Bagian 3

501 24 0
                                    

Sudah dua hari Manda di rumah sakit ini. Semenjak itu juga Livia sudah menjadi teman manda. Kini mereka sedang bercerita.

"Ponsel kamu berbunyi terus Liv," ucap Manda . Semenjak dua hari mereka sudah akrab dan mengubah panggilan masing-masing karen umur mereka tidak jauh beda.

"Biarin aja mbak, Pak Arka palingan. Siapa suruh saya libur. Pasti dia sedang kesusahan karena tidak ada saya" ucap Livia sambil tertawa

"Yang namanya pak Arka itu baik ya," ucap Manda

Pppffft. Tawa livia pecah ketika Manda memuji bosnya.

"Ya ya baik sih mbak tapi sikapnya gak ketulungan, dingin nyebelin dan bossy"ucap Livia

Deheman seseorang menghentikan mereka.

"Sudah puas mengatai saya livia? "Ucap Arka dingin

"Widih bapak bawak bunga, pasti untuk mbak manda ya biar cepat sembuh" ucap Livia mengalihkan pembicaraan

Arkana hanya mengerutkan keningnya.

"Kembali ke kantor, waktu libur kamu sudah habis"ucap Arkana

"Mbak kalau gitu saya permisi, nanti saya jemput setelah pulang kerja" ucap Livia keluar dan mengejek Arkana

Manda tertawa melihat kelakuan mereka

"Hmm pak terima kasih sudah menolong saya kemarin, saya berhutang budi dengan bapak" ucap Manda

Sedari tadi Arkanan memandang lekat Manda, perempuan dengan mata yang  sama persis dengan mata bundanya

Tiba-tiba saja Arkana memeluk Manda. Manda kaget.

"Hmm sory saya lancang memeluk kamu, kalau begitu saya permisi." Ucap Arka pergi dari ruang manda

"Ayah.." panggil Arkana

"Hei tumben kerumah sakit ada apa? Kangen sama Ayah ya?" Canda Farel

"Ayah tahu saja. Sudah dua hari kita tidak bertemu. Bagaimana kalau kita makan siang bareng ucap Arkana.

Ayah Arkana heran ada yang berbeda dengan anaknya, ia tampak senang dari sebelumnya.

"Boleh. Hmm ayah keruangan dulu" Pamit ayah Arkana

Selama diperjalanan menuju kantin Arkana bertemu dengan Alif. Terihitung sudah hampir empat tahun ia masih bersikap dingin.

" Bang Arka" sapa gadis yang disamping Alif. Arkana tahu gadis ini kekasih adiknya semenjak zaman Sekolah dulu

Arkana hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Alif sudah biasa dengam sikap abangnya yang tidak berubah. Ia hanya bisa berdoa agar hati abangnya luluh kembali

"Hmm, Alif mending ikut kita makan siang, jarang lho abangmu ada waktu untuk kita. Sekalian ajak Nadia" ucap Ayah mereka

"Ayah, Arkan hanya mengajak ayah tidak dengan mereka" ucap Arkan dingin.

"Hm om Nadia gak ikut deh, soalnya ada janji dengan mama" kilah nadia, sungguh ia ingin mereka makan bertiga keluarga yang dulu sangat hangat kini seperti Air dan Minyak.

"Hm ya sudah. Kalau gitu saya pamit  mau makan sama para jagoan ayah. Ayo nak" ucao Ayah mereka

Nadia tersenyum semoga keluarga mereka hangat kembali.

Setiba di restoran tempat biasanya mereka hanya diam tanpa pembicaraan apapun

"Perusahaan kamu lancar Ka?" Tanya ayahnya.

"Lancar" ucap Arkana

"Pada dasarnya setiap makhluk yang bernyawa akan kembali kepada sang pencipta. Ayah lebih merasa kehilangan daripada kalian berdua. Dari sebelum ada kalian ayah selalu bersama bunda susah senang kita jalani. Hingga waktu itu sebelum ada kamu Arkan. Kamu hampir memiliki seorang Kakak tapi  karena ayah bunda keguguran hingga bunda mengalami gejala depresi. Waktu itu keluarga besar papa  meminta bunda untuk cepat hamil. Dalam waktu dua bulan bunda hamil kamu Arka bunda selalu trauma dengan kehamilannya bunda selalu takut, ayah selalu berusaha disamping bunda. Waktu itu juga Kakek winata datang, dan meminta ayah meninggalkan bunda dalan waktu dua bulan karena perusahaan yang kamu pimpin saat ini dulu hampir hancur. Ayah meninggalkan bunda yang hamil kamu,

"Yah. Cukup aku tidak ingin ayah melajutkannya. " ucap Arka.

Arkana memeluk Ayahnya diikuti dengan Alif.

"Ayah hanya meminta kalian berbaikan, ini permintaan Ayah yang terakhir" ucap Ayah mereka.

Alif memandang Arkan sejenak.
Arkan mengangguk. Sejujurnya Arkan sudah lama ingin berbaikan namu egoisnya mendominasi.

"Ayah jangan tinggali kami, kita abang sama Alif belum membahagiakan Ayah, belum kasih ayah menantu, cucu dan semuanya" ucapan Arkan membuat Farel tertawa. Ia bahagia melihat anaknya sudah berbaikan.

"Emang sudah punya calon?" Tanya Alif dengan nada menyindir.

Arkan melempar Adiknya dengan sendok, Alif meringis kesakitan.

"Ayah lihat tu abang,"

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang