Bagian 27

240 6 0
                                    

Arkan melihat ketiga sahabatnya masih tertidur pulas. Ia mengambil ponselnya dalam saku celana. Ia akan membuat ketiga sahabatnya kapok pulang pagi terutama Andra. Tak butuh waktu lama ketiga orang yang Arkan hubungi sudah datang dengan wajah yang siap menerkam.

"Dikamar nomor dua" ucap Arkan setelah itu ia tertawa. Dari atas ia mendengar ringisan serta rengekan manja.

Arkan muncul dari dapur ia melihat Andra yang sudah dijewer oleh Livia. Denis yang sudah ditarik oleh mamanya sementara Allan yang sudah diomeli oleh tunangannya.

"Terima kasih Arkan. Tante akan hukum Dennis kalau perlu disunat lagi" ucap Tante Nia. Sementara Denis sudah menatap tajam Arkan.

Tak ada bedanya dengan Allan dan Andra kini mereka melayangkan tatapan membunuh terhadap Arkan.

"Liv, gak usah kasih jatah sebulan" celutuk Arkan pada Livia

"Ide bagus pak boss. Ayo pulang akan ku kaduin mama baru tau rasa" ancam Livia.

Arkan tertawa sendiri melihat tingkah mereka sesekali ia meringis memegangi pipinya. Arkan sudah lama dengan mereka jadi ia tahu dari mana ketiga sahabatnya sehingga tak berani pulang.

Bi Ani yang melihat tawa tuan mudanya pun ikut bahagia. Ia sudah lama tak melihat tawa dari tuan mudanya. Karena hanya Arkan lah orang yang ditakuti dirumah ini karena wajahnya yang tajam dan dingin.

"Bi Ani, sini kemari" panggil Arkan

"Iya den. Ada apa?" Tanya Bi Ani

Arkan membisikkan sesuatu ke bi Ani. "Jadi gimana Bi? Mau kan ? Demi masa depan Arkan nih sama calon cicit di keluarga ini" ucap Arkan

Bi Ani tersenyum mengiyakan ucapan Arkan.

" Aku tunggu kabar di kamar ya Bi" ucap Arkan sambil tersenyum sendiri.

Sementara dibawah Manda datang dengan wajah panik. Bi Ani tersenyum melihat Manda datang.

"Den Arkan diatas non, Bibi khawatir tubuhnya panas, terus dia meringis sakit di pipinya. Bibi kira sakit gigi tapi kata den Arkan dia habis jatuh" ucap Bi Ani

"Bi bawa air dingin ke atas ya. Manda mau keatas" ucap Manda.

Manda naik keatas tapi yang anehnya kenapa kamar Arkan bukan kamar yang mereka tempati dulu. Manda mendegar Arkan meraung kesakitan. "Bi..sakit nih" ucap Arkan.

Manda masuk ia tidak percaya kamar Arkan kenapa berantakan sekali. Sampah makanan,Stik ps dimana-mana. Ia menghampiri Arkan yang masih saja meringis sakit.

"Non ini air kompressnya" ucap Bi Ani yang talah terkejutnya melihat kamar tuannya berantakan. Amanda mulai mengkompress pipi.Arkan yang tampak biru. Padahal ia tak kuat menampar Arkan.

"Kak, biar Manda kompress ya" ucap Manda namu ditolak oleh Arkan.

"Tidak perlu pergi sana. Ini juga perbuatanmu." Ucap Arkan ketus.

"Kak. Manda minta maaf" ucap Manda yang ingin menangis.

"Berhenti manggil saya kakak, memang saya kakak kamu Ha" bentak Arkan. Tak lama kemudian terdengar suara isak tangis. Arkan tersenyum penuh kemenangan. Jujur ia rindu semua yang ada pada diri Amanda.

"Sekali lagi Manda minta maaf kak, manda salah hikss seharusnya manda tidak kasar sama kakak" ucap Manda

Arkan bangkit dari tidurnya ia berusaha duduk. Arkan menangkup wajah Manda yang sedari tadi menunduk. Manda terus saja menangis. "Dasar cengeng" ucap Arkan langsung memeluk Amanda lalu mengusap punggungnya. Amanda kaget melihat Arkan lansung memeluknya.

"Jangan memanggil saya kakak saya tidak suka Manda" ucap Arkan sedikit pelan.

"Lepasin Manda, kakak sudah punya istri tidak seharusnya memeluk Manda. Arkan" ucap Manda berusaha melepas pelukan Arkan.

"Sebentar saja, saya ingin melepaskan rindu saya selama dua tahu tanpa kamu" ucap Arkan sedikit parau.

"Arkan lepas" pinta Manda. Kali ini Arkan melepaskan Amanda ia tersenyum " Arkan lebih baik ketimbang Kakak" ucap Arkan.

Manda yang merasa gugup pun tersipu malu. " Bi.ar aku kompress" tangan Amanda mulai menyentuh pipi Arkan. Terdengar ringisan saat Amanda menyentuh pipi Arkan.

"Kenapa kamar kamu berantakan?" Tanya Amanda.

"Ulah Denis, Allan dan Andra mereka habis pulang dari club" jawab Arkan.

"Kakak juga dari sana? Tidak seharusnya kakak menyakiti mbak Nadine dan anak kakak" ucap Amanda.

Arkan bedecak tak suka . Panggilan kakak keluar lagi. "Aku sudah tidak pernah kesana, semenjak

Ponsel Arkan tiba-tiba berbunyi panggilan video call masuk dari Nadine.

"Hai sayang, pasti rindu sama daddy kan?" Ucap Arkan tampak bahagia. Arkan paham yang bukan nadine melainkan Reina yang mengotak atik ponsel Nadine.

"Daddy, dy Eina alu mpai. Dy anapa?" Ucap Reina disebrang sana

Arkan tertawa Reina menanyakan kabarnya. Ia menunjuk pipinya, sementara disana mengangguk" daddy jatuh, Reina tidak usah khawatir karena ada aunty Manda yang jagain daddy" ucap Arkan melirik Manda sekilas

Didepan mata Manda sendiri Arkan begitu tampak bahagia. Rasanya ingin menangis saja. Manda ingin bangkit tapi tangannya di tahan Arkan mau tidak mau ia kembali duduk.

Disebrang sana terdengar suara Nadine yang mengintrupsi ia mengambil alih pembicaraan " Nelpon mulu. Jangan ganggu lagi liburan nih. " ucap Nadine tampak kesal.

"Eh enak saja, bukan aku ya yang nelpon tuh tanya Reina." Lihatlah sekarang Arkan tampak tak habis pikir Nadine melarang menelponnya. Arkan lagi-lagi berdecak tak pecaya.

"Lagi sama siapa?"Tanya Nadine lagi

Arkan mengarahkan ponselnya ke wajah Manda.

"Dikamar ngapain Ar? " Tanya Nadine. Setelah itu Arkan mematikan panggilan secara sepihak.

"Sekali lagi Manda minta maaf" ucap Manda

"Aku maafkan, tapi bersihkan kamarku sekarang juga" perintah Arkan.

Tanpa penolakan Amanda membersihkan kamar yang super duper berantakan. Ia masih penasaran kenapa Kamar yang mereka tempati tidak pernah dibuka lagi. Waktu itu Amanda ingin membuka kamar yang ada di sebelah namun dilarang oleh Bi Ani.
Arkan memperhatikan Manda membersihkan kamarnya. Gerak gerik manda tak lepas dari mata Arkan. Ia tersenyum lalu membaringkan diri.

"Manda" panggil Arkan namun orang yang dipanggilnya masih fokus pada pekerjaannya. Manda melirik Arkan yang tampak sedang memperhatikannya. "Saya lapar Manda. Buati saya bubur" perintah Arkan.

"Nanti bi Ani yang buatkan" ucap Manda sambil membereskan stik ps yang berantakan.

"Saya mau nya kamu yang buat" ucap Arkan

"Ck ck iya" setelah mengucapkan itu Amanda langsung keluar. Arkan lagi-lagi senyum kemenangan.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang