" ucap Arkana ketus

Lagi-lagi Livia jengah dengan sikap bossy sang bos. Untung saja livia sudah terbiasa.

Didalam mobil perempuan itu hanya menangis.

"Bisa berhenti menangis? Saya tidak suka melihat orang menangis didepan saya" ucap Arkana tanpa menoleh belakang

"Bapak gimana sih mbak ini sakit makanya menangis. Maafi bos saya ya mbak dia itu memang tidak mengerti" ucap Livia.

Perempuan itu tiba-tiba pingsan.

"Pak mbak ini pingsan" ucap livia panik

Arkana melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. Untunglah Rean tertidur

Setiba dirumah sakit Arkana langsung menggedong perempuan itu menuju igd. Untunglah ada dokter yang berjaga jadi langsung di beri pertolongan..

"Bang dia siapa? " tanya Alif. Alif lah yang  kebetulan berjaga di ruang igd.

Arkana hanya mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

Hampir tiga puluh menit Arkana menunggu diluar. Barulah ia di izinkan masuk.

" bang perempuan itu sudah sadar" ucap Alif

Arkana menghampiri perempuan yang tebaring lemah.
Deg.

Saat mata Arkana bertemu dengan perempuan itu. Ia dan Alif terkejut pasalnya matanya sangat mirip dengan bundanya. Kerinduan yang begitu mendalam

"Bunda.."ucap keduanya

"Terima kasih sudah menolong saya " ucap Perempuan itu.

Mereka tersadar dari keterkejutannya.

"Sebaiknya kamu dirawat beberapa hari disini, saya yang akan tanggung semuanya, kebetulan ada dokter ini yang akan merawat kamu. Kalau begitu saya permisi. Sekretaris saya akan menemani kamu" ucap Arkana

"Livia kamu saya kasih libur" ucap arkana

Senang bukan kepalang Livia seperti mendapat durian runtuh.

"Tapi kamu harus jaga perempuan itu sampai sembuh" begitulah ucapan Arkana menjatuhkan kesenangan Livia.

"No protes. Jika protes surat pengunduran diri kamu harus ada di meja saya esok pagi." Ucap Arkan lalu mengambil alih Rean dari gendongan Livia.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang