bagian 8

341 10 0
                                    

Semenjak lamaran itu hari-hari Arkan di iringi dengan senyuman, para karyawan kantor semakin mempesona dengan senyuman bossnya.

"Manda, apa saja jadwal saya hari ini?" Tanya Arkan formal.

Manda mendengus kesal dalam hati, bisakah Arkan calon suaminya ini bersikap manis sedikit.

"Ada jadwal dengan Relga Company jam 10 pak" ucap Manda berusaha biasa saja.

Relga company adalah perusahaan ayahnya bersama dengan dengan om Aldi dan Darel sahabat Ayah dan bundanya.

"Gawat, rapat bersama mereka?" Batin Arkan

Arkan mengangguk lalu masuk kedalam ruangannya. Ia sangat senang jika Amanda selalu di sampingnya.

Tak butuh waktu lama Arkan sudah menyiapkan beberapa berkas untuk rapat nanti.

"Manda ayo temani saya rapat" ajak Arkan.

Manda mengangguk setuju.

Sesampai diruang rapat Arkan di sambut dengan dua lelaki paruh baya.

"Hei soo long time no see" ucap Salah satu pria paru bayah itu.

"I'm Fine Om Aldi, And you Uncle Darel i miss you so much" ucap Arkan memeluk Darel.

"Om Aldi sudah lama tidak bermain kerumah, semenjak bunda meninggal? Apa hubungan kita sebatas bunda masih hidup? " tanya Arkan.

"Bukan begitu om tidak ingin bersedih ketika melihat rumahmu"ucap Aldi.

"Oke kita langsung saja. Manda mana berkasnya"ucap Arkan.

"Sekretaris baru lagi, Livia,  Nadine, and now she look beautiful" ucap Darel.

"Kita lanjut saja" ucap Arkan dingin.

Hampir dua puluh menit rapat berlangsung, dan kini mereka sedang bersantai.

"Kamu memang ahli dibidang ini gak sia-sia dulu Kakek winata mendidik kamu menjadi pembisnis suskes" ucap Aldi

"Arkan masih belajar juga, Ini undangan untuk kalian" ucap Arkan.

Keduanya shok mendapat undangan pernikahan dengan tulisan  Arkan  dan Amanda

" Are you kidding me?" Tanya Darel

"No. Aku mau hadiah dari kalian" ucap Arkan tersenyum miring

"Duplikat Farel banget, dingin pemaksa" cibir Aldi.

"Apa?" Tanya Darel.

Farel membisikan sesuatu yang membuat tawa mereka pecah. Aktivitas mereka dapat dilihat dari luar ruangan oleh Amanda. Amanda baru pertama kali melihat Arkan tertawa lepas.

"Permisi, Arkan ada?" Tanya perempuan yang berpakaian normal.

Manda sepertinya pernah melihat perempuan ini tapi siapa.

"Pak Arkan sedang diruang rapat, apa sudah ada janji?" Tanya Manda.

"Saya tidak perlu janji apapun" ucap perempuan itu langsung masuk ke ruang rapat.

"Mbak Dinda tidak sopan masuk tanpa salam" ucap Arkan

"Papa lihat tu Arkan nyebelin" ucap Dinda pada Darel.

"Arkan benar, kamu harus kasih salam kalau masuk, ada apa kesini?" Tanya Darel

"Mijam mobil" ucap Dinda.

****
Waktu makan siang telah tiba, Arkan masih sibuk dengan berkasnya setelah rapat tadi dia harus menyelesaikan beberapa masalah.

"Bapak tidak makan siang?" Tanya Manda yang baru saja masuk.

"Say menunggu calon istri saya yang membawa makanan buat saya" jawab Arkan. Arkan tahu jika manda membawa bekal makan siang. Karena Manda bukan orang yang suka makan diluar.

Arkan bangkit dan duduk di sofa.

"Sini, Mas mau makan masakan kamu" ucap Arkan.

Manda ragu untuk duduk di samping Arkan bahkan mereka hanya berdua takut jika mereka khilaf.

"Jangan takut, Mas bisa jaga batasan" ucap Arkan yang tahu betul pikiran Manda.

"Manda mulai besok kamu tidak perlu kerja lagi" ucap Arkan

"Jadi Mas pecat Manda?" Tanya Manda.

"Iya karena setelah kita nikah kamu cukup dirumah saja, menunggu mas pulang kerja, dan menjalankan tugas seorang istri. Lagian acara kita satu minggu lagi. Nanti kamu capek lagi" ucap Arkan lembut.

Manda  mengangguk setuju.

"Tadi siapa Mas, ada wanita yang masuk di ruang rapat?" Tanya Manda.

"Oh itu Mbak Dinda, kamu lupa? Yang waktu malam itu. Dia anaknya om Darel. 5 tahun diatas mas"jawab Arkan.

Manda hanya ber-oh ria.

"Maaf jika Mas nanti bukan orang yang romantis bagi kamu, mas juga bukan orang yang peka. Kamu harus kasih tahu mas ya apa yang kamu rasakan kedepannya, " ucap Arkan serius.

"Jadilah diri sendiri Mas, Mas cukup buat Manda percaya sama Mas, tapi tolong jangan pernah berbohong sama karena Manda tidak suka" ucap Manda.

Arkan mengangguk dan melanjutkan makannya.

Ponsel Arkan berdering menandakan panggilan masuk dari Nadine.

"Angkat saja, loudspeaker aja" ucap Arkan

"Arkann.  Hikss" Arkan langsung mematikam loudspeakernya. Ia permisi untuk mengangkat ponselnya.

Amanda bertanya dalam hati, Sepenting itukah Nadine dimata calon suaminya.

Sudah dua puluh menit Manda menunggu Arkan kembali namun sepertinya sia-sia.

Sementara ditempat lain, Arkan sudah dirumah ia akan berangkat sekarang juga menuju Australia. Sunggu ia shock mendengar Nadine menangis dan menceritakan semuanya.

"Bang lho mau kemana?" Tanya Alif.

"Gue haru ke Ausie sekarang" ucap Arkan

"Ada masalah apa? Bang besok kita sudah di Bandung, bentar lagi lho nikah. Gue gak izini" ucap Alif.

"Lho apa-apaan sih? Lho gak berhak ngelarang gue. Ini masalah gue sama .." ucap arkan

"Sama siapa? Kak Nadine? Bang lho harus mikirin perasaan Kak Manda"ucap Alif.

" lho jangan ikut campur, ini urusan gue." Ucap Arkan

Tiba-tiba saja Alif memukul Arkan. Arkan yang menerima pukulan itu langsung terjatuh.

"Selangkah lho keluar dari rumah ini lho berurusan sama gue bang" Ucap Alif

"Lho apa2an sih Lif? Gue harus nolong orang yang gue sayang, dia dalam bahaya. Jangan bilang lho suka sama Manda" ucap Arkan tak kalah sengit.

Alif memukul Arkan lagi hingga Arkan tak sadarkan diri.

"Alif apa2an kamu!" Bentak Oma Arna yang baru saja tiba .

"Kamu rela memukul Abangmu sendiri demi membela perempuan itu?" Tanya Oma Arna .

"Oma buka begitu maksud Alif " ucap Alif merasa bersalah.

"Ada Apa ini ribut2. Astagfirullah Arkan" ucap Farel sambil menatap tajam putra keduanya.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang