Bagian 16

295 8 0
                                    

Sudah tiga bulan lebih lelaki yang pembawaanya selalu dingin dan sudah lama mengisi hati Amanda terbaring lemah di brangkar rumah sakit. Kejadian dua bulan yang lalu setelah Arkan mengatakan ikhlas untuk melepaskannya membuatnya harus terbaring di sini. Belum lagi kepergian sahabatnya sebulan yang lalu. Entah reaksi apa yang akan ia tunjukkan jika Arkan mengetahui semuanya.

Belum lagi salah satu keluaga suaminya selalu menyalahkan atas apa yang terjadi. Dokter yang merawat Arkan sekaligus teman ayahnya sudah angkat tangan. Tak jarang kondisi Arkan drop dan detang jantungnya terkadang melemah. Kondisi Arkan seolah-olah mempermainkan semuanya. Mempermainkan harapan dari keluarganya dan Amanda.

Amanda selalu berpikir apa ini balasan yang ia dapat?

Saat ini Amanda berada di ruang dimana alat-alat medis selalu berbunyi. Ia selalu menangis ketika memandang sosok laki-laki yang sudah lama mengisi hatinya.

"Mas..kamu tahu minggu depan adikmu, Alif akan menikah. Dua minggu yang lalu kak Andra dan livia menikah. Oh ya mas. Kedua sahabatmu juga kemarin menjengukmu. Kamu tahu mereka bawa apa? Mereka bawa brownis buatan mereka. Aku baru tahu kamu suka kue itu. " ucap Manda sambil menitikan air mata.

"Kak." Amanda menoleh mendapati Alif dan ayah mertuanya serta beberapa dokter yang menanganinya.

"Kita mau perika Bang Arkan." Ucap Alif.

Manda mengangguk mempersilahkan mereka memeriksa Arkan.

"Kondisi Arkan meningkat drastis. Ada kemajuan untuk dia bisa sadar" ucap dokter yang bernama Adam.

Semuanya mengucap syukur. Manda memeluk ayah mertuanya. Ia bahagia mendengar berita ini.

"Kamu harus sabar menunggu Arkan" ucap Farel yang begitu menyayangi Amanda seperti putrinya sendiri.

"Bang lho harus sadar. Minggu depan gue nikah. Yakali lho gak bangun. Terus kakek Juan juga bakal ke indo. " ucap Alif.

Juan adalah ayah dari ibu Arkan dan Alif. Tepatnya suami dari Oma Arna. Ia menetap di Inggris semenjak kepergian ibu Arkan dan Alif.

tiba-tiba saja mesin EKG berbunyi menunjukkan garis lurus. Amanda menangis histeris. Termasuk Alif yang shock. Ia membawa kakak iparnya untuk keluar. Ternyata diluar semuanya sudah datang. Ada oma Arin, Kakek winata serta beberapa keluarga Arkan.

"Kak. Kakak yang tenang. Bang Arkan baik-baik saja" ucap Alif.

"Manda kamu kenapa nak" tanya Ayu mamanya manda yang baru saja tiba.

"Ma.. Mas Arkan gak akan ninggali Manda kan? Bilang sama Manda ma.."ucap Manda menangis.

Suasanya menjadi tegang. Alif memeluk Aldi yang tak bukan adalah saudara Bundanya.

"Om..Alif gak ingin bang Arkan ikut bunda" ucap Alif menangis.

"Kamu jangan bicara seperti itu.. kita percayakan sama yang diatas" ucap Aldi.

Sementara di dalam ruangan. Beberapa dokter serta Farel berusaha menstabilkan kondisi Arkan.

"Maaf dokter Farel kami semua khawatir dengan Anda. Sebaiknya Anda menenangkan diri Anda diluar. Biar kami yang akan berusaha semaksimal mungkin" ucap dokter Hans.

"Saya yang akan turun langsung untuk anak saya" ucap Farel yakin.

Ayah mana yang tidak sakit melihat anaknya sedang berjuang antara hidup dan mati. Untuk sekian kalinya ia harus turun langsung menangani orang yang ia cinta setelah mendiang istrinya.

"Arkan kamu dengarkan Ayah. Kamu harus berjuang untuk hidup. Bangun nak, kami semua menunggumu disini. Ada istrimu yang menunggu." Bisik Farel seraya berdoa.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang