Bagian 22

264 8 0
                                    

"Dy daddy" ucap bocah perempuan yang membuyarkan lamunan Arkan. Arkan tersenyum melihat anaknya yang begitu aktif.

"Duh anak daddy gak suka dicuekin ya" ucap Arkan sambil mencium pipi gembul anaknya. Gadis kecil itu bergerak aktif diatas kasur sambil bergumam tidak jelas.

Sedari tadi tanpa Arkan sadari seorang wanita cantik memperhatikan mereka. Wanita itu tersenyum ia tidak menyangka jika dua tahu ini Arkan selalu menemaninya mulai dari ia melahirkan sampai saat ini.

Tiba-tiba gadis kecil yang baru berumur dua tahun itu menangis.

"Mommy, Reina haus jangan sembunyi dibali pintu dong" ucap Arkan dengan nada candaan. Wanit itu menghampiri Arkan dan mengambil alih anaknya.

"Aduh anak mommy  haus ya. Kamu bisa keluar aku mau memberinya ASI" ucap Wanita itu

Arkan menggeleng lemah. "Daddy juga haus" ucap Arkan seperti anak kecil. Wanita itu langsung melempari Arkan dengan bantal. Arkan keluar dari kamar dengan tawanya.

Tak lama Arkan duduk sambil menonton televisi wanita yang sudah menjadi ibu itupun langsung duduk di samping Arkan.

"Capek ya?"tanya Arkan sambil mengelus puncak kepala wanita yang sedang bersandar di lengannya.

Wanita itu mengangguk lemah. "Kamu gak kangen sama keluargamu di sana?"

"Mereka tahu aku meninggal kalau aku pulang nanti mereka takut terus lari" ucap Arkan sambil tertawa.

Wanita itu menghadiahi cubitan di perut Arkan " Kamu ini gak pernah serius kalau jawab" ucapnya

"Aku mau seriusin kamu selalu ditolak. Giliran aku bercanda kamu mau serius. Ah pusing" ucap Arkan.

Suasana mendadak hening. Arkan menoleh kearah wanita yang sudah menemaninya dua tahun belakangan ini.

"Dengan adanya kamu sama Reina sudah bikin aku bahagia" ucap Arka sambil mencium kening wanita yang sedang disampingnya. Ciuman Arkan semakin lama semakin menuntut lebih. Wanita itu sudah mendorong arkan untuk mundur namun Arkan tidak memperdulikannya. Arkan sudah membaringkannya di sofa. Ia tahu ini salah namun sisi lain lebih mendominasi. Wanita itu sudah terbawa suasana yang Arkan ciptakan ia membalas ciuman Arkan lebih dari sebelumnya. Arkan semakin menjadi ketika wanita dibawahnya mengeluarkan suara yang sudah Arkan tunggu.

Tangisan bayi memberhentikan aktivitas mereka. "Reina bangun" ucap Wainta itu dengan napas tersengal. Arkan bangit entah ia pergi kemana.

Wanita itu langsung merapikan pakaiannya yang sudah berantakan akibat ulah Arkan. Ia sangat bersyukur tangisan anaknya bisa menghentikan Arkan. Kalau tidak mungkin Arkan sudah lebih dari tadi.

Arkan kembali kekamar dimana Anaknya sudah ditenangkan dengan wanita itu. " maaf. Aku hampir kelewat batas" ucap Arkan

"Itu sudah lewat batas untung saja Reina menangis. Ia tahu mamanya sedang dalam bahaya" ucapnya

Arkan tertawa. "Kita sama-sama dewasa. Ini negara bebas. Apalagi semakin hari sahabatku ini semakin cantik. Kita nikah ya" ucap Arkan

Wanita itu hampir setiap hari mendengar sahabatnya ini meminta nikah dengannya. Namun ia tolak. Ia tahu Arkan masih mencintai 

"Nadine. Tidak ada wanita yang begitu mencitaiku seperti kamu. Sekalipun aku tidak mencintaimu aku bisa belajar. Kita pernah menjalin hubungan dan itupun sangat lama.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang