Bagian 23

249 8 0
                                    

Bandara soekarano Hatta 08.00 wib.

"Tetap calm oke" tepukan bahu dari Allan menyadarkan lamunan Arkan. Sudah dua tahun ia meninggalkan semuanya. Kini ia telah tiba menyambut seribu reaksi yang akan ia hadapi. Bertemu dengan semuanya. Termasuk bagian hatinya yang terluka.

Arkan melihat Nadine sangat kelelahan. Kejadian ini mengingatkannya pada beberapa tahun silam saat ia pulanh dari perjalanan bisnis saat itu juga ia melamar Amanda. Berbeda hal nya dengan sekarang kini bukan membawa Nadine seorang tapi dengan gadis cantik yang berusia dua tahun.

"Wajah Nadine pucat sekali pak bos. Reina juga rewel terus" ucap Livia yang membantu membawa Reina.

Arkan menyentuh wajah Nadine yang sudah pucat suhu tubuhnya juga tinggi.

"Lupa minum obat lagi atau tidak mau minum obat lagi?" Tanya Arkan tak suka. Nadine hanya tersenyum lemah.

"Ayo masuk mobil gue udah diparkiran" ucap Andra yang menyuruh bawahannya untuk mengantarkan mobil miliknya ke Bandara

Arkan memapah Nadine berjalan. Ia khawatir kondisi Nadine drop lagi karena perjalanan jauh. Terlebih lagi Reina yang ikut sakit.

"Ndra kita kerumah sakit sekarang. Nadine drop" ucap Arkan panik.

Sementara Reina sudah sedikit tidak rewel tapi suhu tubuhnya tinggi.

Mobil mereka membelah jalanan ibukota menuju rumah sakit milik ayahnya Arkan yang tak jauh dari Bandara. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit kini mereka sampai di rumah sakit.

Arkan langsung membawa Nadine ke IGD beserta anaknya. Tak lupa sahabat Arkan yang ikut andil membantunya.

Dokter yang sedang menjaga Igd pun terkejut melihat seseorang yang datang dengan panik.

Deg. " Bang Arkan " gumannya

Keterkejutan dokter jaga itu yang tak lain adalah adik ipar Arkan istri dari Alif tersadar karena suster memanggilnya

"Gimana anak saya dan istri saya" tanya Arkan khawatir.

"Anak bapak hanya kelelahan, dan lagi sepertinya ia tidak kuat untuk perjalanan jauh. Sama halnya dengan istri bapak" jawabnya berusaha profesional

"Apa perlu dirawat?" Tanya Arkan

Dokter cantik yang berhijab itupun menggeleng sambil tersenyum. "Kalau gitu saya ini resepnya pak bisa ditebus di apotek" ucapnya.

Arkan membantu Nadine untuk duduk. Anaknya sudah di gendong oleh livia yang sedari tadi ikut cemas.

"Sudah ya. Tuh kata dokter aku gak papa kok" ucap Nadine.

"Terus aja lupa minum obat" cibir Arkan sambil membantu Nadine berdiri.

"Ar apartemen yang lho pesan sudah siap. Gue antar kesana ya" ucap Andra.

"Kalau kita mau pulang Ar. Ada rapat mendadak" ucap Denis.

"Jangan sering berdua. Gue takut" ucap Arkan pada Denis dan allan. Kedua sahabatnya memukul lengan Arkan. Arkan tertawa.

Sementara masih dirumah sakit Nadia yang melihat kakak iparnya tadi langung berlari menuju ruangan Alif.

Brak.. Dua orang yang berada didalam ruangan itupun terkejut ketika pintu terbuka.

"Kamu gak ingat lagi hamil ha!" Ucap Alif yang terkejut melihat kedatangan istrinya dengan pucat.

"Ayah. Mas.. aku tadi baru saja lihat bang Arkan" ucap Nadia dengan satu tarikan napas

Alif langsung menghampiri istrinya. Semenjak hamil ia sering berhalusinasi. Alif membawa istrinya duduk disamping ayahnya.

"Minum dulu. Tarik napas pelan" ucap Alif.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang